:
Share
PENGUKURAN
BESARAN,
KINEMATIKA
DAN DINAMIKA
I. PENGUKURAN BESARAN
A.
Satuan
Suatu ciri khas fisika adalah pengukuran besaran. Hasil
setiap pengukuran adalah bilangan (120) dan satuan (cm) sedangkan panjang
disebut besaran fisika.
Satuan dasar dalam SI adalah :
Besaran
|
Satuan
|
Panjang
|
Meter (m)
|
Massa
|
Kilogram (kg)
|
Waktu
|
Sekon (s)
|
Temperatur
|
Kelvin (K)
|
Arus listrik
|
Ampere (A)
|
Intensitas Cahaya
|
Candela (cd)
|
Devinisi satuan baku
untuk besaran lain yaitu temperatur, arus listrik, dan intensitas cahaya.
Perkalian dan pembagian satuan SI digunakan secara luas, masing-masing
ditunjukan dengan awalan menurut pangkat dari sepuluh yang bersesuaian.
AWALAN
|
PANGKAT DARI SEPULUH
|
SINGKATAN
|
CONTOH
|
Alto-
|
10-18
|
a
|
1Ac = 1 attocoulomb = 10-18 C
|
Femto-
|
10-15
|
f
|
1fm = 1 femtomete r= 10-15
m
|
Pico-
|
10-12
|
p
|
1pf = 1picofarad = 10-12 F
|
Nano-
|
10-9
|
n
|
1ns = 1 nanosecond = 10-9
s
|
Mikro-
|
10-6
|
µ
|
1µA = 1microampere = 10-6 A
|
Mili-
|
10-3
|
m
|
1mg = 1miligram = 10-3 gram
|
Centi-
|
10-2
|
c
|
1cm = 1centimeter = 10-2 m
|
Kilo-
|
103
|
k
|
1Kv = 1kilovolt = 103 V
|
Mega-
|
106
|
M
|
1MW = 1megawatt = 106 W
|
Giga-
|
109
|
G
|
1GeV = 1gigaelectronvolt = 109 eV
|
Tera-
|
1012
|
T
|
1Ttm = 1terameter = 1012 m
|
Peta-
|
1015
|
P
|
1Ps = 1petasecond = 1015 s
|
Exa-
|
1018
|
E
|
1EJ = 1exajoule = 1018 J
|
Hasil pengukuran besaran terdiri dari bilangan dan
satuan misalnya panjang sebuah meja adalah 120 cm. Seringkali kita memperoleh
basaran terukur dalam satuan tertentu, namun kita ingin menyatakan besaran itu
dalm satuan lainnya. Untuk keperluan ini kita harus menggunakan faktor
konversi. Kemudian kita menerapkan dua aturan untuk konversi yaitu :
1.
Satuan-satuan diperlakukan
dalam suatu persamaan dengan cara yang tepat sama seperti besaran aljabar, yang
bisa dikalikan dan dibagi satu sama lain.
2.
Mengalikan atau membagi suatu
besaran dengan tidak mempengaruhi nilainya.
B.
Pengukuran dan Ketidakpastian
1.
Pengukuran Panjang
Untuk mengukur panjang suatu benda kita harus memilih
alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan di ukur dan ketelitian yang
diperlukannya. Ketelitian terbaik yang diperoleh dengan alat ukur diberikan
dalam kolom terakhir seperti ditunjukan pada tabel dibawah ini.
Panjang yang akan diukur
|
Alat ukur
|
Ketelitian terbaik
|
Beberapa meter
|
Pengukur panjang tergulung dibuat dari baja
|
0,1 mm
|
Kira-kira 1 cm sampai 1m
|
Meja atau penggaris
|
0,5 mm
|
Kira-kira 1 mm sampai 10 cm
|
Jangka sorong (vernier
calipers)
|
0,1 mm
|
Kira-kira 0,1 mm
sampai 2-3 cm
|
Mikrometer skrup (screw
micrometer)
|
0,01 mm
|
Pengukuran panjang dengan menggunakan mistar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat
ukur mistar adalah :
a.
hindari celah antara mistar dan
benda yang akan diukur atau menerka posisi dua ujung benda pada skala mistar
b.
Hindari kesalahan ujung,
berhati-hati untuk meluruskan ujung benda dengan angka nol pada skala mistar.
c.
Hindari kesalahan paralaks.
Posisikan mata secara vertikal diatas skala mistar. (Gambar b)
Pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
Gambar diatas menunjukkan jangka sorong yang digunakan
untuk mengukur sendok the. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan
jangka sorong adalah :
a.
Tempatkan benda yang akan
diukur diantara rahang luar jangka sorong, kemudian tutuplah raang geser sampai
menjempit benda itu. Skala utama jangka sorong biasanya diberi angka dalam
centimeter namun mempinyai pembagian milimeter.
b.
Bacalah skala utama didepan
tanda nol pada rahang geser untuk memperoleh pembacaan sampai dengan ketelitian
sampai 1/10 cm atau 1 mm.
c.
Pada rahang geser terdapat
skala khusus yang memberikan pembacaan sampai sepersepuluh milimeter yang
sedikit lebih kecil dari satu milimeter yang disebut skala vernier atau skala
nonius. Skala ini memberikan pembacaan sampai 0.1 m atau 0.01 cm. untuk membaca
skala nonius tepat segaris dengan salah satu tanda dalam skala utama. Angka
yang ditunjukkan pada skala nonius ini merupakan pembacaan sepersepuluh
milimeter.
Pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup yang digunakan untuk mengukur pensil.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan
alat ukur mikrometer sekrup adalah :
a.
Tempatkan benda diantara
rahang-rahang mikrometer terbuka, kemudian sekrupkan rahang-rahang itu agar
menutup dan menjepit benda itu dengan menggunakan roda gerigi. Roda gerigi ini
akan menggelincir jika cengkraman rahang-rahang itu cukup tepat sehingga
emberikan pembacaan yang teliti.
b.
Skala utama diberi tanda
sepanjang lengan mikrometer dan diberi angka dalam mili meter serta mempunyai
tanda mm tanda ½ mm. bacalah skala ini pada tepi tudung.
c.
Roda bergerigi memutar tudung
putar, dengan satu putaran akan membuka ½ mm. suatu skala yang mempunyai 50
bagian, diberi tanda sekeliling tepi tudung. Dalam satu putaran tudung secara
penuh terjadi gerakan tudung sebesar ½ mm sepanjang lengan yang terbagi dalam
50 bagian. Oleh karena itu setiap bagian pada skala tudung adalah 0.5 mm / 50 =
0.01 mm yaitu seperseratus milimeter. Angka seperseratus milimeter pada skala
tudung didepan garis pusat skala lengan. Pada gambar diatas skala lengan
terbaca 7.5 mm dan skala tudung terbaca 35/100 mm = 0.35 mm, sehingga diameter
pensil = 7.5 mm + 0.35 MM = 7.85 mm.
2.
Pengukuran Luas
Bila kita ingin menghitung luas suatu permukaan kita
dapat menggunakan rumus baku
untuk bentuk-bentuk teratur. Sebagai contoh luas permukaan benda berbentuk
persegi panjang yang mempunyai panjang 1 dan lebar w adalah :
A= 1w
Luas penampang lingkaran suatu benda yang berdiameter d
( atau berjari-jari r ) adalah :
Dengan
= 3.14 = 22/7. dalam hal ini panjang,
lebar, dan diameter diukur dengan alat ukur yang sesuai.
Satuan luas dalam SI adalah meter persegi yang dituliskan
sebagai m2, terkadang satuan luas dinyatakan dalam centimeter
persegi yang dituliskan sebagai cm2. karena 1 m = 100 cm, maka luas
1 m2 = 100 cm x 100 cm = 10000 cm2. oleh karena itu kita
memperoleh 1 m2 = 104 cm2.
3.
Pengukuran Volume
Zat padat dan zat cair mempunyai volume hampir konstan
tetapi mempunyai berbagai macam bentuk. Oleh karena itu pengukuran volume benda
sukar dilakukan kecuali untuk zat padat berbentuk teratur seperti balok
persegi. Kubus, silinder, dan bola.
