Tugas III
Modul III
Keterampilan Berbicara
Disusun sebagai salah satu Tugas dari bidang studi
“ KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA SD”
Jurusan PGSD
yang dibimbing oleh Dr. Maryeni
Oleh :
Muhammad Nur Syamsu
( NIM : 621367996 )
UNIVERSITAS TERBUKA
(UPBJJ-UT)
MALANG
POKJAR
(KELOMPOK BELAJAR)
KECAMATAN
BANGIL
Tahun
2010
Dengan mulut kita dapat berbicara. Berbicara adalah
merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting, karena
dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan
pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala
kondisi emosional dan lain sebagainya.
Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak
didapati orang yang berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu
memiliki kemampuan yang baik didalam menyampaikan isi pesannya kepada orang
lain sehingga dapat dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain,
tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau
menyesuaikan dengan detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau
perasaannya dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain yang
mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang pas dengan
keinginan si pembicara.
Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin
bukanlah suatu masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan,
pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema
sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang
pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya
dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan
yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang
handal.
Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh
semua orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya
satu arah maupun yang timbal balik
ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki ketermapilan berbicara yang baik,
akan memiliki kemudahan didalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di
tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah
dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
Disadari bahwa keterampilan berbicara seseorang, sangat
dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang
tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis), faktor pisik adalah menyangkut
dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir,
sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma),
karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia.
Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan
lingkungan pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara
tidaklah secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun
ia sudah memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang
baik. Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan
jalan megasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.
Pada dasarnya seorang pembicara yang handal adalah
seseorang yang ketika ia berbicara, baik dalam komuniasi formal (presentasi,
ceramah, dll.) maupun informal (pergaulan) memiliki daya tarik yang rhetoris
(mempesona) dengan isi pembicaraan yang efektif (sistematis,
benar/tepat, singkat dan jelas dengan bahasa yang tepat) sehingga orang yang
mendengarkannya dapat mengerti dengan jelas dan tergugah perasaannya.
Singkatnya, semua orang apapun profesinya, bila didalam
kegiatannya menggunakan komunikasi (pembicaraan) sebagai sarananya, maka ia
perlu memiliki keterampilan berbicara, terlebih lagi sebagai seorang tenaga
pendidik, penyiar, atupun profesi lainnya.
I.
Pengertian Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok
secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam
Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami
antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk
tingkah laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa
tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh
lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara
adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui
kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari
masyarakat yang berbeda.
Keterampilan
berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembi-cara yang baik mampu
memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang
baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara
dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan
bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara
atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui
ucapan atau suara.
Berbicara
dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat di-pisahkan, kegiatan
berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak
akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.
Manusia
adalah mahluk sosial. Manusia baru akan menjadi manusia bila ia hidup dalam
lingkungan manusia. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan
manusia dalam bermasyarakat dapat mewujudkan bermacam aneka bentuk. Lingkungan
terkecil adalah keluarga, dapat pula dalam bentuk lain seperti perkumpulan
sosial, agama, kesenian, olah raga, dan sebagainya.
Setiap
manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan,
ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan
terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Kehidupan
manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut
keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu
terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu
sendiri.
Di
luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan
tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan
sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di
pertemuan-pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu
forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara.
Berbicara
berperan penting dalam pendidikan keluarga. Tata krama dalam pergaulan
diajarkan secara lisan. Adat kebiasaan, norma-norma yang berlaku juga
seringkali diajarkan secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional
maupun masyarakat modern.
II. Fungsi Berbicara
Berbicara
meliputi empat aspek. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kognitif, aspek
afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan mengelola
pembelajaran berbicara.
Melalui
kegiatan perkuliahan Mata Kuliah Berbicara mahasiswa dituntun memahami dan
mendalami teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran
berbicara. Berarti pengetahuan mahasiswa mengenai teori, konsep, dan
generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan
dengan tahap perkuliahan. Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan
keterampilan berbicara merupakan fungsi Mata Kuliah Berbicara dipandang dari
aspek kognitif.
III. Relevansi Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan
dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Penggunaan
bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah sebagai berikut:
1)
Pelafalan
2)
Intonasi
3)
Pilihan kata
4)
Struktur kata dan kalimat
5)
Sistematika pembicaraan
6)
Isi pembicaraan
7)
Cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan
8)
Penampilan.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut dapat ditelusuri relevansi Mata Kuliah Berbicara dengan
mata kuliah lainnya. Dari segi pelafalan Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan
Mata Kuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Dari segi intonasi Mata Kuliah Berbicara
berkaitan dengan Mata Kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia. Dari segi pilihan kata
Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia.
Dari segi struktur kata Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah
Linguistik Umum, dan Sintaksis
Bahasa Indonesia. Dari segi sistematika dan isi pembicaraan Mata Kuliah
Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Wacana Bahasa Indonesia. Mata Kuliah
Berbicara juga berkaitan dengan Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa karena
dalam berbicara orang sering membuat kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan
kata, struktur kata, dan kalimat.
IV. KEMAMPUAN DASAR DALAM
KEGIATAN BERBICARA
1) Berdialog
Berdialog dapat diartikan sebagai
pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua orang
atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat
atau merundingkan suatu permasalahan. Dialog dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk seperti halnya bertelepon, bercakap-cakap, tanya jawab, wawancara,
diskusi, musyawarah, debat, dan simposium.
Dialog dapat terjadi kapan dan dimana saja serta tentang
apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa dialog dapat dilakukan dengan tema apa
saja. Dialog dapat dilakukan sepanjang waktu.
