Kamis, 17 November 2011

KETERAMPILAN BERBICARA

: Share




Tugas III  

Modul III
Keterampilan Berbicara


Disusun sebagai salah satu Tugas dari bidang studi
 “ KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA SD”
Jurusan PGSD

yang dibimbing oleh Dr. Maryeni


Oleh :
Muhammad Nur Syamsu
( NIM : 621367996 )


UNIVERSITAS TERBUKA

(UPBJJ-UT) MALANG
POKJAR (KELOMPOK BELAJAR)
KECAMATAN BANGIL

Tahun 2010






Dengan mulut kita dapat berbicara. Berbicara adalah merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya.
Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan yang baik didalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.
Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang handal.
Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah  maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki ketermapilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan didalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
Disadari bahwa keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis), faktor pisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara  misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia. Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik. Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan megasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.
Pada dasarnya seorang pembicara yang handal adalah seseorang yang ketika ia berbicara, baik dalam komuniasi formal (presentasi, ceramah, dll.) maupun informal (pergaulan) memiliki daya tarik yang rhetoris (mempesona) dengan isi pembicaraan yang efektif (sistematis, benar/tepat, singkat dan jelas dengan bahasa yang tepat) sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dengan jelas dan tergugah perasaannya.
Singkatnya, semua orang apapun profesinya, bila didalam kegiatannya menggunakan komunikasi (pembicaraan) sebagai sarananya, maka ia perlu memiliki keterampilan berbicara, terlebih lagi sebagai seorang tenaga pendidik, penyiar, atupun profesi lainnya.

I.       Pengertian Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembi-cara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.
Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat di-pisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.
Manusia adalah mahluk sosial. Manusia baru akan menjadi manusia bila ia hidup dalam lingkungan manusia. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat dapat mewujudkan bermacam aneka bentuk. Lingkungan terkecil adalah keluarga, dapat pula dalam bentuk lain seperti perkumpulan sosial, agama, kesenian, olah raga, dan sebagainya.
Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.
Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri.
Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara.
Berbicara berperan penting dalam pendidikan keluarga. Tata krama dalam pergaulan diajarkan secara lisan. Adat kebiasaan, norma-norma yang berlaku juga seringkali diajarkan secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

II.    Fungsi Berbicara
Berbicara meliputi empat aspek. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan mengelola pembelajaran berbicara.
Melalui kegiatan perkuliahan Mata Kuliah Berbicara mahasiswa dituntun memahami dan mendalami teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara. Berarti pengetahuan mahasiswa mengenai teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan dengan tahap perkuliahan. Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara merupakan fungsi Mata Kuliah Berbicara dipandang dari aspek kognitif.
III. Relevansi Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah sebagai berikut:
1)      Pelafalan
2)       Intonasi
3)      Pilihan kata
4)      Struktur kata dan kalimat
5)      Sistematika pembicaraan
6)      Isi pembicaraan
7)      Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan
8)      Penampilan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat ditelusuri relevansi Mata Kuliah Berbicara dengan mata kuliah lainnya. Dari segi pelafalan Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Dari segi intonasi Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia. Dari segi pilihan kata Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia. Dari segi struktur kata Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Linguistik Umum, dan Sintaksis Bahasa Indonesia. Dari segi sistematika dan isi pembicaraan Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Wacana Bahasa Indonesia. Mata Kuliah Berbicara juga berkaitan dengan Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa karena dalam berbicara orang sering membuat kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat.

IV. KEMAMPUAN DASAR DALAM KEGIATAN BERBICARA
1)      Berdialog
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan suatu permasalahan. Dialog dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti halnya bertelepon, bercakap-cakap, tanya jawab, wawancara, diskusi, musyawarah, debat, dan simposium.
Dialog dapat terjadi kapan dan dimana saja serta tentang apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa dialog dapat dilakukan dengan tema apa saja. Dialog dapat dilakukan sepanjang waktu.

Hal-hal yang perludilakukan mendapat perhatian ketika berdialog adalah :
1)      Bagaimana menarik perhatian
2)      Bagaimana cara memulai dan memprakarsai suatu percakapan
3)      Bagaimana cara menyela, mengoreksi dan mencari kejelasan
4)      Bagiamana mengakhiri suatu percakapan

Bagahasa dalam dialog biasanya pendek-pendek namun demikian pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai mimik yang mendukung ekspresi  wajah, gerakan tangan, anggukan kepala dan sejenisnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam suatu dialog.



2)      Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman berarti menyampikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato.
Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman diantaranya adalah volume suara harus lebih denganpenekanan yang keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan menarik.

3)      Menyampaikan Argumentasi
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat-pendapatnya.