Beberapa metode dasar untuk mengukur volume zat padat
dan cair adalah :
Volume yang diukur
|
Alat ukur
|
Zat padat berbentuk teratur
|
Mistar, Jangka Sorong, Mikrometer
|
Zat padat berbentuk tak teratur
|
Gelas Ukur
|
Zat cair ( Volume besar )
|
Gelas Ukur
|
Zat Cair ( Volume kecil )
|
Buret, pipet, labu takar
|
Volume zat padat berbetuk teratur dapat dihitung dengan
menggunakan rumus baku.Volume balok persegi mempunyai panjang 1, lebar w dan
tinggi h adalah :
V = 1wh
Volume silinder yang berdiameter d atau berjari-jari r
dan tinggi h adalah :
Volum e bola pejal berdiameter d atau
jari jari r adalah :
Dalam hal ini 1, w, h
dan d diukur dengan alat ukur yang sesuai.
Zat cair dengan volume besar dapat diukur dengan
menuangkan kedalam gelas ukur. Jika dilihat dari samping, permukaan zat cair
didalam tabung atau gelas bukan merupakan bidang datar, melainkan merupakan
bidang lengkung. Untuk zat cair yang membasahi dinding kaca misalnya air,
permukaan tampak cekung kebawah. Untuk zat cair yang tidak membasahi dinding
kaca misalnya air raksa, permukaan zat cair tampak cembung keatas. Permukaan
lengkung ini disebut meniskus. Pembacaan dikatakan benar jka :
a.
Gelas ukur vertikal
b.
Pembacaan diambil pada dasar
meniskus untuk zat cair yang membasahi dinding kaca
c.
Mata setinggi meniskus
Volume zat padat berbentuk tak teratur dan berukuran
kecil dapat diukur dengan gelas ukur, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Isilah sebagian gelas ukur
dengan air dan catatlah pembacaan permukaan air mula-mula.
b.
Masukkan benda yang akan diukur
kedalam gelas ukur sampai seluruhnya berada di dalam air dan catatlah pembacaan
permukaan air terakhir.
c.
Volume benda itu merupakan
selisih dua pembacaan permukaan air tersebut.
Untuk benda padat yang mengapung dalam air kita
memerlukan pemberat misalnya anak timbangan kuningan dengan menggantungkan
pemberat, benda yang mengapung dapat ditarik turun kebawah permukaan air dalam
gelas ukur. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
a.
Carilah terlebih dahulu volume
pemberat itu sendiri.
b.
Carilah volume benda dan
pemberat.
c.
Carilah selisih pembacaan itu
untuk memeperoleh benda itu sendiri.
4.
Pengukuran Massa dan Berat
Kata massa
dan inersia mengacu pada materi suatu benda meskipun dua kata itu mempunyai
sedikit perbedaan dalam penggunaanya, namun keduanya mempunyai arti yang sama. Massa benda merupakan ukuran materi didalam benda itu
tergantung pada jumlah dan ukuran atom-atom yang terkandung didalamnya,
sedangkan inersia benda merupakan keengganan benda itu, atau kecenderungan massa untuk melawan
perubahan geraknya. Inersia membuat suatu benda sukar untuk mulai untuk
berhenti dan bergerak, sukar merubah arah geraknya dan sukar untuk mempercepat
geraknya, karena itu masa benda kadang-kadang didefinisikan sebagai ukuran
inersia suatu benda diam.
Gaya tarik bumi
terhadap suatu benda dipengaruhi oleh berat benda. Gaya tarik suatu benda atau berat disebabkan
oleh suatu gravitasi. Berat suatu benda akan berbeda dari satu tempat ke tempat
yang lainnya, pada permukan bumi bahkan berat benda di bulan mencapai kira-kira
1/6 nilai berat pada bumi. Pada tempet tertentu berat benda sebanding dengan
masanya. Dengan menggunakan konstanta hubungan keseimbangan ini kita dapat
mencari dengan mudah massa
benda dengan berat pembanding.
Massa benda diukur dengan neraca ditunjukan oleh gambar A yang menunjukan
dua jenis neraca. Sebagian besar neraca bekerja berdasarkan asas balok
setimbang kecuali neraca pegas yang digunakan untuk mengukur berat benda itu.
Balok itu dikatakan setimbang ketika efek putar berat pada masing-masing sisi
itu sama, maka massanya adalah sama pula, seperti yang ditunjukan dalam B. yang
perlu diperhtaikan dalam penimbangan adalah sebagai berikut :
a.
Massa baku
disebut anak timbangan.
b.
Kesetimbangan balok akan
berlaku dibulan dan memberikan nilai-nilai yang benar untuk massa yang tidak diketahui, tetapi asas itu
tidak akan berlaku diruang angkasa yang jauh dimana benda itu tidak mempunyai
berat.
c.
Neraca pegas yang digunakan
untuk mengukur berat benda di bulan akan menghasilkan pembacaan berat yang
benar tentang berat benda tetapi tidak dapat digunakan untuk mengukur massanya
secara langsung.
d.
Ketika anda mencari massa suatu zat cair, timbanglah dulu wadahnya ketika
kosong dan kering dan kurangkan massa wadah itu
dari massa zat
cair + wadahnya.
Telah disebutkan
secarah implisit bahwa berat benda adalah salah satu bentuk gaya, yang dapat
diukur dengan neraca pegas atau dinamometer, seperti yang ditunjukkan pada
gambar C bagian A. neraca dikalibrasi dengan menggunakan gaya-gaya yang diketahui
terhadap rentangan atau mampatan pegasnya. Karena neraca mengukur gaya maka neraca pegas harus dikalibrasi dalam satuan gaya yaitu newton (N)
dalam SI, namun demikian neraca pegas mempunyai skala dalm gram atau kilogram.
Oleh karena itu neraca dapat juga digunakan untuk mencari massa di bumi.
Kita dapat menguji bahwa berat benda sebanding massanya
dengan menimbang sejumlah massa
yang diketahui dengan neraca pegas berskala newton seperti yang ditunjukan pada
gambar C bagian B.
5.
Pengukuran Massa Jenis
Massa jenia zat memberi tahukan kepada kita tentang banyaknya materi yang
terkandung dalam volume tertentu zat itu biasanya 1 cm3 atau 1 m2
. massa jenis suatu zat didefinisikan
sebagai massa
zat itu persatuan volume. Jika masa suatu zat adalah m dan volumenya v maka massa jenis ρ (rho) zat
itu adalah :
Satuan massa
jenis dalam SI adalah kg/m3 atau dalm cgs adalh g/cm2
Alat untuk mengukur masa jenis zat cair adalah
hidrometer. Sebuah hidrometer mempunyai leher atau tangkai panjang dengan
pembcaan skala masa jenis dalam g/cm3. Suatu pantolan besar berisi
udara memindahkan zat cair yang memberikan gaya keatas sehingga hidrometer itu
mengapung. Sejumlah gotri timah melekat pada bagian dasarnya untuk menjaga agar
hidrometer tetap tegak. Dalam suatu zat cair dengan masa jenis rendah
hidrometer terbenam kebawah lebih jauh dalam zat cair itu. Memindahkan volume
zat cair lebih banyak sampai berat zat cair yang dipindahkan sama dengan
beratnya sendiri. Dalam suatu zat cair dengan massa jenis tinggi hidrometer mengapung lebih
tinggi. Oleh karena itu skala masa jenis terbaca dari bagian atas tangkai
kebawah dengan kenaikan massa
jenis zat cair. Pembagian skala dapat berjarak lebih kauh agar sensitivitasnya
lebih besar dengan membuat tangkai hidrometer lebih sempit dan lebih panjang.
Perhatikan bahwa pembagian skala menjadi rapat pada bagian bawah tangkai.
Dua jenis hidrometer
yang banyak digunakan ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Hidrometer pembuat bir digunakan untuk menunjukkan
kandungan gula dan alkohol dalam anggur bir. Gula yang terlarut dalam air
menaikkan massa
jenisnya. Selama gula itu diubah menjadi alkohol dengan fermentasi, massa jenis zat cair turun
karena alkohol kurang rapat dari pada air.