Hal-hal yang perludilakukan mendapat perhatian ketika
berdialog adalah :
1)
Bagaimana menarik perhatian
2)
Bagaimana cara memulai dan
memprakarsai suatu percakapan
3)
Bagaimana cara menyela,
mengoreksi dan mencari kejelasan
4)
Bagiamana mengakhiri suatu
percakapan
Bagahasa dalam dialog biasanya
pendek-pendek namun demikian pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai
mimik yang mendukung ekspresi wajah,
gerakan tangan, anggukan kepala dan sejenisnya termasuk paralinguistik yang
amat penting dalam suatu dialog.
2) Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman berarti
menyampikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini
dapat diwujudkan dalam bentuk pidato.
Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca
pengumuman diantaranya adalah volume suara harus lebih denganpenekanan yang
keras, intonasi yang tepat, dan gaya
penampilan menarik.
3) Menyampaikan Argumentasi
Salah satu proses komunikasi untuk
menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat, yaitu debat.
Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan
tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju
terhadap pendapat-pendapatnya.
4) Bercerita
Sejak zaman dahulu seorang ibu
mempunyai kebiasaan ercerita ketika akan menidurkan anaknya. Melalui bercerita
dapat dijalin hubungan yang akrab, selain itu menfaat bercerita diantaranya
yaitu :
a)
Memberikan suatu hiburan
b)
Mengajarkan kebenaran
c)
Memberikan keteladanan
d)
Dan melatih daya fikir anak
tersebut
Seorang pendongeng dapat berhasil
dengan baik apabila ia dapat menghidupkan cerita artinya dalam hal ini
pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu biasanya
pendongeng mempersiapkan dirinya dengan cara :
a)
Memahami sifat pendengar
b)
Menguasai Materi cerita
c)
Menguasai olah suara
d)
Menguasai berbagai macam
karakter
e)
Luwes dalam berolah tubuh
f)
Menjaga daya tahan tubuh
g)
Memilih cerita yang tepat
h)
Merasakan cerita
i)
Menyelaraskan cerita
j)
Menyelaraskan dan memperluas
cerita
k)
Mengenali tujuan dan klimaks
cerita
l)
Melukiskan kejadian cerita
m)
Menetapkan sudut pandang
n)
Menciptakan suasana dan gerak
o)
Merangkai adegan
V. KEMAMPUAN LANJUTAN DALAM
KEGIATAN BERBICARA
A.
MUSYAWARAH
Musyawarah mengandung arti
membicarakan sesuatu supaya mencapai mufakat atau kata sepakat. Mencapai kata
sepakat tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi. Dalam
suatu musyawarah yang terpenting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang
mengesampingkan kepentingan pribadi pribadinya demi kepentingan umum.
Dalam musyawarah dipimpin oleh
seorang pimpinan musyawarah yang lazim disebut pimpinan sidang. Pimpinan sidang
berhak membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib pelaksanaan. Dalam
musyawarah biasanya teradapat perbedaan suatu pendapat akan tetapi perbedaan
itu harus dipadukan. Bila tidak dapat dipadukan maka bisa diambil suara
terbanyak atau sering disebut dengan voting.
B.
DISKUSI
Diskusi ialah proses pelibatan dua
orang atau lebih yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai
tujuan yang sudah tentu melalui tukar menukar informasi untuk memcahkan
masalah.
Dalam sebuah diskusi harus ada suatu
pokok permasalahan yang dibicarakan, moderator adalah orang yang memimpin
jalanya suatu diskusi dan ada peserta yang mengemukakan pendapat secara
teratur. Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah :
1)
Partisipan lebih dari satu orang
2)
Dilaksanakan dengan bertatap
muka
3)
Menggunakan bahasa lisan
4)
Bertujuan untuk mendapatkan
kesempatan bersama
5)
Dilakukan dengan cara bertukar
informasi dan tanya jawab
Hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut
Dipodjoyo dalam Haryadi (1997:69) yaitu :
1)
Sikap koorperatif
2)
Semangat berinteraksi
3)
Kesadaran berkelompok
4)
Bahasa sebagai alat komunikasi
berdiskusi
5)
Kemampuan memahami persoalan
Selain itu ketika proses diskusi
sedang berlangsung hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraian dengan penuh
perhatian, menghilangkan sikap emosional danprasangka, menangkap gagasan utama
dan gagasan penjelas, serta mampu mempertimbangkan apa yang telah diutarakan.
Selain itu ketika menyampaikan suatu sanggahan, hendaklah disampaikan secara
santun, yaitu dengan cara :
1)
Pertanyaan dan sanggahan
diajukan dengan jelas dan tidak berbelit-belit
2)
Pertanyaan dan sanggahan
diajukan secara santun
3)
Menghindari pertanyaan,
permintaan dan perintah langsung
4)
Diusahakan agar pertanyaan dan
sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.
Sementara itu dalam memberikan suatu tanggapan harus
dipenuhi empat hal, yaitu :
1)
Jawaban atau tanggapan harus
berhubungan dengan pertanyaan
2)
Jawaban harus objectif dan
memuaskan berbagai pihak
3)
Prasangka dan emosi harus
dihindarkan
4)
Bersikap jujur dan terus terang
apabila tidak bisa menjawab.
Proses kesimpulan diskusi
dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain persetujuan
diskusi akan lebih baik apabila diikuti dengan argumen. Sanggahan yang
mencemooh kiranya dapat dihindari selain itu hasil diskusi harus didasarkan
pada objectifitas dan kemaslahan bersama. Pengambilan keputusan dilakukan pada
saat yang tepat, yaitu apabila sudah banyak persamaan pendapat, moderator
segera mengambil keputusan.
Diskusi akan berlarut-larut apabila
moderatur tidak bisa mengatur jalanya diskusi sehingga terkadang para peserta
berseikap gaduh. Dalam pengambilan keputusan moderator harus tegas dan juga
dengan cepat mengambil keputusan apabila ada persamaan dalam suatu sanggahan
yang terlontar.