4)      Bercerita
Sejak zaman dahulu seorang ibu mempunyai kebiasaan ercerita ketika akan menidurkan anaknya. Melalui bercerita dapat dijalin hubungan yang akrab, selain itu menfaat bercerita diantaranya yaitu :
a)      Memberikan suatu hiburan
b)      Mengajarkan kebenaran
c)      Memberikan keteladanan
d)     Dan melatih daya fikir anak tersebut

Seorang pendongeng dapat berhasil dengan baik apabila ia dapat menghidupkan cerita artinya dalam hal ini pendongeng harus dapat membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu biasanya pendongeng mempersiapkan dirinya dengan cara :
a)      Memahami sifat pendengar
b)      Menguasai Materi cerita
c)      Menguasai olah suara
d)     Menguasai berbagai macam karakter
e)      Luwes dalam berolah tubuh
f)       Menjaga daya tahan tubuh
g)      Memilih cerita yang tepat
h)      Merasakan cerita
i)        Menyelaraskan cerita
j)        Menyelaraskan dan memperluas cerita
k)      Mengenali tujuan dan klimaks cerita
l)        Melukiskan kejadian cerita
m)    Menetapkan sudut pandang
n)      Menciptakan suasana dan gerak
o)      Merangkai adegan
V.    KEMAMPUAN LANJUTAN DALAM KEGIATAN BERBICARA
A.     MUSYAWARAH
Musyawarah mengandung arti membicarakan sesuatu supaya mencapai mufakat atau kata sepakat. Mencapai kata sepakat tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang terpenting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang mengesampingkan kepentingan pribadi pribadinya demi kepentingan umum.

Dalam musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang lazim disebut pimpinan sidang. Pimpinan sidang berhak membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib pelaksanaan. Dalam musyawarah biasanya teradapat perbedaan suatu pendapat akan tetapi perbedaan itu harus dipadukan. Bila tidak dapat dipadukan maka bisa diambil suara terbanyak atau sering disebut dengan voting.
           
B.     DISKUSI
Diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar menukar informasi untuk memcahkan masalah.

Dalam sebuah diskusi harus ada suatu pokok permasalahan yang dibicarakan, moderator adalah orang yang memimpin jalanya suatu diskusi dan ada peserta yang mengemukakan pendapat secara teratur. Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah :
1)      Partisipan lebih dari satu orang
2)      Dilaksanakan dengan bertatap muka
3)      Menggunakan bahasa lisan
4)      Bertujuan untuk mendapatkan kesempatan bersama
5)      Dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab

Hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997:69) yaitu :
1)      Sikap koorperatif
2)      Semangat berinteraksi
3)      Kesadaran berkelompok
4)      Bahasa sebagai alat komunikasi berdiskusi
5)      Kemampuan memahami persoalan

Selain itu ketika proses diskusi sedang berlangsung hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraian dengan penuh perhatian, menghilangkan sikap emosional danprasangka, menangkap gagasan utama dan gagasan penjelas, serta mampu mempertimbangkan apa yang telah diutarakan. Selain itu ketika menyampaikan suatu sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dengan cara :
1)      Pertanyaan dan sanggahan diajukan dengan jelas dan tidak berbelit-belit
2)      Pertanyaan dan sanggahan diajukan secara santun
3)      Menghindari pertanyaan, permintaan dan perintah langsung
4)      Diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.

Sementara itu dalam memberikan suatu tanggapan harus dipenuhi empat hal, yaitu :
1)      Jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan
2)      Jawaban harus objectif dan memuaskan berbagai pihak
3)      Prasangka dan emosi harus dihindarkan
4)      Bersikap jujur dan terus terang apabila tidak bisa menjawab.

Proses kesimpulan diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata lain persetujuan diskusi akan lebih baik apabila diikuti dengan argumen. Sanggahan yang mencemooh kiranya dapat dihindari selain itu hasil diskusi harus didasarkan pada objectifitas dan kemaslahan bersama. Pengambilan keputusan dilakukan pada saat yang tepat, yaitu apabila sudah banyak persamaan pendapat, moderator segera mengambil keputusan.

Diskusi akan berlarut-larut apabila moderatur tidak bisa mengatur jalanya diskusi sehingga terkadang para peserta berseikap gaduh. Dalam pengambilan keputusan moderator harus tegas dan juga dengan cepat mengambil keputusan apabila ada persamaan dalam suatu sanggahan yang terlontar.

C.     PIDATO
Komunikasi lisan khususnya pidato dapat dilakukan secara impromtu ( Serta merta ), menghafal, metode nafkah, dan ekstemporer, selain itu ketika menyusun pidato perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.
1)      Pengumpulan bahan
2)      Garis besar pidato
3)      Uraian secara detail
4)      Jumlah pendengar
5)      Tujuan dari suatu pendengar berkumpul
6)      Mengetahui adat kebiasaan pendengar
7)      Memposisikan letak dimana akan berpidato
8)      Mengetahui Usia Pendengar
9)      Mengetahui Mayoritas Tingkat Pendidikan Pendengar
10)  Memiliki keterikatan batin dengan pendengar
11)  Bahasa yang digunakan

Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akanmerik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu penyaji pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib perlu adanya pengorganisasian pesan yang bik dan tersusun rapi. 

Dalam membuka pidato, kita tinggal memilih satu diantara cara-cara tersebut sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia, topik, tujuan, situasi dan pendengar sendiri.
Adapaun cara menutup suatu pidato adalah sebagai berikut :
1)      Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan
2)      Mentakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda
3)      Mendorong khalayak untuk bertindak
4)      Mengakhiri dengan klimaks
5)      Menyatakan kutipan dalam suatu Al-Qur’an, peribahasa atau ucapan para ahli.
6)      Menceritakan tokoh yang berupa ulustrasi dari tema pembicara
7)      Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara
8)      Menguji dan menghargai khalayak dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.