Konsentrasi asam sulfat dalam aki mobil merupakan
petunjuk yang baik terhadap pengisian dan pengosongan aki itu sendiri. Asam
terkonsentrasi lebih rapat dari pada asam yang bercampur air. Bilamana massa
jenis asam sulfat kira-kira 1,30 g/cm3 aki itu dikatakan terisi
penuh, tetapi ketika massa jenisnya turun kira-kira 1,18 sampai 1,15 g/cm3
aki itu perlu diisi ulang. Asam sulfat bersifat korosif dan berbahaya, susunan
pipet secara khusus digunakan yang mempunyai hidrometer kecil dalam suatu
pentolan besar.
6.
Pengukuran Waktu
Beberapa jenis jam yang berlainan diperlakukan karena
luasnya jangkauan waktu yang akan kita coba ukur. Beberapa jam berguna secara
khusus adalah sebagai berikut :
a.
Osilasi suatu kristal seperti
kristal kuarsa yang digunakan dalam arloji.
b.
Osilasi elektron-elektron dalam
rangkaian listrik seperti frekuensi listrik 50 hertz yang digunakan untuk
menjalankan jam dengan penggerak rekaman pada laju konstan.
c.
Osilasi mekanisme bandul atau
roda kesetimbangan dalam jam atau arloji.
d.
Rotasi bumi pada sumbu atau
porosnya.
e.
Jam peluruhan radioaltif, umur
paroh suatu isotop radioaktif yang meluruh secara perlahan seperti 14 C (carbon
14 ) dapat digunakan untuk mengukur umur fosil dari ribuan tahun yang lalu.
Alat ukur waktu yang banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah jam atau arloji. Interval waktu adalah panjang waktu antara
permulaan dan akhir suatu peristiwa. Sebagai contohnya interval waktu jam
pelajaran disekolah.
Interval waktu yang diperlukan oleh benda yang bergerak
pada bidang miring dalam eksperimen fisika. Alat pencatat interval waktu yang
banyak digunakan dalam eksperimen fisika adalah stopwatch dan stoplock seperti
pada gambar dibawah ini.
Stopwatch dan stoplock mekanisme biasanya bertingkah
dalam 1/5 atau 1/10 sekon. Pengukur waktu centisecond dan stopwatch elektronik
dapat mengukur waktu dalam interval 1/100 sekon. Pengukur waktu millisecond
dapat mengukur interval waktu 1/1000 sekon.
Ketelitian pengukuran dengan stopwatch yang bekerja
secara manual dapat diperbaiki bilamana suatu peristiwa teratur dicatat
interval waktunya.
II. KINEMATIKA
A.
Kerangka Acuan dan
Pergeseran
Dalam fisika kita
sering menggunakan suatu himpunan sumbu koordinat untuk menggambarkan kerangka
acuan, seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.
Sumbu x digambarkan dengan garis horisontal dan sumbu y
digambarkan dengan garis vertikal. Perpotongan dua sumbu itu, titik O (0.0),
adalah titik asal. Benda-benda yang berada disebelah kanan titik asal O pada
sumbu x mempunyai koordinat x yang biasanya dipilih positif, sehingga
benda-benda sepanjang sumbu x disebelah kiri O mempunyai koordinat x negatif.
Benda-benda sepanjang sumbu y yang berada diatas O dipilih mempunyai y positif,
sedangkan dibawah O mempunyai koordinat y negatif . sebuah titik pada bidang xy
dapat ditentukan dengan memberikan koordinat x dan koordinat y. sistem
koordinat semacam itu disebut sistem koordinat cartesian. Dalam tiga dimensi
sistem koordinat ini ditambah dengan sumbu z yang tegak lurus pada sumbu x dan
sumbu y. seperti dalam gambar dibawah ini.
Untuk gerak satu dimensi kita cukup menggambarkan sumbu
x . posisi benda pada suatu saat ditentukan oleh koordinat x benda itu .
Perubahan posisi suatu benda disebut pergeseran
(displacement). Perlu dibedakan antara pergeseran dan jarak. Pergeseran
menggambarkan jauh benda itu dari titik awalnya.
Pergeseran termasuk besaran yang mempunyai besar dan
arah yang disebut besaran vektor yang digambarkan dengan anak panah. Sedangkan
besaran yang mempunyai besar tetapi tidak mempunyai arah disebut besaran
skalar, misalnya massa
dan temperatur.
Dalam gambar (a) anak panah kekanan dari O menunjukkan
pergeseran yang mempunyai besar 30 m dan arah kekanan, seseorang berjalan
ketmur sejauh 50 m, kemudian berbalik dan berjalan kebarat sejauh 20 m. jarak
total yang ditempuh adalah 70 m sedangkan pergeserannya adalah 30 m, karena
orang tersebut sekarang berada pada posisi 30 m dari titik awal.
Sekarang perhatikan gerak sebuah benda dalam selang
waktu tertentu. Andaikan bahwa pada saat
t1 sebuah benda berada pada sumbu x di
titk x1, yang digambarkan dengan anak panah
yang menunjukkan kekanan, seperti pada gambar
(b). dan dituliskan sebagai
Δx = x2 – x1
Dengan lambang Δ (delta ) berarti “ Perubahan dalam “ jadi Δx adalah “
Perubahan dalam x” yaitu perubahan pergeseran. Perubahan dalam suatu besaran
adalah nilai besaran akhir dikurangi nilai besaran awal. Sebagai contoh dalam
gambar (b) ditunjukkan bahwa x1 = 20,0 m
dan x2 = 50,0 m, sehingga
Δx
= x2 – x1
= 20,0 m – 50,0 m = - 30,0 m
Pergeseran benda menunjukkan arah kekanan
Perhatikan keadaan yang ditunjukkan dalam gambar (c).
pada saat t1 benda itu berada pada posisi mula-mula x1 = 50,0 m dan pada saat
t2 kemudian benda pada posisi akhir x2 = 20,0 m sehingga
Δx
= x2 – x1 =
20,0 m – 50,0 m = -30,0 m
Anak panah menggambarkan vektor pergeseran yang
menunjukkan kekiri. Dalam pergerakan satu dimensi, vektor yang menunjukkan kekanan
mempunyai nilai positif, sedangkan vektor yang menunjuk kekiri menunjukkan
nilai negatif.
B.
Kecepatan
Dalam fisika dikenal istilah laju (speed) yang mengacu
pada seberapa jauh sebuah gerak sebuah benda melintas dalam selang waktu
tertentu. Dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laju rata-rata = Jarak
yang ditempuh
Waktu
yang diperlukan
Dalam fisika laju hanya mempunyai nilai positif dan
satuanya, sedangkan kecepatan digunakan untuk menunjukkan besar nilai numerik
dari cepatnya suatu benda yang sedang bergerak dan arah geraknya. Dengan
demikian kecepatan merupakan suatu besaran vektor. Laju didefinisikan dalam
jarak total yang ditempuh, sedangkan kecepatan didefinisikan dalam pergeseran.
Kecepatan rata -
rata = Pergeseran
Waktu yang diperlukan
Kecepatan rata-rata bisa sama atu berbeda.
Sebagai contoh jarak total yang ditempuh orang adalah 50 m + 20 m = 70 m,
sedangkan pergeserannya adlah 30 m. misalkan perjalanan tersebut memerlukan
waktu 50 s. laju rata-ratanya adalah :
Sedangkan besar
kecepatan rata-ratanya adalah
Perbedaan antara laju
dan besar kecepatan ini hanya terjadi dalam beberapa kasus, tetapi hanya untuk
nilai rata-ratanya. Kecepatan rata-rata benda yang didefinisikan sebagai
pergeseran dibagi dengan waktu yang diperlukan, dapat dituliskan sebagai :
Dengan (v) menunjukkan kecepatan benda dan tanda garis
atas ( bar ) menunjukkan nilai rata-rata, sehingga
adalah lambang untuk kecepatan rata-rata.
C.
Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat
didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata dalam selang waktu sangat kecil, kita
mendefinisikan kecepatan sesaat sebagai kecepatan rata-rata dalam batas ( limit
) Δt menjadi sangat kecil mendekati nol. Untuk gerak satu dimensi kita dapat
menuliskan kecepatan sesaat, v sebagai :
Notasi
dapat diartikan bahwa selama Δt mendekati nol, Δx juga mendekati nol,
dan Δx/ Δt mendekati suatu nilai tertentu yang merupakan kecepatan sesat pada
sat tertentu. Lambang v menunjukkan kecepatan sesaat atau bisa diketakan
sebagai suatu kecepatan, jika kita mengacu kecepatan rata-rata akan disebutkan
secara lengkap dengan kata rata-rata.perlu diperhatikan bahwa laju sesaat sama
dengan besar kecepatan karena jarak dan pergeseran akan menjadi sama bikamana nilai
dua besaran itu menjadi sangat kecil.