C.
PIDATO
Komunikasi lisan khususnya pidato
dapat dilakukan secara impromtu ( Serta merta ), menghafal, metode nafkah, dan
ekstemporer, selain itu ketika menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini.
1)
Pengumpulan bahan
2)
Garis besar pidato
3)
Uraian secara detail
4)
Jumlah pendengar
5)
Tujuan dari suatu pendengar
berkumpul
6)
Mengetahui adat kebiasaan
pendengar
7)
Memposisikan letak dimana akan
berpidato
8)
Mengetahui Usia Pendengar
9)
Mengetahui Mayoritas Tingkat
Pendidikan Pendengar
10)
Memiliki keterikatan batin dengan
pendengar
11)
Bahasa yang digunakan
Pidato yang tersusun dengan baik dan
tertib akanmerik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu penyaji pesan
dengan jelas akan mempermudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan
menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh
susunan pidato yang baik dan tertib perlu adanya pengorganisasian pesan yang
bik dan tersusun rapi.
Dalam membuka pidato, kita tinggal
memilih satu diantara cara-cara tersebut sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia,
topik, tujuan, situasi dan pendengar sendiri.
Adapaun cara menutup suatu pidato adalah sebagai berikut
:
1)
Menyimpulkan atau mengemukakan
ikhtisar pembicaraan
2)
Mentakan kembali gagasan utama
dengan kalimat dan kata yang berbeda
3)
Mendorong khalayak untuk
bertindak
4)
Mengakhiri dengan klimaks
5)
Menyatakan kutipan dalam suatu
Al-Qur’an, peribahasa atau ucapan para ahli.
6)
Menceritakan tokoh yang berupa
ulustrasi dari tema pembicara
7)
Menerangkan maksud sebenarnya
pribadi pembicara
8)
Menguji dan menghargai khalayak
dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato
tersebut bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal
ini dapat berubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi
membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas.
VI. ULASAN MATERI
A. DEFINISI BERBICARA
Salah satu dari sekian banyak jenis
keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang adalah keterampilan
berbicara atau seni berbicara. Hal ini menjadi penting bahkan sangat urgen,
karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini sebagai manusia normal
kita tidak mungkin lari dari kenyataan bahwa kita dalam berinteraksi dengan
sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara yang disebut
komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan.
Nuansa ini memberikan aksentuasi
kepada kemampuan manusia di dalam menggunakan lambang-lambang kata,
simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasinya sehingga tujuan
komunikasi tercapai. Di dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi yang
dilakukan oleh manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok tidak jarang
ditemukan adanya kegagalan di dalam mencapai tujuan komunikasi. Hal ini
disebabakan oleh adanya kekurangmampuan komunikator dalam mengaplikasikan
secara lebih baik lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya
dalam proses komunikasi, atau mungkin juga disebabkan oleh faktor lainnya yang
tidak/kurang menguntungkan bagi kondisi di saat berlangsungnya proses
komunikasi tersebut.
Dari fenomena tersebut di atas maka seorang komunikator
dalam profesi apapun yang menggunakan bahasa lisan sebagai media
penyampaiannya, dipandang perlu membekali diri dengan suatu keterampilan atau
seni di dalam berbicara atau dalam istilahnya “Rhetorika”.
Beberapa defenisi yang dikemukakan
oleh beberapa pakar di bidang berbicara (
Rhetorika) yang diantaranya adalah :
1.
Richard E. Young cs, mengatakan
bahwa berbicara adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah
wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk membina saling
pengertiandan kerjasama.
2.
Socrates mengemukakan bahwa
berbicara mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog
sebagai tekniknya. Karena dengan dialog kebenaran dapat timbul dengan
sendirinya.
3.
Plato mengungkapkan bawha
berbicara adalah kemampuan didalam mengaplikasikan bahasa lisan yang sempurna
dan merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan
sempurna.
4.
Drs. Ton Kertapati mengartikan
berbicara sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan pikiran dan perasaannya
dengan menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dari beberapa defenisi tersebut di
atas, apapun defenisi dan siapapun yang mengemukakannya semua mengacu dan
memberi penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang
baik dengan memberikan sentuhan gaya
(seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati
pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya.
Kemampuan untuk menjadi pembicara
yang handal tidaklah diperoleh secara otomatis atau hanya mengandalkan bakat
yang besar dan pembawaan (kharismatik) semata, tetapi juga dapat dipelajari dan
atau melalui latihan yang banyak.
B. BERDIALOG
Dialog adalah percakapan yang
dilakukan oleh dua orang atau leih dan terjadi dalam situasi yang sama,
membicarakan topik yang sama pula. Didalam dialog pada pembicara saling
memberikan suatu informasi. Bagi seorang guru dialog berfungsi sebagai alat
menransfer suatu ilmu sedangkan siswa bertujuan untuk memperluas wawasan serta
pengetahuan yag dimilikinya. Selain itu dengan berdialog kita saling membantu
dalam memecahkan masalah. Bahasa digunakan adalah bahasa lisan yang
diekspresikan secara lisan dan spontan. Adapun yang perlu diperhatikan dalam
dialog adalah :
1)
Feel Frendly
Adanya suasana hati yang menaruh rasa simpati kepada
teman bicara kita
2)
Look Friendly
Penampilan kita yang memancarkan kesimpatian atau
penampilan yang sesuai dengan kata hati kita
3)
Sound Friendly
Kesimpatikan yang dirasakan atau didengar lewat suara,
nada pembicara maupun intonasi pembicaraan
Didalam pembelajaran disekolah tujuan
dalam latihan berdialog adalah untuk melatih keberanian dan memperkaya
perbendaharaan bahasa para siswa serta untuk melatih akting atau latihan
mengekspresikan diri dengan mimik dan suara yang serasi.