Cara membuka dan menutup pidato tersebut bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas.

VI. ULASAN MATERI
A.    DEFINISI BERBICARA
Salah satu dari sekian banyak jenis keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang adalah keterampilan berbicara atau seni berbicara. Hal ini menjadi penting bahkan sangat urgen, karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini sebagai manusia normal kita tidak mungkin lari dari kenyataan bahwa kita dalam berinteraksi dengan sesama manusia harus menggunakan suatu bentuk atau cara yang disebut komunikasi, khususnya bahasa verbal atau lisan.

Nuansa ini memberikan aksentuasi kepada kemampuan manusia di dalam menggunakan lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasinya sehingga tujuan komunikasi tercapai. Di dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok tidak jarang ditemukan adanya kegagalan di dalam mencapai tujuan komunikasi. Hal ini disebabakan oleh adanya kekurangmampuan komunikator dalam mengaplikasikan secara lebih baik lambang-lambang kata, simbol-simbol maupun isyarat lainnya dalam proses komunikasi, atau mungkin juga disebabkan oleh faktor lainnya yang tidak/kurang menguntungkan bagi kondisi di saat berlangsungnya proses komunikasi tersebut.

            Dari fenomena tersebut di atas maka seorang komunikator dalam profesi apapun yang menggunakan bahasa lisan sebagai media penyampaiannya, dipandang perlu membekali diri dengan suatu keterampilan atau seni di dalam berbicara atau dalam istilahnya “Rhetorika”.

Beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang berbicara  ( Rhetorika) yang diantaranya adalah :
1.      Richard E. Young cs, mengatakan bahwa berbicara adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertiandan kerjasama.
2.      Socrates mengemukakan bahwa berbicara mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya. Karena dengan dialog kebenaran dapat timbul dengan sendirinya.
3.      Plato mengungkapkan bawha berbicara adalah kemampuan didalam mengaplikasikan bahasa lisan yang sempurna dan merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan sempurna.
4.      Drs. Ton Kertapati mengartikan berbicara sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan menggunakan lambang-lambang bahasa.

Dari beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapapun yang mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan gaya (seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya.

Kemampuan untuk menjadi pembicara yang handal tidaklah diperoleh secara otomatis atau hanya mengandalkan bakat yang besar dan pembawaan (kharismatik) semata, tetapi juga dapat dipelajari dan atau melalui latihan yang banyak.

B.     BERDIALOG
Dialog adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau leih dan terjadi dalam situasi yang sama, membicarakan topik yang sama pula. Didalam dialog pada pembicara saling memberikan suatu informasi. Bagi seorang guru dialog berfungsi sebagai alat menransfer suatu ilmu sedangkan siswa bertujuan untuk memperluas wawasan serta pengetahuan yag dimilikinya. Selain itu dengan berdialog kita saling membantu dalam memecahkan masalah. Bahasa digunakan adalah bahasa lisan yang diekspresikan secara lisan dan spontan. Adapun yang perlu diperhatikan dalam dialog adalah :
1)      Feel Frendly
Adanya suasana hati yang menaruh rasa simpati kepada teman bicara kita
2)      Look Friendly
Penampilan kita yang memancarkan kesimpatian atau penampilan yang sesuai dengan kata hati kita
3)      Sound Friendly
Kesimpatikan yang dirasakan atau didengar lewat suara, nada pembicara maupun intonasi pembicaraan
Didalam pembelajaran disekolah tujuan dalam latihan berdialog adalah untuk melatih keberanian dan memperkaya perbendaharaan bahasa para siswa serta untuk melatih akting atau latihan mengekspresikan diri dengan mimik dan suara yang serasi.

Dialog dapat dilakukan secara santai misalnya dengan cara mengemukakan pendapat dalam situasi informasi dengan teman baik itu dari guru maupun dari siswa itu sendiri. Cara tersebut adalah :
1)      Membandingkan beberapa teori
Membandingkan beberapa teori misalnya dialog dari para siswa setelah membaca beberapa teori dari buku pelajaran atau buku acuan dalam bentuk tanya jawab dalam mengomentari keunggulan dan kelemahan masing-masing teori atau membandingkan perbedaan teori yang satu dengan yang lainya.
2)      Menghargai karya seorang pengarang
Menghargai karya misalnya dialog para siswa dalam bentuk pengungkapan apresiasi karya sastra menurut interprestasinya masing-masing atau menunjukkan segi-segi keindahan yang terancang dalam karya sastra sesuai dengan isi hatinya.
3)      Mengkritik karya seorang pengarang
Para siswa berdialog dalam bentuk mengkritik hasiil karya orang lain kemudian siswa tersebut menimbang kualitas karya yang telah dibacanya dibacanya, setelah itu siswa akan mengetahui bagaimana karya sastra itu.
4)      Menanggapi pendapat seseorang
Menanggapi pendapat seseorang misalakan para siswa setelah membaca koran, membaca majalah, menonton TV, atau mendengarkan radio dalam bentuk mengomentari pendapat seseorang dari tulisan disurat kabar atau majalah.
           
