I. KEMAMPUAN MENYIMAK TINGKAT DASAR
Keterampilan menyimak merupakan bagian dari
keterampilan berbahasa yang sangat esensial, sebab keterampilan menyimak
merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa.
Anak kecil yang mulai belajar berbahasa, dimulai
dengan menyimak rentetan bunyi yang didengarnya, belajar menirukan, kemudian
mencoba untuk menerapkan dalam pembicaraan. Setelah masuk sekolah, anak
tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau bunyi bahasa yang
diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau
kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini, anak sudah
mulai menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran
melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan, dan mampu memahami isi pikiran
orang lain yang diungkapkan melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Menyimak atau
sering juga disebut dengan mendengarkan dengan seksama dalam kehidupan
sehari-hari merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sangat penting karena
malalui menyimak kita dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan
pengetahuan dan pengalaman tentang suatu kehidupan. Begitu juda dalam ruang
lingkup sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak
siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oles
sebab itu untuk memperoleh kemampuan menyimak diperlukan suatu latihan yang
intensif.
Pada dasarnya
pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas empat tataran pokok
sebagai berikut :
- Tataran identifikasi
Tataran
identifikasi tidak lain adalah tahap pengenalan. Tahap ini akan melibatkan kita
untuk mulai terampil mengenal berbagai jenis bunyi suatu bahasa, kata-kata,
frase, kalimat dan hubungan timbal balik antar struktur, baik atas pertimbangan
waktu, modifikasi, bahkan juga logika.
Tahap ini banyak
melibatkan penyimak untuk segera mengenal elemen-elemen kebahasaan dan makna
yang mungkin dipengaruhi oleh adanya suatu elemen bunyi suprasegmental, yaitu
intonasi, jeda, nada dan tekanan. Menyimak pada tataran ini disebut juga dengan
istilah menyimak bahasa.
- Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi
Tataran
identifikasi dan seleksi tanpa retensi adalah tataran menyimak dimana penyimak
diharapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu unit kontinum
bunyi atau ujaran, akan tetapi belum dituntut adalanya kemampuan retensi yaitu
kemampuan mencamkan, menyimpan dan memproduksikan hasil pemahaman tersebut.
Pada tataran ini menyimak hanya dituntut mampu mengenal, memahami maksud
tuturan, belum dituntut adanya kemampuan mengingat.
- Tataran identifikasi dengan seleksi dan retensi jangka pendek
Tataran
identifikasi dengan seleksi dan retensi jangka pendek adalah tataran menyimak
yang menuntut penyimak mengenal bunyi dan kemampuan memahami, tetapi dalam
taraf terpimpin. Misalkan dengan memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu
kepada penyimak supaya dapat dipelajari sebelum bahan simakan diberikan.
Kemampuan mengingatpun masih dalam jangka waktu yang begitu pendek misalnya
bahan simakan masih dapat diulang misalnya sampai tiga kali agar penyimak
selain mampu mengidentifikasi bunyi, memahami pesan, juga agar mendapat
kesempatan mengingat dan mencocokkan dalam waktu cepat dengan memilih jawaban
mana yang paling tepat.
- Tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang
Tataran
identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang adalah menyimak yang
menuntut penyimak untuk mempu mengenal bunyi-bunyi dalam kontinium bunyi yang
panjang, mampu memahami makna pesan secara tepat, dengan kemampuan mengingat
dalam jangka waktu yang relatif lama. Tuntutan pada penyimak pada fase ini
ialah penyimak mempu menyimak kontinium wacana yang panjang, baik ragam bacaan
cerita-cerita menarik, berita surat
kabar, percakapan percakapan panjang, ujaran-ujaran ekspresif, percakapan lewat
telepon, puisi, drama dan sebagainya.
Ada tiga tahap proses menyimak
dalam kehidupan sehari hari, yaitu :
- Menerima masukan auditori (auditory Input ) yaitu penyimak menerima pesan lisan, mendengarkan pesan saja tidak akan bisa menjamin berlangsungnya suatu pemahaman.
- Memperhatikan masukan auditori. Penyimak tidak berkonsentrasi secara fisik dan mental pada apa saja yang disajikan oleh pembicara ataupun penutur.
- Menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori. Penyimak tidak sekedar mengumpulkan dan menyimpan pesan akan tetapi juga mengklasifikasikan pesan tersebut, serta membandingkan dan menguhubungkan pesan dengan pengetahuan yang dimiliki sejak awal. Selain itu penyimak juga menggunakan strategi prediksi konfirmasi secara tepat.
- MENYIMAK BAHASA
Menyimak
merupakan proses berbahasa yang paling misterius. Proses menyimak merupakan
proses interaktif yang mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam pikiran.
Dengan demikian menyimak tidak sekedar mendengarkan yang merupakan komponen intergral
dalam menyimak. Kegiatan berfikir atau menangkap makna dari apa yang didengar
merupakan bagian dari proses berfikir atau menangkap makna dari apa yang
didengar merupakan bagian dari proses menyimak.
Urutan dalam
proses menyimak secara sederhana dapat diikhtisarkan sebagai berikut. Kita
mulai dengan meyerap rentetan bunyi bahasa melalui telinga. Rentetan bunyi
bahasa tersebut diteruskan menuju otak pada bagian yang disebut perangkat
ingatan pendek untuk diproses dan dianalisis. Apabila pemrosesan atas rentetan
bunyi bahasa dan kosakata serta struktur berhasil berarti penyimak mengerti dan
paham akan pesan atau informasi yang diinformasikan oleh pembicara. Selanjutnya
informasi atau pesan tersebut akan disimpan kedalam otak yang disebut perangkat
ingatan jangka panjang. Oleh karena itu yang disimpan itu bukan lagi rentetan
bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah melainkan lambang bahasa yang telah
terproses menjadi suatu konsep.