Dialog dapat dilakukan secara santai
misalnya dengan cara mengemukakan pendapat dalam situasi informasi dengan teman
baik itu dari guru maupun dari siswa itu sendiri. Cara tersebut adalah :
1)
Membandingkan beberapa teori
Membandingkan beberapa teori misalnya dialog dari para
siswa setelah membaca beberapa teori dari buku pelajaran atau buku acuan dalam
bentuk tanya jawab dalam mengomentari keunggulan dan kelemahan masing-masing
teori atau membandingkan perbedaan teori yang satu dengan yang lainya.
2)
Menghargai karya seorang
pengarang
Menghargai karya misalnya dialog para siswa dalam bentuk
pengungkapan apresiasi karya sastra menurut interprestasinya masing-masing atau
menunjukkan segi-segi keindahan yang terancang dalam karya sastra sesuai dengan
isi hatinya.
3)
Mengkritik karya seorang
pengarang
Para siswa berdialog dalam bentuk mengkritik hasiil karya orang lain
kemudian siswa tersebut menimbang kualitas karya yang telah dibacanya
dibacanya, setelah itu siswa akan mengetahui bagaimana karya sastra itu.
4)
Menanggapi pendapat seseorang
Menanggapi pendapat seseorang misalakan para siswa
setelah membaca koran, membaca majalah, menonton TV, atau mendengarkan radio
dalam bentuk mengomentari pendapat seseorang dari tulisan disurat kabar atau
majalah.
Didalam
pembelajaran dialog disekolah guru dapat melatih siswa berdialog dengan tekhnik
semi terpimpin. Jika dalam latihan mengemukakan pendapat terdapat suatu
kesalahan atau kekurangan dari siswa, guru tidak boleh langsung menergurnya,
akan tetapi memberikan penjelasan dan penambahan apabila terdapat suatu
kekurangan
Kegiatan
dialog dapat dilakukan dalam bentuk suatu kegiatan wicara informasi yaitu
sebagai berikut :
1)
Dialog dalam bentuk bertukar
pengalaman
2)
Dialog dalam bentuk
bercakap-cakap
3)
Dialog dalam bentuk mengabarkan
suatu berita
4)
Dialog dalam menjelaskan isi
pengumuman
5)
Dialog dengan cara saling
memperkenalkan diri
6)
Dialog santai lewat telepon
7)
Dialog dalam memberikan
petunjuk atau penjelasan
8)
Dialog dalam pelajaran
disekolah atau pembelajaran
Dialog yang sering dilakukan dalam
proses pembelajaran disekolah adalah dialog dalam hal mengemukakan isi bacaan
yaitu dialog yang bertujuan untuk melatih wicara siswa sekaligus untuk
meningkatkan minat baca siswa. Didalam latihan dialog bentuk ini siswa harus
membaca terlebih dahulu karena tanpa membaca siswa tersebut tidak akan mungkin
bisa melaporkan isi bacaan, kemudian siswa mendiskusikan secara informal bacaan
tersebut terhadap kelompok lain. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan isi
bacaan terseut dan menjelaskan kepada teman-temnya tentang isi bacaan tersebut.
C. MENYAMPAIKAN ARGUMENTASI
Kemampuan atau keterampilan
beragumentasi dalam suatu diskusi formal ataupun informal sebagai suatu
pertandingan untuk mencari kemenagan dengan cara mengalahkan argumentasi dari
lawan sering disebut dengan istilah debat.
Debat dapat digunakan sebagai metode
dalam proses belajar mengajar dalam rangka menciptakan suasana untuk mencapai
tujuan belajar mengajar tertentu. Dalam situasi formal debat dapat berbentuk
diskusi yang memiliki pola tertentu yaitu sebuah diskusi yang memiliki sebuah
kelompok pro dan kelompok kontra. Kelompok pro dalam debat merupakan kelompok
yang berpendapat positif dan menyetujui tentang argumen kita sedangkan kelompok
kontra adalah kelompok yang didak menyetujui tentang argumen kita dan bersifat
negatif atau menentang.
Terkadang untuk para siswa debat
informal sangat sulit dilakukan hal ini dikarenakan pemahaman siswa tingkat
sekolah dasar masih kurang mampu untuk menguasai suatu permasalah sendiri dan
masih dibantu dengan penjelasan dari guru. Kebanyakan metode debat yang
digunakan para siswa adalah metode secara informal yaitu suatu kegiatan debat
yang menjurus kearah pertengkaran lidah atau adu mulut antara siswa yang satu dengan siswa yang lainya. Debat
ini sering sekali menjurus pada cara-cara kasar bahkan sering juga terjadi
perkelahian. Untuk itu guru harus menganjurkan dan melatih siswa dalam debat
informal dalam bentuk suatu diskusi kelompok yang dapat melatih siswa dalam
berbegai hal misalnya melatih siswa dalam berbicara, melatih dalam tatakrama
serta dapat melatih siswa dalam berdiskusi secara disiplin sehingga siswa dapat
menerima dari apa yang diutarakan.
Meskipun tujuan debat untuk
keterampilan beragumentasi dalam menangkis argumentasi lawan semua pendebat
harus sadar segala proses interaksi verbal tersebut harus berjalan dengan sukup
sopan dan adab. Jika ingin menyerang pendapa lawan maka yang diserang bukanlah
pribadi lawan melainkan hanya pendapat lawan tersebut, oleh karena itu forum perdebatan
harus dipimpin oleh moderator yang berfungsi mengatur kelancaran dan ketertiban
jalanya perdebatan.