Jika benda yang bergerak dengan kecepatan seragam
(konstan) dalam selang waktu tertentu, maka kecepatan sesaat pada suatu saat
akan sama dengan kecepatan rata-ratanya.
D.
Percepatan
Percepatan rata-rata
didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dibagi dengan waktu yang diperlukan
untuk membuat perubahan sehingga dapat disimpilkan dalam rumus :
Jika dalam selang
waktu Δt = t2 – t1 benda mengalami perubahan kecepatan Δv = v2 – v1, maka percepatan rata-rata
dalam
selang waktu itu dapat didefinisikan sebagai :
Ketika sebuah benda diperlambat kita mengatakan benda
itu diperlambat. Akan tetapi perlambatan tidak berarti bahwa percepatan itu
negatif karena tanda positif dan negatif sudah digunakan untuk gerak satu
dimensi. Lebih tepat dikatakan bahwa sebuah benda mengalami perlambatan jika
kecepatan dan percepatan menunjuk arah berlawanan.
E.
Gerak Dengan Percepatan
Konstan
Gerak satu dimensi disebut gerak lurus berubah
beraturan. Untuk menyederhanakan notasi kita menetapkan bahwa waktu asal
diambil nol. t1 = o dan mengambil t2 = t adalah waktu yang diperlukan. Posisi awal benda x1 = x0 dan kecepatan awal benda
adalah v1 = vo. Posisi akhir benda adalah x2 = x dan kecepatan akhir benda adalah v2 = v. kecepatan rata-rata benda selama waktu t adalah :
Percepatan yang dianggap konstan terhadap waktu adalah :
Mengalikan dua ruas persamaan terakhir ini dengan t,
kita memperoleh
At = v – vo atau v =
v0 + t
Kemudian kita akan mencari posisi benda setelah waktu t
ketika benda itu mengalami percepatan konstan. Kecepatan rata-rata benda
adalah x = xo +
t.
Karena percepatan benda bertambah secara seragam,
kecepatan rata-ratanya merupakan nilai tengah antara kecepatan awal dan
kecepatan akhir, sehingga dapat diperoleh rumus :
Perhatikan persamaan ini hanya berlaku untuk percepatan
konstan. Kita menggabungkan dua persamaan terakhir sehingga diperoleh :
Dengan menggunakan
persamaan yang ada kita memperoleh persamaan
Atau
x = x0 + vot + ½ at2
Jika x0 = 0 kita memperoleh x = v0t + ½ at2
Akhirnya kita akan mencari persamaan gerak benda pada percepatan
tetap jiika waktu t tidak diketahui maka kita akan memperoleh persamaan
Dari kedua persamaan diatas dapat digabungkan menjadi satu persamaan
yaitu :
F.
Benda Jatuh
Dalam eksperimen galileo dapat diringkas dengan
pernyataan behwa pada tempat tertentu dipermukaan bumi dan tanpa adanya
hambatan udara, semua benda jatuh dengan percepatan konstan yang sama.
Percepatan yang dialami oleh benda yang bergerak jatuh disebut percepatan
gravitasi ( g ) yang besarnya 9, 80 m/s2.
Pada waktu kita menganalisis gerak benda jatuh kita
menggunakan persamaan gerak pada percepatan konstan dengan mengganti lambang x
menjadi y. kita bebas memilih apakah gerak keatas adalah positif dan gerak
kebawah adalah negatif atau sebaliknya.
Contoh soal :
Seseorang melempar bola keudara dalam arah vertikal
keatas dengan kecepatan awal 29,4 m/s. hitunglah a. tinggi maksimum yang
ditempuh bola, b. waktu yang diperlukan bola untuk sampai ditangan orang itu
lagi. Gesekan udara diabaikan dan percepatan gravitasi adalah 9,80 m/s2.
Penyelesaian :
Misalkan kita memilih y positif dalam arah keatas dan
negatif dalam arah kebawah, sehingga percepatan gravitasi mempunyai tanda
negatif, a = -9,80 m/s2. bola akan bergerak keatas dengan besar
kecepatan makin berkurang dan menjadi nol pada saat mencapai tinggi maksimum,
kemudian bola jatuh dengan kecepatan makin bertambah seperti pada gambar
diatas.
a.
Misalkan bola dilempar pada
posisi tangan y = 0 dengan kecepatan awal v0 = 29,4 m/s dan percepatan a = - 9.80 m/s2. ketika
mencapai maksimum posisi bola adalah y dan besar kecepatanya v = 0 kita
menggunakan persamaan :
V2 = Vo2 + 2a ( y – yo )
V2 = Vo2 + 2a ( y – 0 )
Y = V2 – Vo2 = 0 – ( 29,4 m/s ) 2 = 44,1 m

2a 2 – ( - 9,80 m/ s2
)
Bola mencapai tinggi maksimum 44, 1 m diatas tangan
b.
Kita telah mengambil posisi
tangan adalah y0 = 0 dan percepatan a = -9.80
m/s2. ketika bola mencapai posisi tangan berarti y = yo = 0 kita mengganti x dengan y sehingga :
Y = yo + vot + ½ at2
0 = ( 29,4 m/s ) t + ½ ( -9,80 m/s2) t2
( 29,4 m/s – 4,90 m/s2 t ) t = 0
Kita memperoleh dua nilai t yaitu :
t = 0 dan t = 29,4 m/s = 6,0 s
4,90 m/s2
Solusi pertama ( t = o ) adalah waktu mula-mula ketika bola
dilemparkan. Solusi kedua t = 6,0 s adalah waktu yang diperlukan sejak bola
dilempar dan kembali ketangan pelempar.
G.
Gerak Peluru
Gerak peluru adalah salah satu bentuk gerak dalam dua
dimensi. Untuk menggambarkan gerak peluru kita mengabaikan kelengkungan
permukaan bumi dan variasi percepatan gravitasi bumi (g). untuk sementara kita
juga mengabaikan gesekan udara. Kita memilih sumbu vertikal sebagai sumbu y
dengan arah keatas adalah positif dan sumbu horisontal sebagai sumbu x dengan
arah kekanan adalah positif. Arah percepatan gravitasi bumi adalah kebawah.
Misalnya sebutir peluru ditembakkan dengan kecepatan awal vo
dan membentuk sudut θ dengan permukaan tanah yang
dianggap horisontal. Komponen-komponen kecepatan dalam arah sumbu x dan sumbu y
secara berturut-turut adalah :
Vox = V cos θ dan Voy = V
sin θ
Kita menggunakan persamaan-persamaan gerak lurus dalam
arah masing-masing sumbu secara terpisah. Percepatan gravitasi bumi mempunyai
vertikal arah kebawah, sehingga percepatan gravitasi tidak mempengaruhi gerak
horisontal. Laju peluru dalam arah horisontal selalu tetap. Pada saat t
komponen-komponen kecepatan benda menjadi
V = Vox
Vy = Voy-gt
Jika peluru mula-mula berada pada posisi Xo, Yo maka
pada sat t posisi horisontal dan posisi vertikal peluru secara berturut-turut
adalah :
X = Xo + Voxt
y = yo + voy t ½ gt2
Secara matematis dapat ditunjukkan bahwa persamaan
lintasan gerak peluru tersebut adalah parabola, sehingga gerak peluru sering
disebut gerak parabola.
III. DINAMIKA
Cabang mekanika yang berhubungan dengan gaya dan mengapa
benda-benda dapat bergerak disebut sebagai dinamika.
A.
Gaya dan Gerak
1.
Hukum Pertama Newton
Isac Newton ( 1642 – 1727 ) menyusun teori tentang gerak
dalam yang terangkum dalam tiga hukum gerak yaitu :
“ Sebuah benda yang diam akan tetap diam dan sebuah
benda yang bergerak akan melanjutkan geraknya dengan kecepatan konstan ( laju
konstan dalam garis lurus ) jika tidak ada unteraksi dengan benda lainya”.
Kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaan diamnya
atau gerak seragam dalam garis lurus disebut inersia. Oleh karena itu hukum
pertama newton sering disebut hukum inersia.
2.
Gaya
Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu pengaruh yang dapat mengubah
kecepatan suatu benda. Definisi ini sesuai dengan istilah dorongan atau
tarikan, bahkan mempunyai makna yang lebih jauh karena berlaku untuk
benda-benda yang tidak bersentuhan. Benda yang dilepaskan dari ketinggian tertentu
akan jatuh dan bergerak makin cepat karena gaya tarik bumi.
Dua gaya atau lebih
mungkin bekerja pada suatu benda tanpa mempengaruhi keadaan geraknya jika gaya itu saling
meniadakan. Apa yang perlu untuk perubahan kecepatan adalah gaya
neto, yang juga disebut gaya
tak seimbang. Gaya
termasuk besarn vektor yang mempunyai besar dan arah tertentu. Gaya dapat diukur dengan
menggunakan neraca pegas.
3.
Hukum Kedua Newton
Hukum kedua newton memberikan definisi tentang gaya yang dapat dinyatakan
sebagai berikut :
“ Gaya
neto yang bekerja pada suatu benda sama dengan hasil kali masa benda dan
percepatanya. Arah gaya
ini sama dengan arah percepatan itu “
Dalam bentuk persamaan hukum kedua newton dapat
dituliskan sebagai berikut
∑F = ma
Dengan ∑F adalah gaya
neto ( ∑ adalah huruf besar yunani yang disebut sigma), m adalah masa benda
sedangkan a adlah percepatan.
Satuan benda dalam SI adalah newton ( N ). Satu newton
adalah gaya netto yang diberikan pada suatu benda bermasa
1 kg, sehingga memberikan percepatan 1 m/s2.
1 N = ( 1 kg ) ( 1 m/s2 ) = 1 kg. m/s2
Dalam sistem cgs gaya dinyatakan dalam dyne, 1 dyne
adalah gaya netto yang diberikan pada 1 kg benda agar memberikan percepatan 1
m/s2. 1 dyne = 1 g.cm/s2. mudah ditunjukkan 1 dyne = 10-5 N.
4.
Hukum Ketiga Newton
Bunyi hukum ketiga newton adalah :
“ Bilamana sebuah benda melakukan gaya
pada benda lain, benda kedua malakukan gaya
yang sama tetapi berlawanan arah terhadap benda pertama”.
Dalam hukum ketiga newton terdapat dua gaya
yang bekerja pada benda yang berbeda, yaitu gaya
aksi yang dialukan oleh benda pertama pada benda kedua, dan gaya reaksi yang dilakukan oleh benda kedua
terhadap benda pertama.
Gambar diatas menggambarkan seseorang yang sedang
menarik peti kayu. Gaya aksi Fpo kedepan
dilakukan oleh seorang pada peti, gaya
ini bekerja pada peti. Sedangkan gaya
reaksi Fop kebelakang dilakukan oleh peti pada orang. Dalam hal ini kita dapat
menuliskan rumus :
Fpo = - Fop
a.
Berat dan gaya normal
Percepatan a yang dialami benda adalah percepatan yang
disebabkan oleh gravitasi g, sehingga kita dapat menuliskan FG = mg
Gaya gravitasi bekerja pada suatu benda yang jatuh, dan tetap bekerja
pada benda itu meskipun benda itu telah terdiam dipermukaan bumi.
Gaya FG dan gaya FN dalam
gambar diatas (a) bekerja pada satu benda yaitu komputer yang diam, dan menurut
hukum kedua newton jumlah vektor dua gaya itu
harus sama dengan nol. Dua gaya
itu harus sama besar dan berlawanan arah. Tetapi dua gaya
ini bukan dua gaya aksi dan reaksi menurut hukum
ketiga newton karena aksi dan gaya
reaksi bekerja pada benda yang berbeda. Gaya
reaksi pada FG adalah gaya gravitasi yang dilakukan oleh komputer
pada bumi, yang dapat dianggap bekerja pada pusat bumi.
b.
Gesekan
Jika benda meluncur pada permukaan kasar maka antara benda
dan permukaan terdapat gesekan luncur yang disebut gesekan kinetik. Gaya gesekan kinetik
bekerja pada enda yang sedang meluncur arah berlawanan dengan arah geraknya.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa besar gaya
gesekan kinetik berbanding lurus dengan gaya
normal sehingga dapat diambil rumus :
Ff = μk FN
Dengan μk adalah koifisien gesekan kinetik. Gaya gesekan Ff bekerja sejajar permukaan antara dua benda
yang bersentuhan, dan gaya
normal FN
tegak lurus pada permukaan.
c.
Gerak melingkar
Gaya yang diperlukan agar suatu benda mengikuti lintasan lingkaran
disebut gaya
sentripetal. Secara umum dapat dikatakan bahwa gaya
sentripetal adalah gaya
yang tegak lurus pada kecepatan suatu benda yang sedang bergerak sepanjang
lintasan lengkung. Gaya
sentripetal mempunyai arah menuju pusat kelengkungan lintasan benda.
Suatu benda yang bergerak dalam lintasan dengan laju
konstan dikatakan mengalai gerak melingkar seragam atau beraturan. Gaya sentripetal dalam gerak semacam ini selalu menuju
pusat lingkaran, yang berarti bahwa gaya
selalu tegak lurus pada kecepatanya. Percepatan yang berkaitan dengan gaya sentripetal disebut
percepatan sentripetal atau percepatan radial.
Untuk mencari besar kecepatan sentripetal kita
menggunakan definisi percepatan yang sudah lazim digunakan yaitu :
a = Δv
Δt
Dengan v adalah
perubahan kecepatan selama interval waktu Δt misalnya dalam interval waktu
benda bermasa m bergerak dari titik P ke titik Q, seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
Dengan busur Δs didepan sudut Δθ yang dianggap sangat
kecil. Perubahan vektor kecepatan v2-v1 = Δv seperti yang ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
Jika kita mengambil Δt sangat kecil, Δs dan Δθ juga
sangat kecil, v1 hampir sejajar dengan v2 dan Δv pada dasarnya tegak lurus.
Berarti Δv menunjuk kearah pusat lingkaran O. menurut definisi percepatan a
sama dengan arah Δv, juga menunjuk pusat lingkaran. Oleh karena itu percepatan
ini disebut percepatan sentripetal atau percepatan radial karena mempunyai arah
sepanjang jari-jari yang menuju ousat lingkaran dan diberi lambang ag.
Untuk sudut Δθ sangat kecil, geometri segitiga OPQ
sebangun dengan segitiga dalam gambar sehingga kita dapat menuliskan
Δv = Δs

v
r
karena kita menganggap besar kecepatan laju adalah sama,
v1 = v2 = v. hal ini juga bersesuaian dengan anggapan bahwa Δt sangat kecil,
busur Δs mendekati tali busur PQ. Sehingga persamaan itu dituliskan sebagai
berikut.
Δv = v Δs
r
Besar kecepatan sentripetal dapat
dicari dengan menggunakan rumus :
Ag = Δv =
v Δs
Karena v = Δs/ Δt maka
Ag = v2
r
Gaya sentripetal dicari berdasarkan hukum kedua newton untuk komponen
radial yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑FR = mag = m v2
r
dengan ∑FR adalah gaya
neto dalam arah radial.
Dalam gerak melingkar beraturan atau gerak melinkar
seragam, laju partikel adalah konstan. Dalam hal ini benda melalui setiap titik
pada lingkaran dalam selang waktu konstan. Periode T adalah waktu yang
diperlukan oleh pertikel untuk menempuh satu kali putaran. Jumlah putaran tiap
satuan waktu, biasanya tiap sekon disebut frekuensi. Hubungan antara periode
dan frekuensi dinyatakan dalam rumus :
f = 1
T
Dalam SI periode dinyatakan dalam s, frekuensi
dinyatakan hertz (Hz) yang didefinisikan sebagai cps. Terkadang frekuensi gerak
melingkar dinyatakan dalam rps atau rpm. Dalam gerak melingkar beraturan kita
dapat menuliskan besaran kecepatan benda adalah :
v = 2πr
T
Karena dalam revolusi benda menempuh satu keliling
lingkaran ( = 2πr )
B.