Seseorang yang
sedang belajar akan memperlihatkan berbagai taraf perkembangan pemahaman
berbahasa. Pada kontak pertama dengan ujaran bahasa yang masuk kedalam pikiran
melalui apa yang didengarnya. Lama-kelamaan secara berangsur akan merasakan
adanya berbagai urutan bunyi, turun naiknya bunyi, dan kelompok bunyi atas
dasar hembusan nafas. Kemudian seseorang itu dapat menyadari adanya beberapa
gabungan fakta bahasa yang dikenal secara arbiter misalnya kosakata, kolompok
kata kerja, dan pernyataan-pernyataan yang sederhana.
Kemudian
seseorang dapat membedakan adanya fonem serta pola kalimat dari apa yang telah
didengar. Kalimat tersebut berulang dan akhirnya memberikan bentuk penggalan
bicara. Sampai disini belum tergolong sebagai pemahaman yang memerlukan
seleksi. Selanjutnya orang tersebut akan memperhatikan terus adanya taraf pengenalan
elemen penting dari sejumlah tuturan tetapi belum sanggup untuk mengenal adanya
hubungan keseluruhan aliran bunyi tersebut. Apabila seseorang mendengarkan
banyak tuturan akhirnya akan diperoleh kemudahan dalam mengenal elemen penting
dalam pemahaman suatu pesan.
Kemampuan
mengidentifikasi dan menyeleksi rentetan bunyi bahasa dalam proses menyimak
bahasa itu dapat diperinci atas beberapa kemampuan sebagai berikut :
1.
Kemampuan mengidentifikasi dan menyeleksi gejala-gejala
fonetik baik yang berupa nada, tekanan, persendian, maupun intonasi pada
umumnya, demikian juga mengidentifikasi dan menyeleksi bunyi-bunyi segmental
suatu bahasa yang dipelajari.
2.
Kemampuan mengenal, membedakan, meneraokan kosakata sesuai
dengan makna dan kenteks yang tepat.
3.
kemampuan mengenal, membedakan dan menerapkan struktur
tatanan bahasa sesuai dengan maknanya yang tepat termasuk juga struktur dan
idiom-idiom yang ada.
- JENIS-JENIS MENYIMAK
Menyimak memiliki karakter dan tipe
yang berbeda, sehingga menyimak
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif memiliki beberapa
tipe sebagi berikut:
a. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder yaitu kegiatan
menyimak yang dilakukan ketika kita sedang mendengar suatu berita yang dianggap
penting
b. Menyimak sosial
Menyimak sosial yaitu kegiatan
menyimak yang menekankan pada faktor-faktor sosial dan tingkatan dalam
masyarakat
c. Menyimak estetika
Menyimak estetika yaitu menyimak
apresiatif untuk menikmati dan menghayati suatu bahan simakan, biasanya
berhubungan dengan bahan simakan sastra
d. Menyimak pasif
Menyimak pasif yaitu kegiatan
menyimak yang mendengarkan suatu bahasan tanpa upaya sadar. Misalnya orang yang
menyimak dan mendengarkan pembicaraan dalam bahasa asing, sehingga lama-lama
akan paham dan dapat menggunakan bahasa tersebut.
2. Menyimak Intensif
Ada beberapa jenis
kegiatan menyimak intensif, diantaranya adalah:
a. Menyimak kritis
Menyimak kritis adalah kegiatan
menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguhuntuk memberikan penilaian secara
obyektif. Caranya adalah dengan
a) mengamati ketepatan ujaran
pembicara,
b) mencari jawaban atas pertanyaan mengapa
menyimak,
c) dapatkah penyimak membedakan
antara fakta dan opini menyimak,
d) dapatkah mengambil kesimpulan
dari hasil menyimak,
e) dapatkah penyimak menafsirkan
idiom, ungkapan, atau majas dalam
bahan simakan.
b. Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif adalah
kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh
pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan. Tujuannya adalah:
a) mengikuti petunjuk-petunjuk
b) mencari hubungan antar unsur
c) mencari hubungan kuantitas dan
kualitas dalam sutau komponen
d) mencari butir-butir informasi
penting
e) mencari urutan penyajian bahan
simakan
f) mencari gagasan utama bahan
simakan.
c. Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif adalah kegiatan
menyimak untuk mencari informasi
baru, tujuannya adalah:
a) menemukan gagasan baru
b) menemukan informasi baru
c) menemukan topik baru
d) menemukan unsur-unsur bahasa yang
bersifat baru
d. Menyimak Introgatif
Menyimak yang bertujuan memperoleh
informasi dengan mengajukan pertanyaan yang diarahkan pada pemerolehan
informasi
e.
Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif adalah menyimak
yang bertujuan mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas
pembelajar.
- TAHAPAN MENYIMAK
Di bawah ini diuraikan secara
singkat tahapan-tahapan menyimak,
diantaranya:
1.
Tahap Mendengarkan
Tahap mendengarkan merupakan proses
yang dialakukan pembicara dalam ujaran atau pembicaraan barulah pada tahap
mendengarkan (hearing)
2. Tahap Memahami
Setelah mendengarkan pembicaraan
yang disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dipahami atau dimengerti (understanding)
3. Tahap Interpretasi
Penyimak yang baik akan mennafsirkan
atau mengaitkan bahan simakan dengan
berbagai konteks, yang disebut interpreting
4. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini penyimak akan
menerima gagasan pembicara dengan cara
menanggapi isi atau bahan simakan.
Ini merupakan tahap paling tinggi yang
disebut juga tahap evaluasi.
- STRATEGI MENYIMAK
Menyimak bahasa dapat menggunakan
dua strategi yaitu memusatkan
perhatian dan membuat catatan.
1. Memusatkan Perhatian
Agar dapat melakukan menyimak dengan
baik, kita harus memusatkan
perhatian pada tuturan pembicara.
Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal untuk
menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak. Isyarat visual meliputi
gerak tubuh (gesture), tulisan atau kerangka infromasi penting, dan perubahan
ekspresi wajah. Isyarat verbal meliputi perhentian, naik turunnya suara,
lambatnya pengucapan butir-butir penting, dan pengulangan informasi penting.