Pada umumnya langkah-langkah debat tertata sebagai
berikut :
1)
Moderator mengemukakan topik
dan norma-norma serta meminta para ketua kelompok debat mengenalkan peran dan
fungsi para anggotanya.
2)
Moderator mulai meminta
pendapat dari salah seorang kelompok pro untuk mengungkapkan argumentasinya
tentang topik perdebatan tersebut.
3)
Setelah selesai, salah seorang
dari kelompok kontra menagucungkan tangan untuk menaggapi argumen dari penyaji.
4)
Moderator memberikan kesempatan
pendebat lain untuk menjawab apabila moderator merasa jawaban dari penyaji
masih kurang jelas baik dari penyaji atau audiens.
5)
Bila argumentasi masih kurang
lengkap maka teman-teman dari kelompok lain dapat menambahkannya.
6)
Begitu pula jika ada
argumentasi seorang kelompok yang dapat ditentang oleh kelompok kontra maka
dari kelompok kontra dapat menyanggahnya lagi apabila jawaban dari penyaji
masih kurang memuaskan.
7)
Begitu seterusnya sehingga terjadi
perdebatan yang panjang.
8)
Bila perdebatan sudah
menyimpang dari topik persoalan maka moderator harus meluruskannya.
9)
Setelah perdebatan dianggap
cukup, maka moderator dapat membuat kesimpulan yang bersifat netral atau tidak
memihak.
Diskusi dalam bentuk debat memeiliki segi positif atau
kebaikan dan juga segi negatif atau suatu kelemahan. Segi positif dalam debat
adalah :
1)
Dapat menyajikan kedua segi
permasalahan
2)
Mendorong adanya analisa
kelompok
3)
Menyajikan ide dan fakta dari
kedua sisi masalah
4)
Mengaktifkan motivasi bagi
penyaji maupun audiens
5)
Dapat dipakai dalam kelompok
besar
Sedangkan dalam
segi negatif adalah :
1)
Keinginan untuk menang
menyebabkan alasan tak objectif.
2)
Debat yang serng terjadi
mengakibatkan dari salah satu pihak emosi atau melibatkan perasaan.
3)
Pernyataan yang mungkin
mendapatkan kesan yang salah dan persepsi yang berbeda.
Dalam kaitanya dengan masalah debat ini argumentasi yang
baik disampaikan adalah argumen yang :
1)
Dapat dipercaya atau dibuktikan
2)
Alasan dari argumentasi bersifat
logis dengan menunjukkan contoh-contoh nyata.
3)
Alasan logis dengan didampingi
suatu asas atau aksioma tertentu.
4)
Alasan logis dengan menunjukkah
hubungan sebab akibat
5)
Dengan memberikan himbauan yang
bersifat emotional
Penampilan yang baik dari pembicara-pembicara kedua
belah pihak harus penuh dengan tenggang rasa dan saling bertoleransi.pembicara
yang baik adalah yang harus memiliki kepribadian sebagai berikut :
1)
Seorang pembicara harus
mempunyai watak moral yang kuat dalam segi positif
2)
Seorang pembicara harus
memiliki kontrol diri
3)
Seorang pembicara harus
memiliki keikhlasan dan kesungguhan hati
4)
Seorang pembicara harus
memiliki suatu perhatian yang sempurna terhadap pendengar
5)
Seorang pembicara harus
menciptakan pergaulan yang akrab dengan penuh perhatian dan toleransi
6)
Seorang pembicara harus
memiliki kejujuran dan cara mempengaruhi juga halus atau lembut.
7)
Seorang pembicara harus
memiliki sikap bijaksana dalam bertindak dan berfikir.
D. BERCERITA
Orang yang melakukan suatu aktifitas
bercerita atau tukang cerita sering disebut juga narator. Bagi seorang guru
adakalanya bercerita tentang kisah nyata yang dapat berbentuk kisah
kepahlawanan, kisah pengalaman, kisah perjalanan, riwayat hidup, silsilah atau
bahkan kejadian yang aktual, dengan demikian siswa akan lebih mudah mencerna
dan lebih mudah mengambil kesimpulan serta dapat menangkap pesan dari cerita
tersebut dengan baik.
Agar seorang guru dapat membawakan cerita dengan baik
seyogyanya ia harus :
1)
Menguasai aspek kesastraan dari
suatu cerita dengan baik yang meliputi pemahaman atas tema, alur, watak para
tokoh serta setting pada cerita.
2)
Menguasai latar atau historis
cerita atau sejarah tersebut.
3)
Menguasai aspek kebahasan baik
dari segi segmental maupun supramental agar komunikasi lebih hidup.
4)
Pandai bermain mimik agar
cerita lebih menjiwai.
5)
Memiliki semangat dan ketahanan
fisik yang prima agar tidak cepat lelah dalam bercerita.
6)
Pandai menyesuaiakan diri
dengan audiens agar komunikasi dengan audiens dalam hal ini adalah siswa lebih
tampak familiar.
Didalam bercerita seorang guru dapat bercerita dengan
beberapa model bercerita antara lain.
1)
Model cerita deskriptif yaitu
model cerita yang berakibat siswa membayangkan dari apa yang diceritakan
misalkan cerita yang digambarkan dengan menggambarkan atau menjelaskan tentang
tempat dari cerita tersebut atau ciri-ciri fisik dari tokoh dalam cerita.
2)
Model cerita dialog. Yaitu
model cerita yang didalamnya terdapat dialog yang saling berkaitan atau saling
sambung menyambung.
3)
Model cerita akting. Yaitu
model cerita yang dalam cerita si pencerita dalam hal ini guru selain bercerita
juga meragakan suatu gerakan gerakan dan dapat juga didiringi dengan musik atau
yang lain, biasanya model cerita seperti ini digunakan dalam guru drama atau
teater.