Energi dan Momentum
1.
Usaha
Usaha yang dilakukan oleh gaya
konstan F yang bekerja pada suatu benda yang mengalami pergeseran x sama dengan
hasil kali besar komponen gaya
Fx dalam arah pergeseran itu dan besarpergeseran x. jika sudut antara gaya F
dan pergeseran x adalah θ, seperti pada gambar dibawah (a) ini :
Maka dapat disimpulkan Fx = F cos θ.
Oleh karena itu kita dapat mendefinisikan usaha dengan
persamaan :
W = Fx cos θ
Usaha merupakan besaran skalar, meskipun usaha
bergantung pada dua besaran vektor, gaya
dan pergeseran mempunyai arah sama dengan x, maka θ = 0 dan cos θ = 1 sehingga
:
W = Fx (F searah dengan x)
Akan tetapi jika F tegak lurus terhadap x, θ = 90o,
maka cos 90o = 0 dan W = 0
Jika arah Fx berlawanan dengan arah pergeseran x, maka
cos θ = cos 180o = -1. Dalam hal ini usaha yang dilakukan oleh gaya terhadap benda itu
adalah negatif. Dalam satuan SI usaha adalah Joule (J). satu joule adalah usaha
yang dilakukan oleh gaya
sebesar 1 N yang bekerja pada benda sepanjang jarak 1 m sehingga dapat diambil
rumus :
1 Joule = 1 J = 1 N . m
Jika kita berhasil mengangkat benda bermassa m sampai
ketinggian h, maka gaya
yang harus kita lakukan untuk mengangkat benda itu sama dengan berat benda itu
, yaitu mg searah dengan ketinggian benda yang kita angkat. Oleh karena itu
usaha yang dilakukan adalah :
W = mgh
2.
Energi
Satuan energi sama dengan satuan usaha yaitu Joule dalam
SI. Secara luas kita mengenal tiga energi, yaitu :
1.
Energi Kinetik
Jika energi kinetik benda diberi lambang EK, maka energi
kinetik benda bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v adalah :
Ek = ½ mv2
Jika kecepatan awal benda adalah vo dan kecepatan akhir adalah v maka kita dapat menuliskan rumus
sebagai berikut :
W = Fx = ½ mv2 – ½ mv2o
Atau
W= EK – Eko = ΔEK
Dengan ΔEK adalah perubahan energi kinetik benda. Energi
kinetik juga merupakan besaran saklar.
2.
Energi Potensial
Gaya gravitasi bekerja pada benda selama benda bergerak dari posisi y1 sampai posisi y2. karena gaya gravitasi berlawanan
dengan pergeseran ( θ = 0 ) maka dapat diperoleh rumus :
Weka = Feksh = mg (y2 – y1)

Kemampuan batu untuk melakukan usaha dengan jatuh ketanah disebut
energi potensial yang diberi lambang EP. Jumlah usaha yang sama dapat dialkukan
oleh benda ketika jatuh bebas mealui ketinggian h yang sama. Oleh karena itu
energi potensial batu tersebut adalah :
EP = mgh
Yang disebut potensial gravitasi. Makin tinggi benda diatas
permukaan tanah maka makin besar energi potensial gravitasi yang dimilikinya.
Jika kita menggabungkan persamaan diatas maka kita akan memperoleh
persamaan baru yaitu :
Weks = mgy2 – mgt1 = Ep2-EP1 + ΔEP
Dengan demikian usaha yang dilakukan oleh gaya luar untuk memindahkan beda dari posisi
y1 ke posisi y2 sama dengan nilai tanpa percepatan sama dengan perubahan energi
potensial benda antara posisi y1 ke posisi
y2. jika kita menggabungkan persamaan
diatas dapat diperoleh rumus
3.
Energi Mekanik dan kekekalanya
Energi mekanik dan semua bentuk energi termasuk suatu
besaran hal ini dikarenakan energi kinetik dan energi potensial merupakan
besaran skalar. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :
EK2 + EP2 = EK1 + EP1
Atau
E2 = E1 = Konstan
Jika hanya gaya-gaya konservatif yang sedang bekerja
energi mekanik total suatu sistem tidak bertambah atau berkurang dalam suatu
proses. Energi mekanik total sistem itu tetap konstan, atau energi mekanik
total sistem adalah kekal.
3.
Momentum Linear
Kejadian pada bola tenis menunjukkan bahwa ukuran
kecenderungan suatu benda yang sedang bergerak untuk melanjutkan gerakanya pada
kecepatan keonstan adalah hasil kali masa m dan kecepatanya.
Besaran mv disebut momentum linear, terkadang disingkat
momentum. Suatu benda yang sedang bergerak diberi lambang p sehingga kita dapat
menuliskan :
p = mv
Momentum linear merupakan besaran vektor yang mempunyai
arah sama dengan arah kecepatan v. dalam satuan SI satuan momentum adalah
kg.m/s
4.
Implus
Agar suatu benda dapat bergerak diperlukan gaya yang bekerja pada
benda itu selama periode waktu tertentu. Makin besar gaya dan makin panjang periode maka makin
besar pula meomentum yang dimiliki benda bersangkutan. Jika gaya konstan F bekerja pada suatu benda
selama interval waktu Δt maka besaran FΔt disebut implus sehingga dapat
dituliskan dengan rumus.
Implus = FΔt
Implus adalah besaran vektor dalam SI satuan implus
adalah newton sekon (N.s).
Menurut hukum kedua newton, gaya konstan F yang bekerja pada benda
bermassa m sehingga benda bergerak dengan percepatan a dapat dinyatakan sebagai
:
F = ma
Misalkan pada saat t1 = 0 gaya
F bekerja pada suatu benda yang mempunyai kecepatan awal v, dan pada saat t2 = Δt kecepatan benda telah berubah menjadi v + Δv, seperti
ditunjukkan pada gambar diatas. Percepatan benda dalam interval waktu adalah :
a = Perubahan kecepatan = Δv
Interval waktu Δt
Sehingga
F = ma = m Δv
Δt
Atau
F = Δ (mv) = Δp

Δt Δt
Persamaan diatas merupakan bentuk lain dari perumusan
hukum kedua newton yang dapat dinyatakan bahwa laju perubahan momentum suatu
benda sama dengan gaya
neto yang bekerja padanya.
Persamaan diatas dapat disusun kembali sehingga kita
memperoleh
FΔt = Δ (mv) = Δp
Jadi implus yang diberikan oleh suatu gaya sama dengan perubahan momentum benda.
5.
Hukum kekekalan momentum
Hal ini dicontohkan pada bola bilyard yang bermasa m1 dan m2 yang bergerak salling
mendekati dengan kecepatan secara berturut-turut adalah v1 dan v2. kemduain dua bola itu
bertumbukan satu sama lain. Selama tumbukan dua bola itu saling berinteraksi
dengan gaya F12 dan F21. perhatikan bahwa F21 adalah gaya yang bekerja pada bola 1 karena bola 2 dan F21 adalah gaya yang bekerja pada bola 2 karena bola 1. perhatikan
gambar dibawah ini.
Dengan demikian maka dapat diperoleh sebuah persamaan
yaitu :
- (m2v12-m2v2) = m1v11-m1v1
Yang dapat disusun kembali menjadi
m1v1 + m2v2 = m1v11
+ m2v12
Persamaan diatas merupakan perumusan kekekalan momentum
linear untuk tumbukan dua buah benda, yang menunjukkan bahwa vektor momentum
total sistem dua benda yang bertumbukan adalah kekal. Dengan katalain momentum
total sebelum tumbukan sama dengan momentum total setelah tumbukan.
6.
Tumbukan
Dalam semua tumbukan dan ledakan berlaku hukum kekekalan
momentu. Meskipun momentum total dalam semua tumbukan adalah kekal, tetapi
energi kinetik tidak selalu kekal. Tumbukan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu :
a.
Tumbukan Lenting
Tumbukan lenting energi kinetiknya kekal, jika kita
menggunakan subskrip 1 dan 2 untuk menggambarkan dua benda kita dapat
menuliskan energi kinetiknya total sebelum tumbukan sama dengan energi kinetik
total setelah tumbukan. Dengan demikian dapat diperoleh rumus :
½ m1v21 + ½ m2v22 = ½ m1v1’2 + ½ m2v2’2
b.