2. Membuat Catatan
Membuat catatn dapat membantu
aktivitas menyimak karena mendorong
berkonsentrasi, menyediakan
bahan-bahan untuk mereviu, dan dapat membantu mengingatkan. Akan tetapi membuat
catatan juga memerlukan konsentrasi. Hal ini jelas mengganggu proses menyimak
itu sendiri. Agar membuat catatan sewaktu menyimak tidak mengganggu
konsentrasi, sebaiknya saran-saran berikut dipertimbangkan:
a. Catatan bersifat sederhana
Catatan yang kecil-kecil dan panjang
tidaklah praktis karena yang dapat kita tangkap dari infromasi lisan bukanlah
kalimat utuh, melainkan ide-ide pokok yang berupa frase-frase atau kalimat
pendek. Oleh karena itu dalam membuat catatan sebaiknya menggunakan bentuk
krangka atau outline. Yang kita catat adalah ideide pokok atau informasi
yang kita anggap penting, ide-ide yang menonjol, materi-materi yang faktual.
b. Catatan menggunakan singkatan-singkatan dan
simbol-simbol
pilihlah
singkatan-singkatan atau simbol-simbol yang kita pahami dengan
baik
c. Catatan harus jelas
Meskipun
catatan kita tulis secara cepat, namun faktor kejelasan harus
dinomorsatukan
agar kita tidak kesulitan jika membaca ulang tulisan
tersebut Kejelasan
itu minimal untuk diri kita sendiri.
- MEMBEDAKAN FONEM DAN KONTEKS
Penyimak harus
bisa membedakan fonem dari apa yang mereka dengar, dalam hal ini penyimak harus
mengetahui arti dan konteks dari apa yang dimaksudkan. Apabila sipenyimak idak
mendengar dan tidak memperhatikan apa yang mereka simak maka yang terjadi
adalah kehilangan bahan simakan tersebut dan bahkan tidak tahu tentang arti
fonem yang dimaksud.
- MENANGKAP MAKSUD TUTURAN MELALUI UNSUR SEGMENTAL DAN SUPRASEGMENTAL
Bunyi bahasa
tidak diucapkan lepas dalam ujaran, melainkan selalu dalam rangkaian dengan
bunyi lainya, karena itu untuk menyimak bunyi bahasa itu satu persatu kita
perlu memecah rangkaian dari tempat rangkaian bunyi itu berasal. Rangkaian
bunyi yang dapat kita pakai untuk mulai menangkap bunyi itu adalah suku kata,
karena suku kata inilah yang paling kecil dan dapat kita simak. Menyimak suku
kata menghasilkan segmen yang terdiri atas dua kelas yaitu vokal dan konsonan.
Rangkaian bunyi bahasa yang membentuk suku kata dan kata itu disebut dengan
unsur segmental bahasa.
Rangkaian bunyi
bahasa yang kita simak tidak hanya terdiri atas unsur segmental saja, tetapi
juga unsur-unsur suprasegmental yang berupa panjang pendek suatu tekanan atau
nada yang diambil oleh pembicara. Panjang pendek nada sering kita sebut dengan
istilah intonasi.
- MENYIMAK INTEROGATIF
Menyimak
interogatif ( interogative listening ) adalah kegiatan menyimak intensif yang
menuntut konsentrasi dan seleksi. Dalam kegiatan menyimak interogatif penyimak
mengarahkan perhatianya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi
atau menanyai pembicara, dalam hal ini dapat disebutkan sebagai narasumber.
Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut penyimak mengharapkan dapat memperoleh
informasi atau pengetahun sebanyak mungkin dari segala aspek pembicaraan.
Informasi yang diharapkan penyimak dapat mencangkup apa, siapa, mengapa,
dimana, kemana, untuk apa, benarkah dan lain sebagainya.dengan demikian pelaku
menyimak dalam hal ini sering disebut dengan pewawancara.
II. KEMAMPUAN MENYIMAK TINGKAT LANJUT
Brodbent (1986)
berpendapat bahwa organisme menusia itu mempunyai kapasitas yang terbatas dalam
menyerap informasi. Butir-butir yang tidak relevan akan menjadi beban yang
ektra pada sistem pemahaman. Informasi yang pertama kali masuk akan disaring
oleh kecerdasan yang bersangkutan dan bersifat umum. Informasi yang tersaring
ini lalu diserap kedalam ingatan yang merupakan mekanisme penyimpanan jangka
pendek, kemudian infoemasi ini mudah hilang dari simpanan jangka pendek, jika
tidak beredar terus menerus dalam pemakaiannya.
Tomkins dan
hosskison (1991) menyatakan bahwa terdapat enam kiat yang dapat kita gunakan
untuk belajar menangkap gagasan inti simakan, yaitu :
1.
Membentuk gambar dalam pikiran ( pencitraan )
Saat kita
menyimak kita harus membentuk gambar mental, sementara kita menyimak. Tekhnik
citraan ini berguna jika pesan penutur mengandung benyak citraan visual,
perincian atau kata-kata deskriftif dan ketika kita menyimak untuk mendapatkan
kesenangan. Cerita dan gambar membantu kita membentuk citraan. Kita juga dapat
menggambarkan atau menuliskan gambar mental yang kita ciptakan sendiri
2.
Mengelompokkan Informasi
Kita harus
mengelompokkan informasi jika pesan penutur berisi potongan-potongan informasi,
perbandingan dan kontras yang jelas. Kita dapat menggunakan tehknik tersebut,
misalnya menyimak perbandingan reptil dengan amfibi. Kita dapat membuat dua
kolom yaitu kolom reptil dan kolom amfibi, kemudian kita mengisi kolom tersebut
jika informasi yang kita simak berisi lebih dari dua atau tiga ketegori
misalnya lima
kelompok makanan maka kita membuat bagan kelompok.
3.
Mengajukan Pertanyaan
Kita harus
mengajukan suatu pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman terhadap pesan yang
kita simak. Dua jenis pertanyaan yang sangat membantu yaitu pertanyaan untuk
mendapatkan kejelasan dari apa yang telah kita simak.
4.