E. MUSYAWARAH
Musyawarah didalam suatu lingkungan
pembelajaran sangat banyak ditemui. Musyawarah adalah suatu proses dimana
membahas suatu permasalahan yang bertujuan untuk mencapai suatu mufakat.
Guru biasanya menggunakan proses ini
pada suatu rapat. Biasanya rapat diadakan karena adanya suatu permasalahan
sehingga harus dimusyawarahkan. Misalkan didalam suatu sekolah tersebut akan
diadakan kegiatan penyembelihan hewan qurban, maka semua dewan guru beserta
kepala sekolah berkumpul untuk memusyawarahkan bagaimana yang akan dilakukan,
tidak jarang pula terjadi suatu permasalah dan adanya perbedaan pendapat untuk
itu pengambilan suatu keputusan harus dilakukan dengan bijak dalam hal ini
adalah kepala sekolah, dari musyawarah guru tersebut maka akan terlahir
pembagian kelompok kerja, waktu yang baik ditentukan, peralatan yang digunakan,
pengumpulan dana untuk kepentingan kegiatan qurban tersebut serta tempat dimana
akan diadakan penyembelihan hewan qurban tersebut.
Dari sanggahan dan masukan dewan guru
yang berlainan kepala sekolah dapat menyimpulkan dan mengambil suatu keputusan
yang bijaksana biasanya hasil keputusan musyawarah dikatakan sebagai kebijakan.
Didalam siswa musyawarahpun sering
terjadi misalkan dalam pembentukan ketua kelas, sumbangan terhadap teman yang
sakit atau bahkan dalam pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran dalam
model diskusi atau semacamnya.
Yang perlu diperhatikan dalam musyawarah adalah :
1)
Para peserta baik audiens ataupun pembicara mempunyai sikap ikhlas
2)
Tidak mementingkan dirinya
sendiri atau egois
3)
Tidak menuruti emosional
perseorangan
4)
Dapat mengendalikan diri dengan
baik.
5)
Tidak ada adu fisik
6)
Pengambil keputusan harus
mengerti maksud dan tujuan sebenarnya.
7)
Serta harus dapat menerima
keputusan yang ada.
F. DISKUSI
Diskusi yang diajarkan dalam pembelajaran didalam suatu
ruang lingkunp sekolah terutama didalam lingkungan sekolah dasar diantaranya
adalah
1.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok individu, sekurang-kurangnya dua orang
untuk menjawab suatu pertanyaan atau membahas suatu permasalah guna memperoleh
jawaban atas pertanyaan tersebut atau menemukan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Didalam dunia pendidikan diskusi kelompok dapat digunakan sebagai
strategi pembelajaran untuk mencipyakan kerja sama, dan untuk melatih siswa
berpikir kritis. Didalam pelaksanaanya dikelas biasanya diskusi kelompok itu
dilakukan dama bentuk tugas-tugas kelompok.
Adapun tujuan dilakukan diskusi kelompok ini adalah agar
para siswa :
1)
Dapat menyatakan pendapatnya
dengan bahasa yang jelas dan tepat
2)
Dapat menangkap pendapat para
siswa yang lain dengan tepat
3)
Dapat berperan serta dalam
menjawab pertanyaan atau memecahkan suatu masalah
4)
Dapat beragumentasi secara
logika dalam menerima atau menolak pendapat orang lain.
5)
Dapat bekerja sama dalam
memantapkan suatu permasalahan yang dibahas.
6)
Dapat membangkitkan dan
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
Didalam diskusi kelompok sisiwa
dibagi atas kelompok kecil yang masing-masing kelompok berjumlah antara dua
orang atau lebih, selain itu dalam kelompok itu mempunyai ketua dan sekretaris,
sedangkan sisinya menjadi suatu angggota. Dalam diskusi kelas masing-masing
kelompok menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok yang lainya.
Didalam diskkusi kelompok ini tugas seorang ketua adalah
sebagai berikut :
1)
Membuka diskusi dengan baik.
2)
Mengatur lalu lintas
pembicaraan kelompok agar diskusi berjalan lancar dan mencapai suatu tujuan
yang diinginkan.
3)
Memperjelas permasalahan dalam
diskusi dan membagi giliran berbicara pada kelompoknya.
4)
Mengatur ketertiban dan
efisiensi waktu dalam berbicara atau mengemukakan pendapat.
5)
Mendorong peserta yang pendiam
agar mau berperan aktif dalam suatu diskusi.
6)
Menyerahkan permasalahan yang
sangat sulit kepada guru dalam hal ini guru bertindak sebagai penasehat atau
supervisor.
7)
Memandu diskusi dengan
meluruskan kembali pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi.
8)
Menutup diskusi secara efektif.
9)
Menjaga dan memelihara arah
diskusi.
Adapun tugas sekretaris dalam kelompok diskusi adalah :
1)
Mencatat waktu dan acara
diskusi
2)
Mencatat nama-nama yang
berbicara, bertanya, mengajukan usul, dan mengajukan pendapat dalam diskusi
3)
Mencatat semua pertanyaan,
usulan dan pendapat dari peserta kelompok.
4)
Membuat kesimpulan diskusi
bersama-sama ketua diskusi
5)
Mencatat sisa masalah yang
belum terpecahkan yang kemudian meminta bantuan kepada guru yang bersangkutan
untuk kemudan hasil dari jawaban tersebut dijelaskan pada ketua kelompok
diskusi.
Didalam diskusi kelas ketua diskusi dapat dilakukan oleh
guru tersebut atau siswa yang ditunjuk oleh guru itu sendiri.
Sedangkan tugas anggota kelompok diskusi adalah :
1)
Menerangkan kepada audiens atau
peserta tentang topik yang dibahas.
2)
Membantu menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh audiens
3)
Membantu sanggahan atau
menambahkan sanggahan dari kelompok lain.