Tumbukan Taklenting
Tumbukan Taklenting energi kinetiknya tidak kekal
sebagian energi kinetiknya hilang sebagai panas, bunyi, dan sebagainya. Dalam
hal ini dapat dituliskan :
EK1 + EK2 = EK’1 + EK’2
c.
Tumbukan Taklenting sempurna
Energi kinetiknya diubah menjadi energi yang lain dan
setelah tumbukan benda-benda tersebut lengket satu sama lain.
C. ASAS PESAWAT SEDERHANA
1.
Gaya Putar
a.
Torka atau momen gaya
Ketika ingin memutar baut kita melakukan gaya F pada kunci inggris
yang mempunyai rahang pada kepala baut, seperti ditunjukan pada gambar dibawah
ini.
Makin kuat gaya maka
makin besar efek putar, makin panjang jarak tegak lurus L dari garis kerja gaya terhadap titik sumbu
O, juga makin besar efek putar. Jarak L disebut lengan momen.
Dari gambar diatas dapat terbaca ukuran efek putar gaya disekitar titik sumbu O adalah momen gaya
atau torka τ = FL yang merupakan hasil kali antara besar gaya
F dan lengan momen L. dalam (a) lengan momen L paling panjang, sehingga momen gaya τ adalah maksimum.
Dalam (d) garis kerja gaya melewati O dan L = 0
sehingga momen gaya
τ = 0.
Hasil kali besar agay F dan lengan momen L disebut momen
gaya atau torka gaya
itu disekitar O. untuk memutar sesuatu kita memberikan momen gaya padanya. Lambang momen gaya atau torka adalah τ ( tau ) sehingga
Τ = FL
Satuan torka dalam SI adalah Newton. Meter (n.m).
b.
Gaya Sejajar
Bilamana dua gaya
atau lebih yang sejajar bekerja pada suatu benda, pertama-tama kita menentukan
apakah benda itu dalam keadaan setimbang. Bilamana sebuah benda berada dalam
keadaan setimbang dan dua gaya
sejajar atau lebih bekerja kita dapat mengatakan bahwa :
1)
Jumlah gaya
yang bekerja dalam satu arah harus sama dengan jumlah gaya yang bekerja dalam arah berlawanan.
2)
Jumlah momen searah jarum jam
disekitar suatu titik pada benda harus sama dengan jumlah momen yang berlawanan
arah jarum jam.
Kita dapat menggunakan dua syarat ini pada seberang
benda yang berada dalam keadaan setimbang dan menggunakan persamaan-persamaan
itu untuk mencari gaya-gaya yang tidak diketahui
c.
Kopel
Kopel adalah sepasang gaya yang bekerja pada suatu benda yang sama
besarnya dan berlawanan arah, tidak bekerja sepanjang garis lurus yang sama.
Kopel memberikan momen pada benda dan cenderung memutarnya, tidak menghasilkan gaya resultan tunggal dan
tidak cenderung menggerakkan benda itu dari satu posisi keposisi lainya.
Perhatikan gambar dibawah ini yang ditunjukkan dua gaya sebesar F yang
sejajar dan berlawanan arah bekerja pada ujung-ujung sebuah batang dengan
panjang L yang dapat berputra pada sumbu O.
momen total dua gaya
itu atau momen kopel (M) disekitar sumbu O dapat dihitung sebagai berikut :
M = FL1 + FL2 = F (L1 + L2 )
Atau
M = FL
2.
Pesawat
Pesawat adalah piranti yang meneruskan gaya
atau momen gaya
untuk tujuan tertentu. Pesawat melakukan usaha dengan mengambil energi pada
salah satu bagian dan memberikan energi itu pada bagian lain dalam bentuk yang
berbeda.
a.
Pengganda Gaya dan Pengganda Jarak
Pesawat bisa dirancang untuk meningkatkan besar gaya atau meningkatkan jarak
atau laju benda yang bergerak. Dalam pesawat mekanis energi masukan diberikan
oleh sebuah gaya
yang disebut kuasa atau upaya dan energi keluaran diperoleh karena mesin itu
digunakan untuk melakukan usaha dalam menggerakkan beban.
Pesawat yang dirancang dengan kuasa kecil untuk
menggerakkan beban yang lebih besar disebut pengganda gaya. Dalam hal ini dapat juga dikatakan
bahwa keuntungan mekanis adalah nisbah antara beban Fb dan kuasa Fk. Oleh
karena itu dapat dituliskan dengan rumus :
KM = F out = Fb
F in Fk
Asas kesetimbangan merupakan dasar untuk menghitung
keuntungan mekanis bilamana diberikan gaya
masukan F in pesawat akan mengimbangi satu beban yang sama dengan Fout.
Perhatikan gambar dibawah ini
Syarat kesetimbangan adalah bahwa momen gaya yang
dihasilkan oleh Fin dalam hal ini Fk disekitar titik tumpu O adalah sama dengan besar momen gaya yang
dihasilkan oleh Fout dalam hal ini Fb, jika kita menyebut lengan tuas secara berturut-turut adalah Lin atau lengan kuasa Lk dan Lout atau lengan beban Lb maka kita
memperoleh :
F in Lin = F out L out
Sehingga
KM = F out L in
F in L out
Atau
KM = Fb Lk
Fk Lb
Bilamana suatu pesawat digunakan untuk menggandakan
kuasa, kekekalan energi dipertahankan dengan membuat kuasa bergerak pada suatu
jarak yang lebih besar dari pada beban. Hal ini terjadi karena energi keluaran
dari pesawat ( Fbdb = beban x jarak yang ditempuh beban ) tidak dapat melebihi energi
masukan ( Fkdk = kuasa x jarak yang ditempuh kuasa ).
Perbandingan antara jarak yang ditempuh kuasa dan jarak
yang ditempuh beban disebut nisbah jarak, atau nisbah kecepatan ( NK ) sehingga
dapat dirumuskan :
NK = dk
Db
Nisbah jarak atau nisbah kecepatan biasanya dapat
dihitung secara tepat dari rancangan atau geometrinya. Sebagai contoh
perbandingan antara jarak yang ditempuh kuasa dan jarak yang ditempuh beban
dalam gambar dibawah ini
Sama dengan perbandingan lengan-lengannya dengan
demikian dapat dituliskan keuntungan mekanis dan nisbah kecepatan sebagai
berikut :
KM = Fb = Lk = dk
NK = dk = Lk

db Lb
b.
Efisiensi Pesawat
Usaha yang dilakukan terhadap gesekan mengubah energi
masukan menjadi energi panas yang terbuang dansedikit tenergi derau (noise)
yang akhirnya menjadi energi panas. Persamaan energi pesawat dapat dituliskan
sebagai berikut :
Energi masukan = energi
keluaran yang berguna + energi keluaran yang terbuang
Karena pesawat membuang sebagian energi masukan mesin
tidak efisien sempurna dalam mengubah energi masukan menjadi energi keluaran
yang dikehendaki, kita mengukur efisiensi mesin dalam bentuk nisbah dan
dinyatakan dalam persen sebagai berikut :
Efisiensi = Energi keluaran
yang berguna x 100 %
Energi masukan
Efisiensi pesawat mekanis dapat dihitung usaha masukan
dan usaha keluaran yang berguna yaitu :
Usaha Keluaran
yang berguna = Beban x Jarak yang ditempuh = Fbdb
Usaha masukan = kuasa
x jarak yang ditempuh beban = Fkdk
Sehingga efisiensi η (eta) dapat dituliskan sebagai
berikut :
Η = Fb db x 100%
Fk dk
Karena
KM = F out = Fb dan NK
= dk
Kita memperoleh rumus
Η = KM x
100%
NK
c.
Beberapa Pesawat Sederhana
Semua pesawat pada dasarnya merupakan kombinasi dari :
1)
Tuas
Tuas adalah pesawat
sederhana yang menggunakan sumbu atau penumbu untuk meneruskan usaha yang
dilakukan oleh kuasa pada satu tempat kebeban pada tempat lain. Perhatikan
gambar dibawah ini :
Dalam masing-masing contoh diatas perlu diperhatikan
beberapa hal, yaitu :
a)
Letak sumbu atau penumpu
b)
Beban atau kuasa yang lebih
dekat dengan sumbu
c)
Nisbah kecepatanya lebih besar
atau lebih kecil
d)
Keuntungan mekanisnya lebih
besar atau lebih kecil.