Menemukan pola organisasi informasi
Kita harus
mengenali pola-pola organisasi informasi seperti, deskripsi, urutan,
perbandingan, sebab dan akibat serta pemecahan masalah yang digunakan oleh
penutur. Pengenalan terhadap pola-pola tersebut digunakan agar lebih mudah
memahami dan mengingat pesan yang kita simak.
5.
Mencatat informasi penting
Selama proses
menyimak kita harus mengidentifikasi informasi penting dari meteri yang kita
simak. Catatan ang kita buat kita rangkum dalam bentuk daftar atau kerangka
sehingga kita dapat mengulasnya kembali setelah penutur selesai membicaraknya.
6.
Memusatkan perhatian
Penutur atau
pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal untuk menyampaikan pesan
dan mengarahkan perhatian penyimak. Isyarat visual meliputi gerak tubuh,
tulisan atau kerangka penting, serta
perubahan ekspresi wajah pembicara atau penutur. Isyarat verbal meliputi
perhentian perhentian, dan pengulangan informasi penting. Banyak diantara kita
yang tidak menyadari isyarat tersebut sebagai perilaku pengatur perhatian. Oleh
karena itu kita harus memperhatikan isyarat peutur untuk mempertajam perhatian
kita.
Pendapat lain
tentang keberhasilan menyimak dikemukakan oleh Priyatmi (2000). Berikut ini
keberhasilan menyimak ditentukan oleh keterampilan yaitu mampu :
- Mengantisipasi topik dari gagasan umum yang terdapat dalam tuturan yang didengarnya.
- Menentukan topik yang dibahas dalam wacana yang disimaknya berdasarkan gagasan-gagasan umum yang telah ditemukanya.
- Menentukan ide pokok dan ide-ide penjelas dari tuturan yang didengarnya.
- Menjawab / merumuskan hal-hal penting berkaitan dengan teks.
- Memberikan komnetar atau respon terhadap isi tuturan yang didengarnya.
- Membedakan fakta, pendapat dan kesimpulan dari tuturan yang disimaknya.
- Menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya.
Kemampuan
menyimak tingkat lanjut ini digolongkan dalam 3 jenis yaitu :
- Menyimak Kritis
Menyimak kritis
ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan
penilaian secara objectif, menentukan keaslian, kebenaran dan kelebihan serta
kekurangan dari simakan.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah mengamati tepat tidaknya ujaran
pembicara, mencari jawaban atas pertanyaan mengapa harus disimak, apakah
penyimak dapat mengambil kesimpulan dari bahan yang telah diutarakan oleh
pembicara dan apakah penyimak mampu menafsirkan makna, idiom, ungkapan, dan
majas dari bahan simakan tersebut.
- Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif
ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara
menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah, mengemukakan
gagasan yang sama dengan pembicara, namun struktur dan pilahan katanya berbeda
dengan apa yang diucapkan oleh penutur dan juga menyusun suatu
oetunjuk-petunjuk atau nasihat berdasarkan meteri yang disimak.
- Menyimak Eksploratif
Menyimak
eksploratif yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk
mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan seorang penyimak akan menemukan
gagasan baru, informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu,
menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan dari bidang tertentu,
menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa menyimak kritis, menyimak kreatif dan menyimak
eksploratif tergolong kedalam kemampuan menyimak tingkat lanjut.
III. KEMAMPUAN MENYIMAK PADA RUANG LINGKUP SEKOLAH DASAR
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan
dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat
komunikasi. Alat komunikasi yang utama bagi manusia adalah bahasa. Dengan
bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, pikiran, dan pesan kepada orang lain
sehingga terjadi komunikasi. Agar komunikasi berjalan dengan baik, diperlukan
penguasaan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dalam bahasa Inggris
disebut language arts atau language skills. Istilah art berarti
seni atau kiat dan dipergunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat personal,
kreatif, dan original. Sebaliknya kata skill dipakai untuk
menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis, eksak, impersonal
Menurut Tarigan ( 1994:2 ) keterampilan berbahasa ( language
arts, language skills) mencakup empat segi, yaitu menyimak (listening
skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill),
dan menulis (writing skill). Menyimak merupakan keterampilan berbahasa
awal yang dikuasai oleh manusia. Keterampilan menyimak menjadi dasar bagi
keterampilan berbahasa lain.
Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar
menyimak, setelah itu belajar berbicara, kemudian, membaca, dan menulis.
Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lain.
Sebagaimana Tarigan (1994 : 3) menyatakan bahwa dengan meningkatkan
keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara
seseorang. Menyimak selalu digunakan dalam kehidupan manusia karena manusia
selalu dituntut untuk menyimak, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Dalam keluarga, manusia selalu dituntut untuk menyimak. Pemerolehan
bahasa seorang anak juga berawal dari menyimak ujaran di lingkungan keluarga.
Dalam pergaulan di masyarakat, kegiatan
menyimak lebih banyak dilakukan daripada kegiatan berbahasa yang lain
Peran penting penguasaan keterampilan
menyimak sangat tampak di lingkungan sekolah. Siswa mempergunakan sebagian
besar waktunya untuk menyimak pelajaran yang disampaikan guru. Keberhasilan siswa
dalam memahami serta menguasai pelajaran diawali oleh kemampuan menyimak yang
baik. Berdasarkan hal–hal tersebut keterampilan menyimak perlu dikuasai secara
baik.
Sebuah keterampilan akan dikuasai dengan
baik jika dibelajarkan dan dilatihkan. Demikian pula halnya dengan keterampilan
menyimak perlu dibelajarkan. Pembelajaran menyimak yang baik dan kontinu sangat
dibutuhkan mengingat pentingnya peran menyimak dalam kehidupan. Perhatian untuk
keterampilan ini harus sama dengan keterampilan berbahasa yang lain.
Pembelajaran menyimak menjadi bagian dari
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa ruang lingkup bahan kajian
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek– aspek
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Aspek kemampuan berbahasa meliputi
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan
dengan ragam bahasa nonsastra. Adapun aspek kemampuan bersastra juga mencakup
keempat keterampilan berbahasa tersebut, tetapi berkaitan dengan ragam sastra.
Perhatian terhadap aspek berbahasa baik sastra maupun nonsastra adalah sama dan
dibelajarkan secara terpadu.