4)
Serta memberikan masukan kepada
ketua kelompok apabila ternyata kesimpulan yang didapat masih kurang.
2.
Diskusi Panel
Diskusi panel adalah diskusi yang
mendayagunakan empat sampai delapan narasumber sebagai informan untuk menyajikan
berbagai pendangan tentang pokok persoalan kepada peserta diskusi. Batasan ini
tidak mutlak karena kenyataanya pelaksanaan diskusi panel dapat dilakukan oleh
tiga sampai dengan tujuh peserta sebagai panelis dan para pendengar sebagai
pihak yang memperoleh informasi baru. Dalam diskusi panel dipilih suatu topik
yang menarik untuk dibahas oleh para penelis yang kebanyakan diperankan oleh
status dan pekerjaan yang berbeda.
Dalam kegiatan belajar mengajar
disekolah dapat dicontohkan dengan cara guru membagi beberapa kelompok siswa
yang setiap kelompok siswa meneliti tentang kehidupan masyarakat setempat,
topik pembicaraan yang dipermasalahkan adalah bagaimana sulitnya hidup dan
proses interaksi antara masnusia. Dalam kelompok siswa yang satu meneliti tentang
bagaimana kehidupan seorang pedagang kaki lima
yang kemudian dalam diskusi berperan menjadi seorang pedagang, siswa yang kedua
meneliti tentang kehidupan seorang pengusaha yang kemudian akan berperan
menjadi seorang pengusaha, sedangkan siswa yang ketiga berperan menjadi seorang
guru. Kemudian siswa tersebut satu persatu menjelaskan tentang kehidupan mereka
masing-masing, dari uraian siswa tersebut maka dapat diambil kesimpulan oleh
ketua kelompok tentang interaksi antara pedagang kaki lima, pengusaha dan
seorang guru akan terkait, misalkan seorang pedagang kaki lima tidak akan bisa
berdagang apabila tidak ada pengusaha yang memberikan atau menjual produkjadinya, demikian juga seorang
pengusaha tidak akan bisa menjadi penguasaha apabila tidak ada seorang guru
yang mengajarinya.
Tujuan diskusi panel adalah
mendiskusikan suatu masalah atau topik yang ditinjau dari beberapa aspek. Aspek
ini tergantung pada topik diskusi. Oleh karena itu diskusi panel harus
ditujukan pada perangsang cara berfikir masa khususnya para siswa dengan
memberikan berbagai prospek dan sudut pandang yang berbeda.
Akan tetapi diskusi panel semacam ini
sangat jarang terjadi dikalangan sekolah. Didalam diskusi panel perlu adanya
penyimpulan pembicaraan tetapi tidak perlu mencapai keputusan dan kesatuan
pendapat. Hanya dalam hal-hal khusus sajalah seorang diluar anggota panel
diperbolehkan memberikan sumbangan pikiran. Pada umumnya tidak diselingi oleh
pandangan umum dari audiens atau pendengar.
Adapun langkah-langkah diskusi panel adalah sebagai
berikut :
1)
Tahap Pertama
Moderator mengemukakan pandanganya tentang topik yang
disepakati, kemudian para anggota mengemukakan pandangan yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainya karena bertumpu dari titik pandang yang berbeda.
2)
Tahap Kedua
Antara anggota atau panelis saling merespon dalam hal
ini bertanya maupun menaggapi dengan dipandu dari moderator dan dicatat oleh
sekretaris.
3)
Tahap Ketiga
Moderator merangkum hasil diskusi panel dengan membuat
kesimpulan umum atau kesimpulan sementara. Kesimpulan tersebut dirumuskan
bersama-sama oleh sekretaris dan berisikan masalah-masalah yang secara umum
telah dipecahnkan bersama. Adapun masalah-masalah lain yang tidak mencapai
titik temu tidak perlu disimpulkan oleh moderator.
Ketiga tahapan tersebut merupakan
tahapan umum yang biasanya dilakukan dalam kegiatan diskusi panel. Adapun
langkah secara teknis dalam pelaksanaanya dapat diperinci sebagai berikut :
1)
Moderator mengumumkan topik
diskusi serta memperkenalkan para panelis dan aspek-aspek yang akan diperankan
oleh para panelis.
2)
Moderator menetapkan
peraturan-peraturan pembicaraan dan memberikan pengarahan singkat.
3)
Panelis pertama dipersilahkan
memberikan pandagnanya tetang topik permasalahan diskusi.
4)
Setelah panelis pertama
mengemukakan argumentasinya dipersilahkan panel kedua dan berikut seterusnya
sampai semua panel mengutarakan argumentasinya.
5)
Setelah semua panel
menyampaikan argumentasinya. Moderator menyimpulkan permasalah yang bersifat
kontradiktif atau kontroversial dari para panelis.
6)
Moderator mempersilahkan
panelis untuk menaggapi atau merespon kepada panelis yang lainya dengan cara
angkat tangan atau ditunjuk langsung oleh moderator.
7)
Setelah terjadi diskusi lintas
sektoral atau sorotan dari berbagai aspek moderator meringkas hasilnya.
8)
Jika diskusi bersifat murni
maka moderator dapat menutup diskusi panel tersebut akan tetapi jika bersifat
forum maka moderator mempersilahkan forum untuk menanggapinya, yang kemdian
dari hasil forum tersebut diringkas dan dapat diambil kesimpulan oleh moderator.
G. PIDATO
Pidato merupakan penampilan diri
seseorang dihadapan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran
dengan rangkaian kata-kata harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya dan
tergerak pikiranya. Pidato merupakan bentuk wicara individual yang benyak
ragamnya. Akan tetapi secara umum pidato dapat digolongkan atas :
1)
Pidato Memorial
Pidato memorial ini misalnya pidato untuk menyambut hari
kartini, hari ibu, hari sumpah pemuda dan sebagainya. Pidato ini juga sering
disebut pidato untuk mengenang sejarah yang telah lalu.