Tuas-tuas dapat dikelompokkan menjadi tigas macam, Yaitu
:
a)
Golongan pertama yang mempunyai
sumbu atau penumpu antara beban dan kuasa. Gunting dan obeng yang digunakan
untuk membuka tutup kaleng mempunyai nisbah keceptan lebih besar yang
memperbesar kuasa dengan menggunakan linggis.
b)
Golongan kedua yang mempunai
beban antara kuasa dan sumbu atau penumpu. Gerobag dorong dan pembuka tutup
botol menunjukkan bahwa susunan ini juga memberikan nisbah kecepatan lebih
besar dari 1 dan tuas ini memperbesar kuasa.
c)
Golongan ketiga yang mempunyai
kuasa antara beban dan sumbu atau penumpu. Tangkai pancing dirancang seperti
susunan ini sehingga gerak kuasa yang kecil dapat menghasilkan gerak beban
diperbesar. Dalam jepitan gaya
yang diberikan pada beban jauh lebih kecil dari pada kuasa yang memungkinkan
benda yang mudah pecah dapat dipegang sangat lembut. Pada manusia otot bisep
yang mengangkat lengan bawah dengan beban ditelapak tangan harus memberikan gaya kuasa jauh lebih
besar daripada beban yang diangkat. Keuntungan mekanis lengan bawah manusia
kira-kira 1/7.
2)
Katrol
Katrol digunakan untuk mengubah arah gaya dan untuk memperoleh keuntungan mekanis
lebih besar dari 1. kita mengenal tiga jenis katrol yaitu :
a)
Katrol Tunggal Tetap
Katrol dengan suatu penggantung tetap yang tidak bergerak
terhadap kuasa atau beban. Katrol ini sendiri berputar pada gandarnya secara
bebas dan efisiennya maksimum. Tegangan T pada tali memberikan gaya keatas terhadap beban
Fb maka dengan demikian lebih mudah
menarik tali kebawah daipada mengangkat beban keatas.
NK katrol tunggal tetap haruslah tapat 1 karena beban
akan naik dengan jarak yang sama seperti gerak kuasa. KM katrol tunggal tetap
hampir 1 karena hanya terdapat sejumlah kecil usaha yang terbuang untuk melawan
gesekan pada penggantung katrol dan dalam mengangkat beban tali.
b)
Katrol Tunggal Bergerak
Keuntungan mekanis katrol tunggal bergerak diperoleh
dengan pengukuran tetapi kita dapat melihat bahwa gaya
angkat keatas dibagi secara sama antara dua gaya keatas, kuasa Fk dan tegangan T pada tali pada sisi katrol lainya sehingga
Gaya keatas total yang = Beban + Berat katrol yang
bergerak
Diperlukan dan sebagainya.
Oleh karena itu kuasa
yang diperlukan = ½ (beban + Berat katrol yang bergerak ). Jika beban itu cukup
berat dibandingkan dengan katrol dan gaya-gaya gesekan, maka kuasa yang
dibutuhkan secara kasar setengah dari beban itu dan KM mendekati 2. dengan kata
lain, katrol tunggal bergerak dapat digunakan untuk memperbesar gaya kuasa hampir 2 kali.
c)
Katrol Ganda
Kumpulan dua katrol atau lebih yang betujuan untuk
memperoleh NK dan MK lebih tinggi. Katrol ini dipasang dalam satu blok atau
rangka. Keseluruhan sistem ini sering disebut kerekan atau katrol ganda.
Perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar diatas menunjukkan sistem kerekan yang terdiri
dari 4 katrol. Lok katrol atas terdiri dari dua katrol yang digantung tetap dan
dibawahnya tergantung blok katrol yang terdiri dari dua katrol yang bergerak.
Untuk mengangkat beban sebesar 1 m akan diperlukan tali empat meter yang akan
ditarik dari pesawat oleh kuasa, sehingga NK = 4. jika ujung bebas tali ditarik
dengan gaya Fk melalui jarak dk, blok
katrol yang bergerak terangkat melalui jarak ¼ dk. Karena terdapat empat tali yang harus dipendekkan.
Besar KM adalah :
KM = dk
dk
4
3)
Bidang Miring
Bidang miring adalah suatu lereng yang memungkinkan
beban diangkat sedikit demi sedikit dan dengan menggunakan kuasa yang lebih
kecil dari pada diangkat secara vertikal keatas.
Dalam gambar diatas kuasa Fk, mendorong benda menyusur lereng keatas, bergerak sejauh L
sepanjang lereng itu. Beban Fb diangkat
sampai ketinggian vertikal h melawan gravitasi keuntungan mekanisnya adalah :
KM = Fb = L

Fk h
Nisbah kecepatan bidang miring itu adalah NK = L/h.
makin panjang dan makin landai lereng maka makin besar nisbah kecepatanya.
Contoh asa bidang miring adalah baut atau sekrup seperti
pada gambar dibawah ini.
Untuk menunjukkan bahwa baut atau sekrup didasarkan pada
bidang miring potonglah selembar kertas agar berbentuk segitiga siku-siku
dengan lereng panjang. Kemudian bungkuskan potongan kertas disekeliling pensil
atau paku. Bandingkan lereng kertas yang membungkus pendil atau paku itu dengan
benang yang dililitkan pada alur baut atau sekrup.
4)
Roda dan Gandar
Roda dan gandar dicontohkan dalam kemudi. Roda kemudi
memungkinkan untuk menggunakan kuasa kecil untuk mengatasi beban yang besar.
Roda kemudi mempunyai NA lebih besar dari 1 yang memperbesar kuasa.
Nisbah kecepatan roda dan gandar dapat diperoleh dari
jari jari R dan r seperti dtunjukkan pada gambar bagian b.
Jarak yang ditempuh kuasa dalam memutar roda satu kali
keliling roda 2πR. Jarak yang ditempuh oleh beban yang bekerja pada sekeliling
gandar adalah 2πr. Dengan demikian nisbah kecepatanya adalah :
NK = 2πR = R

2πr r
5)
Gir
Tidak seperti katrol yang berputar secara bebas pada
sumbunya, sebagian besar gir dipasang pada gandar dan berputar dengan
gandarnya, gir dirancang dengan NK lebih besar dari satu atau lebih kecil dari
1. Bilamana NK lebih besar dari 1 efeknya adalah memperlambat laju rotasi dan
memperbesar kuasa, seperti halnya pada gambar dibawah ini bagian (a). Bilamana
NK Lebih kecil dari 1 efeknya adalah mempercepat rotasi dan memperbesar jarak
yang ditempuh. Seperti halnya pada gambar bagian (b).
Masukan roda gir yang menerima kuasa pada gandarnya
disebut roda penggerak. Roda gir keluaran yang bekerja terhadap beban yang
bekerja pada gandarnya disebut roda tergerak.
Dalam gambar tersebut bilamana roda gir kecil dengan 10
gigi melakukan satu putaran penuh, roda gir besar dengan 2 gigi melakukan
setengah putaran dan hanya berputar separuh cepatnya. Roda besar dengan gigi
lebih banyak selalu berputar lebih lambat, kita dapat melihat bahwa terdapat
perbandingan terbalik antara jumlah gigi dan laju rotasi. Yaitu :
Laju rotasi roda besar =
Jumlah gigi pada roda kecil

Laju rotasi roda kecil Jumlah gigi pada roda besar
Oleh karena itu NK pasangan gir yang ditentukan adalah :
NK = Laju rotasi penggerak
Laju rotasi roda
tergerak
Juga berhubungan secara terbalik dengan jumlah gigi pada
roda sehingga muncul persamaan :
NK = Jumlah Gigi pada roda tergerak
Jumlah gigi pada roda penggerak
Dalam gambar (a) roda tergerak mempunyai jumlah gigi dua
kali jumlah gigi roda penggerak, sehingga mempunyai NK = 2.
Dalam gambar (b) roda tergerak mempunyai jumlah gigi
setengah dari jumlah gigi roda penggerak sehingga mempunyai NK = ½ .