            Didalam pembelajaran dialog disekolah guru dapat melatih siswa berdialog dengan tekhnik semi terpimpin. Jika dalam latihan mengemukakan pendapat terdapat suatu kesalahan atau kekurangan dari siswa, guru tidak boleh langsung menergurnya, akan tetapi memberikan penjelasan dan penambahan apabila terdapat suatu kekurangan

            Kegiatan dialog dapat dilakukan dalam bentuk suatu kegiatan wicara informasi yaitu sebagai berikut :
1)      Dialog dalam bentuk bertukar pengalaman
2)      Dialog dalam bentuk bercakap-cakap
3)      Dialog dalam bentuk mengabarkan suatu berita
4)      Dialog dalam menjelaskan isi pengumuman
5)      Dialog dengan cara saling memperkenalkan diri
6)      Dialog santai lewat telepon
7)      Dialog dalam memberikan petunjuk atau penjelasan
8)      Dialog dalam pelajaran disekolah atau pembelajaran

Dialog yang sering dilakukan dalam proses pembelajaran disekolah adalah dialog dalam hal mengemukakan isi bacaan yaitu dialog yang bertujuan untuk melatih wicara siswa sekaligus untuk meningkatkan minat baca siswa. Didalam latihan dialog bentuk ini siswa harus membaca terlebih dahulu karena tanpa membaca siswa tersebut tidak akan mungkin bisa melaporkan isi bacaan, kemudian siswa mendiskusikan secara informal bacaan tersebut terhadap kelompok lain. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan isi bacaan terseut dan menjelaskan kepada teman-temnya tentang isi bacaan tersebut.

C.    MENYAMPAIKAN ARGUMENTASI
Kemampuan atau keterampilan beragumentasi dalam suatu diskusi formal ataupun informal sebagai suatu pertandingan untuk mencari kemenagan dengan cara mengalahkan argumentasi dari lawan sering disebut dengan istilah debat.

Debat dapat digunakan sebagai metode dalam proses belajar mengajar dalam rangka menciptakan suasana untuk mencapai tujuan belajar mengajar tertentu. Dalam situasi formal debat dapat berbentuk diskusi yang memiliki pola tertentu yaitu sebuah diskusi yang memiliki sebuah kelompok pro dan kelompok kontra. Kelompok pro dalam debat merupakan kelompok yang berpendapat positif dan menyetujui tentang argumen kita sedangkan kelompok kontra adalah kelompok yang didak menyetujui tentang argumen kita dan bersifat negatif atau menentang.

Terkadang untuk para siswa debat informal sangat sulit dilakukan hal ini dikarenakan pemahaman siswa tingkat sekolah dasar masih kurang mampu untuk menguasai suatu permasalah sendiri dan masih dibantu dengan penjelasan dari guru. Kebanyakan metode debat yang digunakan para siswa adalah metode secara informal yaitu suatu kegiatan debat yang menjurus kearah pertengkaran lidah atau adu mulut antara  siswa yang satu dengan siswa yang lainya. Debat ini sering sekali menjurus pada cara-cara kasar bahkan sering juga terjadi perkelahian. Untuk itu guru harus menganjurkan dan melatih siswa dalam debat informal dalam bentuk suatu diskusi kelompok yang dapat melatih siswa dalam berbegai hal misalnya melatih siswa dalam berbicara, melatih dalam tatakrama serta dapat melatih siswa dalam berdiskusi secara disiplin sehingga siswa dapat menerima dari apa yang diutarakan.

Meskipun tujuan debat untuk keterampilan beragumentasi dalam menangkis argumentasi lawan semua pendebat harus sadar segala proses interaksi verbal tersebut harus berjalan dengan sukup sopan dan adab. Jika ingin menyerang pendapa lawan maka yang diserang bukanlah pribadi lawan melainkan hanya pendapat lawan tersebut, oleh karena itu forum perdebatan harus dipimpin oleh moderator yang berfungsi mengatur kelancaran dan ketertiban jalanya perdebatan.

Pada umumnya langkah-langkah debat tertata sebagai berikut :
1)      Moderator mengemukakan topik dan norma-norma serta meminta para ketua kelompok debat mengenalkan peran dan fungsi para anggotanya.
2)      Moderator mulai meminta pendapat dari salah seorang kelompok pro untuk mengungkapkan argumentasinya tentang topik perdebatan tersebut.
3)      Setelah selesai, salah seorang dari kelompok kontra menagucungkan tangan untuk menaggapi argumen dari penyaji.
4)      Moderator memberikan kesempatan pendebat lain untuk menjawab apabila moderator merasa jawaban dari penyaji masih kurang jelas baik dari penyaji atau audiens.
5)      Bila argumentasi masih kurang lengkap maka teman-teman dari kelompok lain dapat menambahkannya.
6)      Begitu pula jika ada argumentasi seorang kelompok yang dapat ditentang oleh kelompok kontra maka dari kelompok kontra dapat menyanggahnya lagi apabila jawaban dari penyaji masih kurang memuaskan.
7)      Begitu seterusnya sehingga terjadi perdebatan yang panjang.
8)      Bila perdebatan sudah menyimpang dari topik persoalan maka moderator harus meluruskannya.
9)      Setelah perdebatan dianggap cukup, maka moderator dapat membuat kesimpulan yang bersifat netral atau tidak memihak.