2)
Pidato Perpisahan
Pidato Perpisahan ini adalah pidato yang disusun untuk
mengenang dan sekaligus untuk menutup sesuatu yang telah usai. Misalkan adalah
pidato perpisahan tamat sekolah, perpisahan karena pindah kerja atau pindah
rumah, perpisahan karena telah berhenti pensiun dan lain sebagainya.
3)
Pidato Penerimaan Hadiah
Dalam hal ini adalah pidato yang dibuat dalam topik
menerima suatu hadiah.Misalkan pidato penerimaan medali kejuaran olah raga,
penerimaan hadiah kejuaran, dan lain sebagainya.
4)
Pidato Penyambutan Tamu
Pidato penyambutan tamu adalah sebuah pidato yang dibuat
untuk menghargai dan menghormati tamu yang datang pada waktu itu. Misalkan
pidato penyambutan tamu kenegaraan, penyambutan tamu lembaga kerja, dan lain sebagainya.
5)
Pidato Persembahan
Pidato persembahan adalah pidato yang dibuat untuk suatu
hal yang pada dasarnya mempersembahkan sesuatu. Misalkan dalam hal ini adalah
pidato penyerahan sumbangan bantuan, penyerahan zakat, penyerahan cindera mata
dan lain sebagainya.
6)
Pidato Persuasif
Pidato Persuasif adalah pidato yang bertujuan agar
pendengar lebih mengenal dari yang berpidato atau mengenalkan suatu lembaga.
Biasanya pidato ini dibuat untuk keperluan resmi atau politik. Misalkan pidato
kampanye, pidato produk dan lain sebagainya.
7)
Pidato informatif
Pidato informatif adalah pidato yang berisikan tentang
suatu informasi yang akan diberitahukan kepada pendengar atau audiens. Pidato
ini misalkan pidato penyuluhan PKK, Pidato penyuluhan terhadap wabah penyakit
dan lain sebagainya.
8)
Pidato Instruktif
Pidato instruktif adalah pidato yang berisikan tentang
aturan atau instruksi dari individu, kelompok atau peraturan tertentu dalam
berbagai bidang. Misalkan pidato anjuran untuk membayar pajak, pidato anjuran
untuk menjaga kebersihan dan lain sebagainya.
9)
Pidato Rekreatif
Pidato yang dibuat untuk memotivasi atau meramaikan
suasana agar lebih hidup dan bersemangat dalam bidang tertentu, misalkan dalam
hal ini adalah pidato menyambut hari ulang tahun, acara perkawinan dan lain
sebagainya.
10)
Pidato Kerohanian
Pidato yang dibuat untuk menggugah nurani pendengar
dalam hal ini biasanya digunakan dalam kegiatan keagamaan.
11)
Pidato Ilmiah
Pidato ilmiah adalah pidato yang dibuat untuk kegiatan
yang jelas keputusannya dalam hal ini biasanya dalam bidang ilmiah saja.
Misalkan pidato acara kenaikan pangkat, pidato pembukaan buku ilmiah dan lain
sebagainya.
Agar siswa ataupun guru memiliki
kemampuan yang memadai dalam berpidato maka persyaratan-persyaratannya adalah
sebagai berikut :
1)
Berpengetahuan luas
2)
Berkepribadian baik
3)
Jujur dan ikhlas
4)
Bijaksana dan sopan santun
5)
Punya keberanian moral
6)
Kaya dengan perbendaharaan kata
7)
Berpikir kritis
8)
Meyakini dan menguasai
pembicaraan
9)
Mengenal dan memahami
karakteristik audiens
10)
Percaya pada diri sendiri
11)
Bersikap menarik
12)
Bertanggung jawab
Didalam penampilan pidato, seseorang
dapat memilih salah satu dari berbagai metode dalam penampilan pidato. Metode
pidato tersebut terdapat empat macam yaitu :
1)
Metode Naskah
Metode naskah yaitu metode berpidato dengan membaca
naskah pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pidato semacam ini biasanya
digunakan dalam pidato resmi.
2)
Metode Menghafal
Metode menghafal yaitu metode berpidato dengan
menghafalkan isi atau materi pidato terlebih dahulu kemudian menyampaikan isi
pidato tersebut tanpa sebuah naskah, biasanya orang yang akan berpidato
menghafal topik terpenting yang kemudian dalam berpidato seseorang tersebut
akan mengembangkan sendiri dengan susunan yang teratur.
3)
Metode Ekstemporan
Metode ekstemporan yaitu metode berpidato dengan membawa
dan melihat butir-butir pokok isi pidato dalam lembar catatan lalu menyampaikan
isi catatan itu kepada para pendengar dengan ilustrasi dan bahasa secara
spontanitas.
4)
Metode Impromtu
Metode impromtu yaitu metode berpidato dengan berpidato
secara spontanitas baik dari segi isi maupun bahasa berdasarkan situasi dan
kondisi tertantu, misalkan pidato sesuai dengan keadaan tempat, keadaan
pendengar, pidato adanya hajat dan lain sebagainya.
Bagi seorang pemula pembuatan naskah
pidato wajib dilakukan terlebih dahulu sebelum tampil didepan pendengar. Adapun
pokok-pokok isi pidato tersusun sebagai berikut :
1)
Salam pembuka
2)
Kata Pendahuluan
3)
Pokok-pokok isi pidato
4)
Uraian lengkap materi pidato
5)
Simpulan isi pidato
6)
Saran-saran dan harapan
7)
Doa penutup
8)
Salam penutup
`
0 komentar:
Posting Komentar