Berdasarkan teori, pembelajaran menyimak
dilaksanakan secara terpadu dan mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan
berbahasa lain. Namun, dalam pembelajaran di sekolah, hal tersebut belum
terlaksana dengan baik. Pembelajaran menyimak masih kurang mendapat perhatian
dan seringkali diremehkan oleh siswa maupun guru. Mereka beranggapan bahwa
semua orang yang normal pasti dapat menyimak dan keterampilan menyimak akan
dikuasai oleh siswa secara otomatis. Pandangan seperti ini seharusnya
dihilangkan. Keterampilan menyimak untuk memperoleh pemahaman terhadap wacana
lisan tidak akan terbentuk secara otomatis atau hanya dengan perintah supaya
mendengarkan saja.
Dalam kenyataan yang terjadi di kelas, guru
menghadapi siswa yang sulit memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan.
Salah satu faktor yang diindikasikan menjadi penyebabnya adalah sebagian siswa
didik masih mengalami kesulitan dalam menyimak. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan pembelajaran menyimak yang benar dan latihan yang kontinu karena suatu
keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
latihan
Tarigan (dalam Sutari, dkk. 1997 : 117–118)
mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana
dengan baik, yaitu:
1) Pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan
dalam kurikulum sekolah,
2) Teori, prinsip, dan generalisasi mengenai
menyimak belum banyak diungkapkan,
3) Pemahaman terhadap apa dan bagaimana
menyimak itu masih minim,
4) Buku teks dan buku pegangan guru dalam
pembelajaran menyimak sangat langka.
5) Guru–guru bahasa Indonesia kurang berpengalaman
dalam melaksanakan pengajaran menyimak,
6) Bahan pengajaran menyimak sangat kurang.
7) Guru–guru bahasa Indonesia belum terampil menyusun bahan
pengajaran Menyimak.
8) Jumlah murid per kelas terlalu besar.
Alasan–alasan yang menyebabkan pembelajaran
menyimak belum terlaksana dengan baik, baik untuk pembelajaran menyimak bahasa
dan sastra. Kompleksitas hambatan dalam pembelajaran menyimak pada setiap
sekolah tidak selalu sama. Pada sekolah tertentu hambatan tersebut dapat
diminimalisir, tetapi di sekolah lain dapat lebih kompleks. Hambatan pada
setiap kelas pun dimungkinkan berbeda.
Hambatan-hambatan tersebut semakin
bertambah dalam pembelajaran sastra karena adanya anggapan bahwa pembelajaran
sastra kurang bermanfaat bagi kehidupan siswa. Metode yang digunakan dalam
pembelajaran sastra kurang bervariasi sehingga menyebabkan kebosanan pada
siswa. Selain itu, guru cenderung kurang memotivasi siswa untuk belajar sastra
dan media untuk pembelajaran sastra kurang mencukupi kebutuhan serta siswa
belum mempunyai budaya untuk belajar sastra.
Usaha untuk meningkatkan keterampilan
menyimak memerlukan metode yang efektif dan efisien. Selain itu, diperlukan
pula media pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat menguasai kompetensi
yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, media memiliki peran yang
sangat penting untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.
Hambatan–hambatan yang teridentifikasi
dalam pembelajaran menyimak adalah
1) Pemahaman siswa terhadap keterampilan
menyimak masih kurang,.
Faktor pertama adalah pemahaman siswa
terhadap keterampilan menyimak masih kurang. Siswa kurang memahami teori dan
manfaat menyimak. Untuk itu, guru harus memberikan pengetahuan kepada siswa
tentang hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan menyimak dan perannya dalam
kehidupan mereka.
2) Siswa merasa kurang mendapatkan manfaat
dari belajar menyimak sehingga kurang termotivasi untuk belajar.
Faktor kedua ialah siswa merasa kurang
mendapat manfaat dari belajar menyimak
sehingga kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini terjadi karena siswa
beranggapan bahwa mendengarkan adalah hal biasa yang sering mereka lakukan
ketika kecil. Melihat kenyataan ini guru harus memberitahukan manfaat menyimak
sebelum memulai pelajaran.
3) Media pembelajaran menyimak kurang
mencukupi dan belum dimanfatkan secara efektif.
Faktor ketiga media pembelajaran menyimak
yang kurang mencukupi dan belum dimanfaatkan secara efektif. Media seperti tape
recorder jumlahnya terbatas sehingga penggunaannya harus bergantian dan
menyesuaikan dengan kegiatan lain yang memanfaatkan media tersebut. Dalam
proses belajar mengajar guru terkadang enggan menggunakan media yang ada karena
pemanfaatannya memerlukan berbagai persiapan. sehingga media tidak difungsikan
secara efektif. Bahkan kebanyakan dari guru lebih memilih untuk membacanya dari
pada menggunakan suatu alat, akan tetapi hal itu dapat menimbulkan kejenuhan
bagi siswa itu sendiri.
4) Teknik pembelajaran menyimak yang kurang
bervariasi.
Faktor keempat adalah teknik pembelajaran
menyimak yang kurang bervariasi. Dalam pembelajaran menyimak guru hanya
membacakan teks dan siswa diminta menyimak. Guru seharusnya menerapkan teknik
pembelajaran yang lebih bervariasi dan memanfaatkan media yang tersedia.
5) Jumlah siswa terlalu besar.
Faktor kelima jumlah siswa terlalu besar.
Dengan jumlah siswa 40 orang, guru dituntut untuk memilih teknik pembelajaran
yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu, guru harus
menguasai pengelolaan kelas secara baik. Akan tetapi apabila siswa tersebut
sedikit dalam satu kelas proses menyimak juga akan berlangsung dengan baik apabila
guru tersebut sanggup mengordinir kelas tersebut.
6) Kondisi ruang belajar belum menunjang
pembelajaran menyimak.
Faktor keenam kondisi ruang belajar belum
menunjang pembelajaran menyimak. Ruang kelas berdekatan dengan jalan raya
sehingga siswa mudah terganggu suara dari luar. Keadaan ini sulit diatasi
karena kondisi setiap kelas hampir sama dan sekolah belum memiliki laboratorium
bahasa.
Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
menyimak diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta
memotivasi untuk belajar. Media audio visual ini juga diharapkan dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang disampaikan. Dengan
demikian, pemakaian media audio visual diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan menyimak pada siswa kelas III SD Muhammadiyah I Pasuruan
Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
menyimak diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta
memotivasi untuk belajar. Media audio visual ini juga diharapkan dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang disampaikan. Dengan
demikian, pemakaian media audio visual diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan menyimak pada siswa kelas III SD Muhammadiyah I Pasuruan
A.
Tujuan pokok menyimak pada hakikatnya sebagai berikut.
1) Menyimak untuk belajar, yaitu untuk
memperoleh pengetahuan dari ujaran pembicara.
2) Menyimak untuk menikmati keindahan audial,
yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau yang diperdengarkan.
3) Menyimak untuk mengevaluasi. Menyimak
dengan maksud agar dia dapat menilai apa–apa yang dia simak (baik–buruk,
indah–jelek, dan lain–lain).
4) Menyimak untuk mengapresiasi materi
simakan. Orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa–apa yang
disimaknya.
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide–idenya
sendiri. Orang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide,
gagasan, maupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6) Menyimak dengan maksud dan tujuan dapat
membedakan bunyi– bunyi dengan tepat.
7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara
kreatif dan analisis.
8) Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap
suatu masalah atau pendapat yang diragukan
Berdasarkan tujuan–tujuan menyimak, maka
menyimak yang dilaksanakan dalam bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dari
materi yang diperdengarkan. Selain itu, bertujuan untuk mengapresiasi materi
simakan.
B. Manfaat Menyimak
1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif
yaitu memberikan masukan–masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
berpengalaman.
2) Meningkatkan intelektualitas serta
memperdalam penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu kita.
3) Memperkaya kosakata kita, menambah
perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak
menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata–kata yang digunakan lebih
variatif.
4) Memperluas wawasan, meningkatkan
penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan obyektif.
5) Meningkatkan kepekaan dan kepedulian
sosial.
6) Meningkatkan citra artistik jika yang kita
simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya. Banyak
menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau
pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita.
7) Menggugah kreativitas dan semangat mencipta
kita untuk menghasilkan ujaran–ujaran dan tulisan–tulisan yang berjati diri.
Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide–ide yang cemerlang dan segar,
pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat
berkarya dan kreatif.
Semua manfaat
tersebut diharapkan diperoleh dalam kegiatan menyimak. Namun, dalam ini manfaat
utama yang diperoleh adalah menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang
berharga bagi kemanusiaan serta meningkatkan dan menumbuhkan sikap apresiatif.
C. Ragam Menyimak
Kegiatan menyimak bentuknya beraneka ragam.
Ragam menyimak diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, taraf aktivitas
menyimak, taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan simakan, tujuan menyimak,
dan tujuan spesifik. Ragam menyimak menurut Sutari, dkk. (1997 : 28–33) adalah
sebagai berikut :
1.
Berdasarkan Sumber Suara yang Disimak
Berdasarkan
sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam menyimak, yaitu : menyimak
intrapribadi (intra personal listening) dan menyimak antarpribadi (inter
personal listening). Menyimak intrapribadi suara yang disimak berasal dari
diri sendiri, sedangkan menyimak antar pribadi ialah menyimak suara yang
berasal dari orang lain.
2.
Berdasarkan Taraf Aktivitas Menyimak
Taraf
aktivitas menyimak dibedakan atas kegiatan menyimak taraf rendah dan taraf
tinggi. Menyimak taraf rendah sekadar memberikan perhatian, dorongan dan
menunjang pembicaraan. Menyimak semacam ini disebut silent listening.
Kegiatan menyimak bertaraf tinggi biasanya diperlihatkan penyimak dengan
mengutarakan kembali isi simakan. Menyimak semacam ini disebut active
listening.
3.
Berdasarkan Taraf Hasil Simakan
Ragam
menyimak berdasarkan taraf hasil simakan adalah sebagai berikut.
1) Menyimak terpusat Menyimak terpusat
dilakukan dengan memusatkan pikiran secara penuh agar tidak salah melaksanakan
hasil simakannya itu.
2) Menyimak untuk membandingkan penyimak
menyimak pesan kemudian membandingkan sisi pesan itu dengan pengalaman dan
pengetahuan penyimak yang relevan.
3) Menyimak organisasi materi yang
dipentingkan oleh penyimak di sini ialah mengetahui organisasi pikiran yang
disampaikan pembicara, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.
4) Menyimak kritis Menyimak secara kritis dengan
cara menganalisis materi atau pesan yang disimaknya untuk kejelasan penyimak
meminta informasi lebih lengkap tentang hal yang dikemukakan pembicara.
5) Menyimak kreatif dan apresiasif Penyimak
memberikan reaksi lebih jauh terhadap hasil simakannya dengan memberi respon baik
fisik maupun mental. Setelah penyimak memahami dan
4.
Berdasarkan Cara Penyimakan
Berdasarkan caranya ada dua ragam menyimak,
yaitu menyimak intensif dan ekstensif. Cara menyimak ini mempengaruhi kedalaman
dan keluasan.
1) Menyimak Intensif
Dengan cara
menyimak yang intensif penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian,
ketekunan, dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam dan
menguasai secara luas bahan simakannya. Yang termasuk ke dalam menyimak
intensif, ialah menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif,
menyimak interogatif, dan menyimak selektif.
2) Menyimak Ekstensif
Dalam menyimak
ekstensif, penyimak memahami materi simakan secara garis besar saja. Menyimak
ekstensif meliputi menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak sosial.
5.
Berdasarkan Tujuan Menyimak
Jenis menyimak
berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut.
1) Menyimak Sederhana
Menyimak
sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui
telepon.
2) Menyimak Deskriminatif
Menyimak
untuk membedakan suara atau perubahan suara
3) Menyimak Santai
Menyimak
santai ialah menyimak untuk tujuan kesenangan.