Diskusi dalam bentuk debat memeiliki segi positif atau kebaikan dan juga segi negatif atau suatu kelemahan. Segi positif dalam debat adalah :
1)      Dapat menyajikan kedua segi permasalahan
2)      Mendorong adanya analisa kelompok
3)      Menyajikan ide dan fakta dari kedua sisi masalah
4)      Mengaktifkan motivasi bagi penyaji maupun audiens
5)      Dapat dipakai dalam kelompok besar


Sedangkan  dalam segi negatif adalah :
1)      Keinginan untuk menang menyebabkan alasan tak objectif.
2)      Debat yang serng terjadi mengakibatkan dari salah satu pihak emosi atau melibatkan perasaan.
3)      Pernyataan yang mungkin mendapatkan kesan yang salah dan persepsi yang berbeda.

Dalam kaitanya dengan masalah debat ini argumentasi yang baik disampaikan adalah argumen yang :
1)      Dapat dipercaya atau dibuktikan
2)      Alasan dari argumentasi bersifat logis dengan menunjukkan contoh-contoh nyata.
3)      Alasan logis dengan didampingi suatu asas atau aksioma tertentu.
4)      Alasan logis dengan menunjukkah hubungan sebab akibat
5)      Dengan memberikan himbauan yang bersifat emotional

Penampilan yang baik dari pembicara-pembicara kedua belah pihak harus penuh dengan tenggang rasa dan saling bertoleransi.pembicara yang baik adalah yang harus memiliki kepribadian sebagai berikut :
1)      Seorang pembicara harus mempunyai watak moral yang kuat dalam segi positif
2)      Seorang pembicara harus memiliki kontrol diri
3)      Seorang pembicara harus memiliki keikhlasan dan kesungguhan hati
4)      Seorang pembicara harus memiliki suatu perhatian yang sempurna terhadap pendengar
5)      Seorang pembicara harus menciptakan pergaulan yang akrab dengan penuh perhatian dan toleransi
6)      Seorang pembicara harus memiliki kejujuran dan cara mempengaruhi juga halus atau lembut.
7)      Seorang pembicara harus memiliki sikap bijaksana dalam bertindak dan berfikir.

D.    BERCERITA
Orang yang melakukan suatu aktifitas bercerita atau tukang cerita sering disebut juga narator. Bagi seorang guru adakalanya bercerita tentang kisah nyata yang dapat berbentuk kisah kepahlawanan, kisah pengalaman, kisah perjalanan, riwayat hidup, silsilah atau bahkan kejadian yang aktual, dengan demikian siswa akan lebih mudah mencerna dan lebih mudah mengambil kesimpulan serta dapat menangkap pesan dari cerita tersebut dengan baik.

Agar seorang guru dapat membawakan cerita dengan baik seyogyanya ia harus :
1)      Menguasai aspek kesastraan dari suatu cerita dengan baik yang meliputi pemahaman atas tema, alur, watak para tokoh serta setting pada cerita.
2)      Menguasai latar atau historis cerita atau sejarah tersebut.
3)      Menguasai aspek kebahasan baik dari segi segmental maupun supramental agar komunikasi lebih hidup.
4)      Pandai bermain mimik agar cerita lebih menjiwai.
5)      Memiliki semangat dan ketahanan fisik yang prima agar tidak cepat lelah dalam bercerita.
6)      Pandai menyesuaiakan diri dengan audiens agar komunikasi dengan audiens dalam hal ini adalah siswa lebih tampak familiar.

Didalam bercerita seorang guru dapat bercerita dengan beberapa model bercerita antara lain.
1)      Model cerita deskriptif yaitu model cerita yang berakibat siswa membayangkan dari apa yang diceritakan misalkan cerita yang digambarkan dengan menggambarkan atau menjelaskan tentang tempat dari cerita tersebut atau ciri-ciri fisik dari tokoh dalam cerita.
2)      Model cerita dialog. Yaitu model cerita yang didalamnya terdapat dialog yang saling berkaitan atau saling sambung menyambung.
3)      Model cerita akting. Yaitu model cerita yang dalam cerita si pencerita dalam hal ini guru selain bercerita juga meragakan suatu gerakan gerakan dan dapat juga didiringi dengan musik atau yang lain, biasanya model cerita seperti ini digunakan dalam guru drama atau teater.

E.     MUSYAWARAH
Musyawarah didalam suatu lingkungan pembelajaran sangat banyak ditemui. Musyawarah adalah suatu proses dimana membahas suatu permasalahan yang bertujuan untuk mencapai suatu mufakat.

Guru biasanya menggunakan proses ini pada suatu rapat. Biasanya rapat diadakan karena adanya suatu permasalahan sehingga harus dimusyawarahkan. Misalkan didalam suatu sekolah tersebut akan diadakan kegiatan penyembelihan hewan qurban, maka semua dewan guru beserta kepala sekolah berkumpul untuk memusyawarahkan bagaimana yang akan dilakukan, tidak jarang pula terjadi suatu permasalah dan adanya perbedaan pendapat untuk itu pengambilan suatu keputusan harus dilakukan dengan bijak dalam hal ini adalah kepala sekolah, dari musyawarah guru tersebut maka akan terlahir pembagian kelompok kerja, waktu yang baik ditentukan, peralatan yang digunakan, pengumpulan dana untuk kepentingan kegiatan qurban tersebut serta tempat dimana akan diadakan penyembelihan hewan qurban tersebut.

Dari sanggahan dan masukan dewan guru yang berlainan kepala sekolah dapat menyimpulkan dan mengambil suatu keputusan yang bijaksana biasanya hasil keputusan musyawarah dikatakan sebagai kebijakan.

Didalam siswa musyawarahpun sering terjadi misalkan dalam pembentukan ketua kelas, sumbangan terhadap teman yang sakit atau bahkan dalam pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran dalam model diskusi atau semacamnya.

Yang perlu diperhatikan dalam musyawarah adalah :
1)      Para peserta baik audiens ataupun pembicara mempunyai sikap ikhlas
2)      Tidak mementingkan dirinya sendiri atau egois
3)      Tidak menuruti emosional perseorangan
4)      Dapat mengendalikan diri dengan baik.
5)      Tidak ada adu fisik
6)      Pengambil keputusan harus mengerti maksud dan tujuan sebenarnya.
7)      Serta harus dapat menerima keputusan yang ada.

F.     DISKUSI
Diskusi yang diajarkan dalam pembelajaran didalam suatu ruang lingkunp sekolah terutama didalam lingkungan sekolah dasar diantaranya adalah
1.      Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok individu, sekurang-kurangnya dua orang untuk menjawab suatu pertanyaan atau membahas suatu permasalah guna memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut atau menemukan alternatif pemecahan masalah tersebut. Didalam dunia pendidikan diskusi kelompok dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran untuk mencipyakan kerja sama, dan untuk melatih siswa berpikir kritis. Didalam pelaksanaanya dikelas biasanya diskusi kelompok itu dilakukan dama bentuk tugas-tugas kelompok.

Adapun tujuan dilakukan diskusi kelompok ini adalah agar para siswa :
1)      Dapat menyatakan pendapatnya dengan bahasa yang jelas dan tepat
2)      Dapat menangkap pendapat para siswa yang lain dengan tepat
3)      Dapat berperan serta dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan suatu masalah
4)      Dapat beragumentasi secara logika dalam menerima atau menolak pendapat orang lain.
5)      Dapat bekerja sama dalam memantapkan suatu permasalahan yang dibahas.
6)      Dapat membangkitkan dan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis

Didalam diskusi kelompok sisiwa dibagi atas kelompok kecil yang masing-masing kelompok berjumlah antara dua orang atau lebih, selain itu dalam kelompok itu mempunyai ketua dan sekretaris, sedangkan sisinya menjadi suatu angggota. Dalam diskusi kelas masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok yang lainya.

Didalam diskkusi kelompok ini tugas seorang ketua adalah sebagai berikut :
1)      Membuka diskusi dengan baik.
2)      Mengatur lalu lintas pembicaraan kelompok agar diskusi berjalan lancar dan mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
3)      Memperjelas permasalahan dalam diskusi dan membagi giliran berbicara pada kelompoknya.
4)      Mengatur ketertiban dan efisiensi waktu dalam berbicara atau mengemukakan pendapat.
5)      Mendorong peserta yang pendiam agar mau berperan aktif dalam suatu diskusi.
6)      Menyerahkan permasalahan yang sangat sulit kepada guru dalam hal ini guru bertindak sebagai penasehat atau supervisor.
7)      Memandu diskusi dengan meluruskan kembali pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi.
8)      Menutup diskusi secara efektif.
9)      Menjaga dan memelihara arah diskusi.

Adapun tugas sekretaris dalam kelompok diskusi adalah :
1)      Mencatat waktu dan acara diskusi
2)      Mencatat nama-nama yang berbicara, bertanya, mengajukan usul, dan mengajukan pendapat dalam diskusi
3)      Mencatat semua pertanyaan, usulan dan pendapat dari peserta kelompok.
4)      Membuat kesimpulan diskusi bersama-sama ketua diskusi
5)      Mencatat sisa masalah yang belum terpecahkan yang kemudian meminta bantuan kepada guru yang bersangkutan untuk kemudan hasil dari jawaban tersebut dijelaskan pada ketua kelompok diskusi.

Didalam diskusi kelas ketua diskusi dapat dilakukan oleh guru tersebut atau siswa yang ditunjuk oleh guru itu sendiri.

Sedangkan tugas anggota kelompok diskusi adalah :
1)      Menerangkan kepada audiens atau peserta tentang topik yang dibahas.
2)      Membantu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh audiens
3)      Membantu sanggahan atau menambahkan sanggahan dari kelompok lain.
4)      Serta memberikan masukan kepada ketua kelompok apabila ternyata kesimpulan yang didapat masih kurang.



2.      Diskusi Panel
Diskusi panel adalah diskusi yang mendayagunakan empat sampai delapan narasumber sebagai informan untuk menyajikan berbagai pendangan tentang pokok persoalan kepada peserta diskusi. Batasan ini tidak mutlak karena kenyataanya pelaksanaan diskusi panel dapat dilakukan oleh tiga sampai dengan tujuh peserta sebagai panelis dan para pendengar sebagai pihak yang memperoleh informasi baru. Dalam diskusi panel dipilih suatu topik yang menarik untuk dibahas oleh para penelis yang kebanyakan diperankan oleh status dan pekerjaan yang berbeda.

Dalam kegiatan belajar mengajar disekolah dapat dicontohkan dengan cara guru membagi beberapa kelompok siswa yang setiap kelompok siswa meneliti tentang kehidupan masyarakat setempat, topik pembicaraan yang dipermasalahkan adalah bagaimana sulitnya hidup dan proses interaksi antara masnusia. Dalam kelompok siswa yang satu meneliti tentang bagaimana kehidupan seorang pedagang kaki lima yang kemudian dalam diskusi berperan menjadi seorang pedagang, siswa yang kedua meneliti tentang kehidupan seorang pengusaha yang kemudian akan berperan menjadi seorang pengusaha, sedangkan siswa yang ketiga berperan menjadi seorang guru. Kemudian siswa tersebut satu persatu menjelaskan tentang kehidupan mereka masing-masing, dari uraian siswa tersebut maka dapat diambil kesimpulan oleh ketua kelompok tentang interaksi antara pedagang kaki lima, pengusaha dan seorang guru akan terkait, misalkan seorang pedagang kaki lima tidak akan bisa berdagang apabila tidak ada pengusaha yang memberikan atau menjual  produkjadinya, demikian juga seorang pengusaha tidak akan bisa menjadi penguasaha apabila tidak ada seorang guru yang mengajarinya.

Tujuan diskusi panel adalah mendiskusikan suatu masalah atau topik yang ditinjau dari beberapa aspek. Aspek ini tergantung pada topik diskusi. Oleh karena itu diskusi panel harus ditujukan pada perangsang cara berfikir masa khususnya para siswa dengan memberikan berbagai prospek dan sudut pandang yang berbeda.

Akan tetapi diskusi panel semacam ini sangat jarang terjadi dikalangan sekolah. Didalam diskusi panel perlu adanya penyimpulan pembicaraan tetapi tidak perlu mencapai keputusan dan kesatuan pendapat. Hanya dalam hal-hal khusus sajalah seorang diluar anggota panel diperbolehkan memberikan sumbangan pikiran. Pada umumnya tidak diselingi oleh pandangan umum dari audiens atau pendengar.


Adapun langkah-langkah diskusi panel adalah sebagai berikut :
1)      Tahap Pertama
Moderator mengemukakan pandanganya tentang topik yang disepakati, kemudian para anggota mengemukakan pandangan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya karena bertumpu dari titik pandang yang berbeda.
2)      Tahap Kedua
Antara anggota atau panelis saling merespon dalam hal ini bertanya maupun menaggapi dengan dipandu dari moderator dan dicatat oleh sekretaris.
3)      Tahap Ketiga
Moderator merangkum hasil diskusi panel dengan membuat kesimpulan umum atau kesimpulan sementara. Kesimpulan tersebut dirumuskan bersama-sama oleh sekretaris dan berisikan masalah-masalah yang secara umum telah dipecahnkan bersama. Adapun masalah-masalah lain yang tidak mencapai titik temu tidak perlu disimpulkan oleh moderator.

Ketiga tahapan tersebut merupakan tahapan umum yang biasanya dilakukan dalam kegiatan diskusi panel. Adapun langkah secara teknis dalam pelaksanaanya dapat diperinci sebagai berikut :
1)      Moderator mengumumkan topik diskusi serta memperkenalkan para panelis dan aspek-aspek yang akan diperankan oleh para panelis.
2)      Moderator menetapkan peraturan-peraturan pembicaraan dan memberikan pengarahan singkat.
3)      Panelis pertama dipersilahkan memberikan pandagnanya tetang topik permasalahan diskusi.
4)      Setelah panelis pertama mengemukakan argumentasinya dipersilahkan panel kedua dan berikut seterusnya sampai semua panel mengutarakan argumentasinya.
5)      Setelah semua panel menyampaikan argumentasinya. Moderator menyimpulkan permasalah yang bersifat kontradiktif atau kontroversial dari para panelis.
6)      Moderator mempersilahkan panelis untuk menaggapi atau merespon kepada panelis yang lainya dengan cara angkat tangan atau ditunjuk langsung oleh moderator.
7)      Setelah terjadi diskusi lintas sektoral atau sorotan dari berbagai aspek moderator meringkas hasilnya.
8)      Jika diskusi bersifat murni maka moderator dapat menutup diskusi panel tersebut akan tetapi jika bersifat forum maka moderator mempersilahkan forum untuk menanggapinya, yang kemdian dari hasil forum tersebut diringkas dan dapat diambil kesimpulan oleh moderator.