4) Menyimak Informatif
Menyimak
informatif adalah menyimak untuk mencari informasi.
5) Menyimak Literatur
Menyimak untuk
mengorganisasikan gagasan, seperti penyusunan materi dari berbagai sumber,
pembahasan hasil penemuan.
6) Menyimak Kritis
Menyimak
untuk menganalisis tujuan pembicara.
6.
Berdasarkan Tujuan Khusus
Logan dan kawan–kawan (dalam Sutari, dkk.
1997:32-34) mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan khusus / spesifik.
Ragam menyimak tersebut adalah sebagai berikut.
1) Menyimak untuk Belajar
Melalui
kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan.
2) Menyimak untuk Menghibur
Penyimak
menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya.
3) Menyimak untuk Menilai
Penyimak
mendengarkan dan memahami simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji,
membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak.
4) Menyimak Apresiatif
Penyimak
memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan.
5) Menyimak untuk Mengkomunikasikan Ide dan
Perasaan
Penyimak memahami, merasakan gagasan, ide,
perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara pembicara dan
pendengar.
6) Menyimak Deskriminatif
Menyimak
untuk membedakan suara atau bunyi.
7) Menyimak Pemecahan Masalah
Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah
secara kreatif dan analisis yang disampaikan oleh pembicara.
Ragam menyimak
diklasifikasikan berdasarkan berbagai faktor. Dalam ragam menyimak yang
diterapkan adalah:
a. Berdasarkan sumber suara yang disimak maka
menyimak dongeng yang dilakukan termasuk menyimak antarpribadi.
b. Berdasarkan taraf aktivitas menyimak maka
termasuk menyimak aktif.
c. Berdasarkan taraf hasil simakan termasuk
menyimak kreatif dan apresiatif.
d. Berdasarkan cara penyimakan termasuk
menyimak intensif.
e. berdasarkan tujuan menyimak termasuk
menyimak informatif.
f. berdasarkan tujuan khusus termasuk menyimak
apresiatif.
D. Faktor Pemengaruh Menyimak
Menurut Tarigan (1994:99–107) faktor–faktor
yang mempengaruhi menyimak adalah sebagai berikut.
a) Faktor Fisik
Kondisi fisik seseorang penyimak merupakan
faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifan dalam
menyimak.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga mempengaruhi proses menyimak. Faktor psikologis
yang positif memberi pengaruh yang baik, sedangkan faktor psikologis yang
negatif memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Faktor negatif
itu antara lain prasangka dan kurang simpati, keegosentrisan dan keasyikan
terhadap minat pribadi, pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan,
sikap yang tidak layak terhadap pembicara. Faktor positif yang menguntungkan
bagi kegiatan menyimak misalnya pengalaman masa lalu yang menyenangkan, yang
telah menentukan minat dan pilihan, kepandaian yang beraneka ragam.
c) Faktor Pengalaman
Sikap
merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan pengalaman. Kurang minat agaknya
merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali
pengalaman dalam bidang yang disimak. Faktor pengalaman merupakan suatu faktor
penting dalam kegiatan menyimak.
d) Faktor Sikap
Pada dasarnya
manusia mempunyai dua sikap utama, yaitu sikap menerima dan sikap menolak.
Orang akan bersikap menerima pada hal–hal yang menarik dan menguntungkan
dirinya, sedangkan sikap menolak ditujukan pada hal–hal yang tidak menarik dan
tidak menyenangkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada menyimak,
masing–masing dampak positif dan dampak negatif.
e) Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu
keberhasilan seseorang kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat
diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan
menyimak.
f) Faktor Jenis Kelamin.
Dari beberapa
penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya
mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada
sesuatu pun berbeda pula. Pria tergolong
terburu-buru dalam mengambil kesimpulan sedangkan wanita serigkali
terlebih dahulu memikirkan apa yang diserapnya atau didengarkan.
g) Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar para siswa pada
umumnya. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana dalam
pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial mencakup suasana yang mendorong
anak–anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide–ide.
h) Faktor Peranan dalam Masyarakat
Kemampuan menyimak dapat juga dipengaruhi
oleh peranan dalam masyarakat. Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting
bagi peningkatan kegiatan menyimak.
E. Tahap–Tahap dalam Menyimak
Tahap–tahap menyimak menurut Anderson (dalam Tarigan
1994 : 30–31) adalah sebagai berikut.
1) Mendengar bunyi kata–kata tetapi tidak
memberikan reaksi kepada ide–ide yang diekspresikan.
2) Menyimak sebentar–sebentar
3) Setengah menyimak
Penyimak mengikuti pembicaraan hanya dengan
maksud suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri.
4) Menyimak secara pasif dengan sedikit
responsi yang kelihatan
5) Menyimak secara sempit Dalam hal ini makna
atau penekanan yang penting pudar dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi
butir–butir yang biasa, yang berkenaan ataupun yang sesuai padanya, yang dapat
disetujuinya.
6) Menyimak serta membentuk asosiasi–asosiasi
dengan butir–butir yang berhubungan dengan pengalaman–pengalaman pribadi
seseorang.
7) Menyimak suatu laporan untuk menangkap
ide–ide pokok dan unsur-unsur penunjang atau mengikuti petunjuk–petunjuk.
8) Menyimak secara kritis
Penyimak
memperhatikan nilai–nilai kata emosional dari pembicara.
9) Menyimak secara apresiatif dan kreatif
dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang.
F. Pemilihan Bahan dalam Pembelajaran
Menyimak
Bahan dalam pembelajaran menyimak harus
menarik minat dan dekat dengan kebutuhan siswa. Hal–hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1) Keluasan Bahan Ajar
Bahan ajar menyimak dapat diambil dari
berbagai sumber. Bahan ajar hendaknya sesuai degan tingkat kemampuan siswa.