G.    PIDATO
Pidato merupakan penampilan diri seseorang dihadapan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran dengan rangkaian kata-kata harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya dan tergerak pikiranya. Pidato merupakan bentuk wicara individual yang benyak ragamnya. Akan tetapi secara umum pidato dapat digolongkan atas :
1)      Pidato Memorial
Pidato memorial ini misalnya pidato untuk menyambut hari kartini, hari ibu, hari sumpah pemuda dan sebagainya. Pidato ini juga sering disebut pidato untuk mengenang sejarah yang telah lalu.
2)      Pidato Perpisahan
Pidato Perpisahan ini adalah pidato yang disusun untuk mengenang dan sekaligus untuk menutup sesuatu yang telah usai. Misalkan adalah pidato perpisahan tamat sekolah, perpisahan karena pindah kerja atau pindah rumah, perpisahan karena telah berhenti pensiun dan lain sebagainya.
3)      Pidato Penerimaan Hadiah
Dalam hal ini adalah pidato yang dibuat dalam topik menerima suatu hadiah.Misalkan pidato penerimaan medali kejuaran olah raga, penerimaan hadiah kejuaran, dan lain sebagainya.
4)      Pidato Penyambutan Tamu
Pidato penyambutan tamu adalah sebuah pidato yang dibuat untuk menghargai dan menghormati tamu yang datang pada waktu itu. Misalkan pidato penyambutan tamu kenegaraan, penyambutan tamu lembaga kerja,  dan lain sebagainya.
5)      Pidato Persembahan
Pidato persembahan adalah pidato yang dibuat untuk suatu hal yang pada dasarnya mempersembahkan sesuatu. Misalkan dalam hal ini adalah pidato penyerahan sumbangan bantuan, penyerahan zakat, penyerahan cindera mata dan lain sebagainya.
6)      Pidato Persuasif
Pidato Persuasif adalah pidato yang bertujuan agar pendengar lebih mengenal dari yang berpidato atau mengenalkan suatu lembaga. Biasanya pidato ini dibuat untuk keperluan resmi atau politik. Misalkan pidato kampanye, pidato produk dan lain sebagainya.
7)      Pidato informatif
Pidato informatif adalah pidato yang berisikan tentang suatu informasi yang akan diberitahukan kepada pendengar atau audiens. Pidato ini misalkan pidato penyuluhan PKK, Pidato penyuluhan terhadap wabah penyakit dan lain sebagainya.

8)      Pidato Instruktif
Pidato instruktif adalah pidato yang berisikan tentang aturan atau instruksi dari individu, kelompok atau peraturan tertentu dalam berbagai bidang. Misalkan pidato anjuran untuk membayar pajak, pidato anjuran untuk menjaga kebersihan dan lain sebagainya.
9)      Pidato Rekreatif
Pidato yang dibuat untuk memotivasi atau meramaikan suasana agar lebih hidup dan bersemangat dalam bidang tertentu, misalkan dalam hal ini adalah pidato menyambut hari ulang tahun, acara perkawinan dan lain sebagainya.
10)  Pidato Kerohanian
Pidato yang dibuat untuk menggugah nurani pendengar dalam hal ini biasanya digunakan dalam kegiatan keagamaan.
11)  Pidato Ilmiah
Pidato ilmiah adalah pidato yang dibuat untuk kegiatan yang jelas keputusannya dalam hal ini biasanya dalam bidang ilmiah saja. Misalkan pidato acara kenaikan pangkat, pidato pembukaan buku ilmiah dan lain sebagainya.

Agar siswa ataupun guru memiliki kemampuan yang memadai dalam berpidato maka persyaratan-persyaratannya adalah sebagai berikut :
1)      Berpengetahuan luas
2)      Berkepribadian baik
3)      Jujur dan ikhlas
4)      Bijaksana dan sopan santun
5)      Punya keberanian moral
6)      Kaya dengan perbendaharaan kata
7)      Berpikir kritis
8)      Meyakini dan menguasai pembicaraan
9)      Mengenal dan memahami karakteristik audiens
10)  Percaya pada diri sendiri
11)  Bersikap menarik
12)  Bertanggung jawab

Didalam penampilan pidato, seseorang dapat memilih salah satu dari berbagai metode dalam penampilan pidato. Metode pidato tersebut terdapat empat macam yaitu :
1)      Metode Naskah
Metode naskah yaitu metode berpidato dengan membaca naskah pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pidato semacam ini biasanya digunakan dalam pidato resmi.
2)      Metode Menghafal
Metode menghafal yaitu metode berpidato dengan menghafalkan isi atau materi pidato terlebih dahulu kemudian menyampaikan isi pidato tersebut tanpa sebuah naskah, biasanya orang yang akan berpidato menghafal topik terpenting yang kemudian dalam berpidato seseorang tersebut akan mengembangkan sendiri dengan susunan yang teratur.
3)      Metode Ekstemporan
Metode ekstemporan yaitu metode berpidato dengan membawa dan melihat butir-butir pokok isi pidato dalam lembar catatan lalu menyampaikan isi catatan itu kepada para pendengar dengan ilustrasi dan bahasa secara spontanitas.
4)      Metode Impromtu
Metode impromtu yaitu metode berpidato dengan berpidato secara spontanitas baik dari segi isi maupun bahasa berdasarkan situasi dan kondisi tertantu, misalkan pidato sesuai dengan keadaan tempat, keadaan pendengar, pidato adanya hajat dan lain sebagainya.

Bagi seorang pemula pembuatan naskah pidato wajib dilakukan terlebih dahulu sebelum tampil didepan pendengar. Adapun pokok-pokok isi pidato tersusun sebagai berikut :
1)      Salam pembuka
2)      Kata Pendahuluan
3)      Pokok-pokok isi pidato
4)      Uraian lengkap materi pidato
5)      Simpulan isi pidato
6)      Saran-saran dan harapan
7)      Doa penutup
8)      Salam penutup


`

0 komentar:

Posting Komentar