Materi simakan yang sesuai. Cocok dengan kemampuan siswa akan menghasilkan
proses belajar mengajar yang memuaskan dan menyenangkan, baik bagi siswa maupun
bagi guru. Materi menyimak mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a) Materi yang tujuannya mendapat respons
penyimak berupa bunyi– bunyian, baik berupa suara, suku kata, kata, frasa,
klausa maupun kalimat.
b) Materi yang memerlukan pemusatan perhatian
yakni menentukan gagasan–gagasan pokok pembicaraan dan gagasan–gagasan
penunjangnya.
c) Materi yang tujuannya membandingkan atau
mempertentangkan dengan pengalaman atau pengetahuan menyimak.
d) Materi yang tujuannya menuntut penyimak
berpikir kritis, yakni melalui proses analisis.
e) Materi yang tujuannya menghibur bersifat
santai.
2) Keterbatasan Waktu
Dalam pembelajaran guru dituntut agar dapat
menyesuaikan waktu yang tersedia dengan bahan yang akan diajarkan.
3) Perbedaan Karakteristik Pembelajar
Perbedaan karakteristik pembelajar
ditentukan oleh berbagai faktor antara lain minat, bakat, intelegensi dan
sikapnya. Hal itu merupakan pertimbangan khusus bagi guru untuk memilih bahan
simakan yang selaras dengan bakat, minat, dan sikap pembelajar.
4) Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
dan Seni
Pada dasarnya bahan pembelajaran menyimak
harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Bahan pembelajaran menyimak harus menarik,
selaras, dan autentik. Bahan pembelajaran menyimak yang menarik akan mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dari siswa. Selain menarik, bahan pembelajaran
menyimak harus selaras. Keselarasan bahan ajar menyimak dengan penyimak merupakan
syarat utama dalam proses pembelajaran menyimak. Kegagalan pembelajar menyimak
lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan pembelajar terhadap makna, baik
makna gramatikal, leksikal, maupun kultural dalam bahan ajar. Faktor lain yang
perlu dipertimbangkan adalah keautentikan. Istilah autentik diartikan asli.
Bahan yang asli ialah bahan yang dapat ditemukan di lingkungan siswa. Apa yang
biasa didengar pembelajar dalam kehidupan sehari–hari, akan lebih baik jika
diambil sebagai bahan ajar menyimak.
G. Penilaian Keterampilan Menyimak
Penyempurnaan kurikulum merupakan upaya
peningkatan mutu pendidikan. Pembaruan kurikulum akan lebih bermakna bila
diikuti oleh perubahan praktik–praktik pembelajaran di kelas yang dengan
sendirinya akan mengubah praktik–praktik penilaian. Kurikulum Berbasis
Kompetensi menerapkan sistem Penilaian Berbasis Kelas (PBK). Penilaian ini
dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian Berbasis
Kelas dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper
and pencil) .
Dalam suatu Penilaian Berbasis Kelas,
evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Demikian halnya
penilaian keterampilan menyimak, dilakukan lewat penilaian proses dan penilaian
hasil. Penilaian hasil hanya merujuk pada hasil simakan siswa yang berupa
respon atau jawaban–jawaban terhadap pertanyaan, sedangkan penilaian terhadap
proses dilakukan dengan menggunakan model instrumen penilaian yang dirancang
guru.
Penilaian hasil dapat dilakukan dengan
menggunakan tes. Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
siswa menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalam wacana yang
diterima melalui saluran pendengaran.
Untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan
bahan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat
kesulitan, isi dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana.
1) Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan
sekadar menuntut siswa untuk mengingat fakta atau menyatukan kembali
fakta–fakta yang terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan. Bentuk tes
yang dipergunakan dapat tes bentuk objektif, isian singkat, ataupun bentuk
pilihan ganda.
2) Tes Menyimak Tingkat Pemahaman
Tes keterampilan menyimak pada tingkat
pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dipergunakan.
Pemahaman pada tingkat ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif
tingkat tinggi. Bentuk tes yang dipergunakan esai ataupun bentuk objektif.
3) Tes Menyimak Tingkat Penerapan
Butit–butir tes keterampilan menyimak yang
dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari
pernyataan (diperdengarkan) dan gambar–gambar sebagai alternatif jawaban yang
terdapat di lembar tugas.Tingkat kesulitan tes ditentukan oleh kompleksitas
gambar.
4) Tes Keterampilan Menyimak Tingkat Analisis
Tes
keterampilan menyimak pada tingkat analisis menuntut siswa untuk melakukan
kerja analisis, untuk memilih alternatif jawaban yang tepat. Analisis yang
dilakukan berupa analisis detil–detil informasi, mempertimbangkan bentuk dan
aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat dan
lain–lain. Hubungan antara rangsang yang diperdengarkan dengan alternatif jawaban
yang disediakan kurang menunjukkan hubungan secara langsung.
Jawaban terhadap pertanyaan dapat dinilai
berdasarkan tepat atau tidaknya jawaban ini dengan melakukan penskoran
berdasarkan jumlah soal dan bobot soal, sedangkan hasil simakan siswa yang berupa
respon dinilai berdasarkan tepat atau tidak respon itu dengan apa yang
diungkapkan atau diperintahkan dalam bahan simakan. Aspek–aspek penilaian
ditentukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Penilaian proses
dapat dilakukan dengan menggunakan model instrumen yang dirancang guru.
Dari uraian diatas dapat digunakan sebagai alternatif
pembelajaran menyimak dan mengatasi kesulitan yang dialami siswa.
1) Guru hendaknya memberikan variasi-variasi
dalam pembelajaran menyimak diantaranya dengan penggunaan media audio visual
untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar
2) Apabila guru memanfaatkan media audio
visual hendaknya mempersiapkan media tersebut secara baik, mempertimbangkan
kelas yang akan digunakan, dan jam pelajaran yang akan digunakan untuk
pembelajaran menyimak. Hal ini harus diperhatikan supaya pembelajaran menyimak
dapat efektif dan tidak menganggu proses pembelajaran mata pelajaran yang lain
Bagi mahasiswa yang menekuni bidang bahasa
Indonesia diharapkan dapat melakukan penelitian di bidang menyimak dari aspek
yang lain. Muhammad Nur Syamsu / capricorn0401@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar