Kamis, 17 November 2011

KETERAMPILAN MENYIMAK

: Share


I.       KEMAMPUAN MENYIMAK TINGKAT DASAR
Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat esensial, sebab keterampilan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa.
Anak kecil yang mulai belajar berbahasa, dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang didengarnya, belajar menirukan, kemudian mencoba untuk menerapkan dalam pembicaraan. Setelah masuk sekolah, anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau bunyi bahasa yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini, anak sudah mulai menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan, dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Menyimak atau sering juga disebut dengan mendengarkan dengan seksama dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kegiatan berbahasa yang sangat penting karena malalui menyimak kita dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang suatu kehidupan. Begitu juda dalam ruang lingkup sekolah, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oles sebab itu untuk memperoleh kemampuan menyimak diperlukan suatu latihan yang intensif.

Pada dasarnya pengembangan keterampilan menyimak itu dapat dibedakan atas empat tataran pokok sebagai berikut :

  1. Tataran identifikasi
Tataran identifikasi tidak lain adalah tahap pengenalan. Tahap ini akan melibatkan kita untuk mulai terampil mengenal berbagai jenis bunyi suatu bahasa, kata-kata, frase, kalimat dan hubungan timbal balik antar struktur, baik atas pertimbangan waktu, modifikasi, bahkan juga logika.
Tahap ini banyak melibatkan penyimak untuk segera mengenal elemen-elemen kebahasaan dan makna yang mungkin dipengaruhi oleh adanya suatu elemen bunyi suprasegmental, yaitu intonasi, jeda, nada dan tekanan. Menyimak pada tataran ini disebut juga dengan istilah menyimak bahasa.


  1. Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi
Tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi adalah tataran menyimak dimana penyimak diharapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu unit kontinum bunyi atau ujaran, akan tetapi belum dituntut adalanya kemampuan retensi yaitu kemampuan mencamkan, menyimpan dan memproduksikan hasil pemahaman tersebut. Pada tataran ini menyimak hanya dituntut mampu mengenal, memahami maksud tuturan, belum dituntut adanya kemampuan mengingat.

  1. Tataran identifikasi dengan seleksi dan retensi jangka pendek
Tataran identifikasi dengan seleksi dan retensi jangka pendek adalah tataran menyimak yang menuntut penyimak mengenal bunyi dan kemampuan memahami, tetapi dalam taraf terpimpin. Misalkan dengan memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu kepada penyimak supaya dapat dipelajari sebelum bahan simakan diberikan. Kemampuan mengingatpun masih dalam jangka waktu yang begitu pendek misalnya bahan simakan masih dapat diulang misalnya sampai tiga kali agar penyimak selain mampu mengidentifikasi bunyi, memahami pesan, juga agar mendapat kesempatan mengingat dan mencocokkan dalam waktu cepat dengan memilih jawaban mana yang paling tepat.

  1. Tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang
Tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang adalah menyimak yang menuntut penyimak untuk mempu mengenal bunyi-bunyi dalam kontinium bunyi yang panjang, mampu memahami makna pesan secara tepat, dengan kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang relatif lama. Tuntutan pada penyimak pada fase ini ialah penyimak mempu menyimak kontinium wacana yang panjang, baik ragam bacaan cerita-cerita menarik, berita surat kabar, percakapan percakapan panjang, ujaran-ujaran ekspresif, percakapan lewat telepon, puisi, drama dan sebagainya.

Ada tiga tahap proses menyimak dalam kehidupan sehari hari, yaitu :
  1. Menerima masukan auditori (auditory Input ) yaitu penyimak menerima pesan lisan, mendengarkan pesan saja tidak akan bisa menjamin berlangsungnya suatu pemahaman.

  1. Memperhatikan masukan auditori. Penyimak tidak berkonsentrasi secara fisik dan mental pada apa saja yang disajikan oleh pembicara ataupun penutur.

  1. Menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori. Penyimak tidak sekedar mengumpulkan dan menyimpan pesan akan tetapi juga mengklasifikasikan pesan tersebut, serta membandingkan dan menguhubungkan pesan dengan pengetahuan yang dimiliki sejak awal. Selain itu penyimak juga menggunakan strategi prediksi konfirmasi secara tepat.

  1. MENYIMAK BAHASA
Menyimak merupakan proses berbahasa yang paling misterius. Proses menyimak merupakan proses interaktif yang mengubah bahasa lisan menjadi makna dalam pikiran. Dengan demikian menyimak tidak sekedar mendengarkan yang merupakan komponen intergral dalam menyimak. Kegiatan berfikir atau menangkap makna dari apa yang didengar merupakan bagian dari proses berfikir atau menangkap makna dari apa yang didengar merupakan bagian dari proses menyimak.

Urutan dalam proses menyimak secara sederhana dapat diikhtisarkan sebagai berikut. Kita mulai dengan meyerap rentetan bunyi bahasa melalui telinga. Rentetan bunyi bahasa tersebut diteruskan menuju otak pada bagian yang disebut perangkat ingatan pendek untuk diproses dan dianalisis. Apabila pemrosesan atas rentetan bunyi bahasa dan kosakata serta struktur berhasil berarti penyimak mengerti dan paham akan pesan atau informasi yang diinformasikan oleh pembicara. Selanjutnya informasi atau pesan tersebut akan disimpan kedalam otak yang disebut perangkat ingatan jangka panjang. Oleh karena itu yang disimpan itu bukan lagi rentetan bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah melainkan lambang bahasa yang telah terproses menjadi suatu konsep.

Seseorang yang sedang belajar akan memperlihatkan berbagai taraf perkembangan pemahaman berbahasa. Pada kontak pertama dengan ujaran bahasa yang masuk kedalam pikiran melalui apa yang didengarnya. Lama-kelamaan secara berangsur akan merasakan adanya berbagai urutan bunyi, turun naiknya bunyi, dan kelompok bunyi atas dasar hembusan nafas. Kemudian seseorang itu dapat menyadari adanya beberapa gabungan fakta bahasa yang dikenal secara arbiter misalnya kosakata, kolompok kata kerja, dan pernyataan-pernyataan yang sederhana.

Kemudian seseorang dapat membedakan adanya fonem serta pola kalimat dari apa yang telah didengar. Kalimat tersebut berulang dan akhirnya memberikan bentuk penggalan bicara. Sampai disini belum tergolong sebagai pemahaman yang memerlukan seleksi. Selanjutnya orang tersebut akan memperhatikan terus adanya taraf pengenalan elemen penting dari sejumlah tuturan tetapi belum sanggup untuk mengenal adanya hubungan keseluruhan aliran bunyi tersebut. Apabila seseorang mendengarkan banyak tuturan akhirnya akan diperoleh kemudahan dalam mengenal elemen penting dalam pemahaman suatu pesan.

Kemampuan mengidentifikasi dan menyeleksi rentetan bunyi bahasa dalam proses menyimak bahasa itu dapat diperinci atas beberapa kemampuan sebagai berikut :
1.      Kemampuan mengidentifikasi dan menyeleksi gejala-gejala fonetik baik yang berupa nada, tekanan, persendian, maupun intonasi pada umumnya, demikian juga mengidentifikasi dan menyeleksi bunyi-bunyi segmental suatu bahasa yang dipelajari.
2.      Kemampuan mengenal, membedakan, meneraokan kosakata sesuai dengan makna dan kenteks yang tepat.
3.      kemampuan mengenal, membedakan dan menerapkan struktur tatanan bahasa sesuai dengan maknanya yang tepat termasuk juga struktur dan idiom-idiom yang ada.

  1. JENIS-JENIS MENYIMAK
Menyimak memiliki karakter dan tipe yang berbeda, sehingga menyimak
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1.  Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif memiliki beberapa tipe sebagi berikut:
a.  Menyimak sekunder
Menyimak sekunder yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan ketika kita sedang mendengar suatu berita yang dianggap penting

b.  Menyimak sosial
Menyimak sosial yaitu kegiatan menyimak yang menekankan pada faktor-faktor sosial dan tingkatan dalam masyarakat

c.  Menyimak estetika
Menyimak estetika yaitu menyimak apresiatif untuk menikmati dan menghayati suatu bahan simakan, biasanya berhubungan dengan bahan simakan sastra

d.  Menyimak pasif
Menyimak pasif yaitu kegiatan menyimak yang mendengarkan suatu bahasan tanpa upaya sadar. Misalnya orang yang menyimak dan mendengarkan pembicaraan dalam bahasa asing, sehingga lama-lama akan paham dan dapat menggunakan bahasa tersebut.

2. Menyimak Intensif
Ada beberapa jenis kegiatan menyimak intensif, diantaranya adalah:
a.  Menyimak kritis
Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguhuntuk memberikan penilaian secara obyektif. Caranya adalah dengan
a) mengamati ketepatan ujaran pembicara,
b) mencari jawaban atas pertanyaan mengapa menyimak,
c) dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini menyimak,
d) dapatkah mengambil kesimpulan dari hasil menyimak,
e) dapatkah penyimak menafsirkan idiom, ungkapan, atau majas dalam
    bahan  simakan.

b.   Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan. Tujuannya adalah:
a) mengikuti petunjuk-petunjuk
b) mencari hubungan antar unsur
c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam sutau komponen
d) mencari butir-butir informasi penting
e) mencari urutan penyajian bahan simakan
f) mencari gagasan utama bahan simakan.

c.   Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak untuk mencari informasi
baru, tujuannya adalah:
a) menemukan gagasan baru
b) menemukan informasi baru
c) menemukan topik baru
d) menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru

d.  Menyimak Introgatif
Menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan yang diarahkan pada pemerolehan informasi

e.   Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif adalah menyimak yang bertujuan mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas pembelajar.

  1. TAHAPAN MENYIMAK
Di bawah ini diuraikan secara singkat tahapan-tahapan menyimak,
diantaranya:
1.   Tahap Mendengarkan
Tahap mendengarkan merupakan proses yang dialakukan pembicara dalam ujaran atau pembicaraan barulah pada tahap mendengarkan (hearing)

2.   Tahap Memahami
Setelah mendengarkan pembicaraan yang disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dipahami atau dimengerti (understanding)

3.   Tahap Interpretasi
Penyimak yang baik akan mennafsirkan atau mengaitkan bahan simakan dengan
berbagai konteks, yang disebut interpreting

4.   Tahap Evaluasi
Pada tahap ini penyimak akan menerima gagasan pembicara dengan cara
menanggapi isi atau bahan simakan. Ini merupakan tahap paling tinggi yang
disebut juga tahap evaluasi.

  1. STRATEGI MENYIMAK
Menyimak bahasa dapat menggunakan dua strategi yaitu memusatkan
perhatian dan membuat catatan.
1.   Memusatkan Perhatian
Agar dapat melakukan menyimak dengan baik, kita harus memusatkan
perhatian pada tuturan pembicara. Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak. Isyarat visual meliputi gerak tubuh (gesture), tulisan atau kerangka infromasi penting, dan perubahan ekspresi wajah. Isyarat verbal meliputi perhentian, naik turunnya suara, lambatnya pengucapan butir-butir penting, dan pengulangan informasi penting.

2.   Membuat Catatan
Membuat catatn dapat membantu aktivitas menyimak karena mendorong
berkonsentrasi, menyediakan bahan-bahan untuk mereviu, dan dapat membantu mengingatkan. Akan tetapi membuat catatan juga memerlukan konsentrasi. Hal ini jelas mengganggu proses menyimak itu sendiri. Agar membuat catatan sewaktu menyimak tidak mengganggu konsentrasi, sebaiknya saran-saran berikut dipertimbangkan:
a.   Catatan bersifat sederhana
Catatan yang kecil-kecil dan panjang tidaklah praktis karena yang dapat kita tangkap dari infromasi lisan bukanlah kalimat utuh, melainkan ide-ide pokok yang berupa frase-frase atau kalimat pendek. Oleh karena itu dalam membuat catatan sebaiknya menggunakan bentuk krangka atau outline. Yang kita catat adalah ideide pokok atau informasi yang kita anggap penting, ide-ide yang menonjol, materi-materi yang faktual.
b.   Catatan menggunakan singkatan-singkatan dan simbol-simbol
pilihlah singkatan-singkatan atau simbol-simbol yang kita pahami dengan
baik
c.   Catatan harus jelas
Meskipun catatan kita tulis secara cepat, namun faktor kejelasan harus
dinomorsatukan agar kita tidak kesulitan jika membaca ulang tulisan
tersebut Kejelasan itu minimal untuk diri kita sendiri.

  1. MEMBEDAKAN FONEM DAN KONTEKS
Penyimak harus bisa membedakan fonem dari apa yang mereka dengar, dalam hal ini penyimak harus mengetahui arti dan konteks dari apa yang dimaksudkan. Apabila sipenyimak idak mendengar dan tidak memperhatikan apa yang mereka simak maka yang terjadi adalah kehilangan bahan simakan tersebut dan bahkan tidak tahu tentang arti fonem yang dimaksud.

  1. MENANGKAP MAKSUD TUTURAN MELALUI UNSUR SEGMENTAL DAN SUPRASEGMENTAL
Bunyi bahasa tidak diucapkan lepas dalam ujaran, melainkan selalu dalam rangkaian dengan bunyi lainya, karena itu untuk menyimak bunyi bahasa itu satu persatu kita perlu memecah rangkaian dari tempat rangkaian bunyi itu berasal. Rangkaian bunyi yang dapat kita pakai untuk mulai menangkap bunyi itu adalah suku kata, karena suku kata inilah yang paling kecil dan dapat kita simak. Menyimak suku kata menghasilkan segmen yang terdiri atas dua kelas yaitu vokal dan konsonan. Rangkaian bunyi bahasa yang membentuk suku kata dan kata itu disebut dengan unsur segmental bahasa.

Rangkaian bunyi bahasa yang kita simak tidak hanya terdiri atas unsur segmental saja, tetapi juga unsur-unsur suprasegmental yang berupa panjang pendek suatu tekanan atau nada yang diambil oleh pembicara. Panjang pendek nada sering kita sebut dengan istilah intonasi.

  1. MENYIMAK INTEROGATIF
Menyimak interogatif ( interogative listening ) adalah kegiatan menyimak intensif yang menuntut konsentrasi dan seleksi. Dalam kegiatan menyimak interogatif penyimak mengarahkan perhatianya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai pembicara, dalam hal ini dapat disebutkan sebagai narasumber. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut penyimak mengharapkan dapat memperoleh informasi atau pengetahun sebanyak mungkin dari segala aspek pembicaraan. Informasi yang diharapkan penyimak dapat mencangkup apa, siapa, mengapa, dimana, kemana, untuk apa, benarkah dan lain sebagainya.dengan demikian pelaku menyimak dalam hal ini sering disebut dengan pewawancara.

II.    KEMAMPUAN MENYIMAK TINGKAT LANJUT
Brodbent (1986) berpendapat bahwa organisme menusia itu mempunyai kapasitas yang terbatas dalam menyerap informasi. Butir-butir yang tidak relevan akan menjadi beban yang ektra pada sistem pemahaman. Informasi yang pertama kali masuk akan disaring oleh kecerdasan yang bersangkutan dan bersifat umum. Informasi yang tersaring ini lalu diserap kedalam ingatan yang merupakan mekanisme penyimpanan jangka pendek, kemudian infoemasi ini mudah hilang dari simpanan jangka pendek, jika tidak beredar terus menerus dalam pemakaiannya.

Tomkins dan hosskison (1991) menyatakan bahwa terdapat enam kiat yang dapat kita gunakan untuk belajar menangkap gagasan inti simakan, yaitu :

1.      Membentuk gambar dalam pikiran ( pencitraan )
Saat kita menyimak kita harus membentuk gambar mental, sementara kita menyimak. Tekhnik citraan ini berguna jika pesan penutur mengandung benyak citraan visual, perincian atau kata-kata deskriftif dan ketika kita menyimak untuk mendapatkan kesenangan. Cerita dan gambar membantu kita membentuk citraan. Kita juga dapat menggambarkan atau menuliskan gambar mental yang kita ciptakan sendiri

2.      Mengelompokkan Informasi
Kita harus mengelompokkan informasi jika pesan penutur berisi potongan-potongan informasi, perbandingan dan kontras yang jelas. Kita dapat menggunakan tehknik tersebut, misalnya menyimak perbandingan reptil dengan amfibi. Kita dapat membuat dua kolom yaitu kolom reptil dan kolom amfibi, kemudian kita mengisi kolom tersebut jika informasi yang kita simak berisi lebih dari dua atau tiga ketegori misalnya lima kelompok makanan maka kita membuat bagan kelompok.

3.      Mengajukan Pertanyaan
Kita harus mengajukan suatu pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman terhadap pesan yang kita simak. Dua jenis pertanyaan yang sangat membantu yaitu pertanyaan untuk mendapatkan kejelasan dari apa yang telah kita simak.

4.      Menemukan pola organisasi informasi
Kita harus mengenali pola-pola organisasi informasi seperti, deskripsi, urutan, perbandingan, sebab dan akibat serta pemecahan masalah yang digunakan oleh penutur. Pengenalan terhadap pola-pola tersebut digunakan agar lebih mudah memahami dan mengingat pesan yang kita simak.

5.      Mencatat informasi penting
Selama proses menyimak kita harus mengidentifikasi informasi penting dari meteri yang kita simak. Catatan ang kita buat kita rangkum dalam bentuk daftar atau kerangka sehingga kita dapat mengulasnya kembali setelah penutur selesai membicaraknya.

6.      Memusatkan perhatian
Penutur atau pembicara biasanya menggunakan isyarat visual dan verbal untuk menyampaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak. Isyarat visual meliputi gerak tubuh, tulisan atau kerangka penting,  serta perubahan ekspresi wajah pembicara atau penutur. Isyarat verbal meliputi perhentian perhentian, dan pengulangan informasi penting. Banyak diantara kita yang tidak menyadari isyarat tersebut sebagai perilaku pengatur perhatian. Oleh karena itu kita harus memperhatikan isyarat peutur untuk mempertajam perhatian kita.

Pendapat lain tentang keberhasilan menyimak dikemukakan oleh Priyatmi (2000). Berikut ini keberhasilan menyimak ditentukan oleh keterampilan yaitu mampu :

  1. Mengantisipasi topik dari gagasan umum yang terdapat dalam tuturan yang didengarnya.
  2. Menentukan topik yang dibahas dalam wacana yang disimaknya berdasarkan gagasan-gagasan umum yang telah ditemukanya.
  3. Menentukan ide pokok dan ide-ide penjelas dari tuturan yang didengarnya.
  4. Menjawab / merumuskan hal-hal penting berkaitan dengan teks.
  5. Memberikan komnetar atau respon terhadap isi tuturan yang didengarnya.
  6. Membedakan fakta, pendapat dan kesimpulan dari tuturan yang disimaknya.
  7. Menunjukkan nilai estetis dari tuturan yang didengarnya.


Kemampuan menyimak tingkat lanjut ini digolongkan dalam 3 jenis yaitu :
  1. Menyimak Kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objectif, menentukan keaslian, kebenaran dan kelebihan serta kekurangan dari simakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah mengamati tepat tidaknya ujaran pembicara, mencari jawaban atas pertanyaan mengapa harus disimak, apakah penyimak dapat mengambil kesimpulan dari bahan yang telah diutarakan oleh pembicara dan apakah penyimak mampu menafsirkan makna, idiom, ungkapan, dan majas dari bahan simakan tersebut.

  1. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah, mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun struktur dan pilahan katanya berbeda dengan apa yang diucapkan oleh penutur dan juga menyusun suatu oetunjuk-petunjuk atau nasihat berdasarkan meteri yang disimak.

  1. Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan seorang penyimak akan menemukan gagasan baru, informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan dari bidang tertentu, menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
     
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menyimak kritis, menyimak kreatif dan menyimak eksploratif tergolong kedalam kemampuan menyimak tingkat lanjut.

III. KEMAMPUAN MENYIMAK PADA RUANG LINGKUP SEKOLAH DASAR

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi yang utama bagi manusia adalah bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, pikiran, dan pesan kepada orang lain sehingga terjadi komunikasi. Agar komunikasi berjalan dengan baik, diperlukan penguasaan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dalam bahasa Inggris disebut language arts atau language skills. Istilah art berarti seni atau kiat dan dipergunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat personal, kreatif, dan original. Sebaliknya kata skill dipakai untuk menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis, eksak, impersonal

Menurut Tarigan ( 1994:2 ) keterampilan berbahasa ( language arts, language skills) mencakup empat segi, yaitu menyimak (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill), dan menulis (writing skill). Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai oleh manusia. Keterampilan menyimak menjadi dasar bagi keterampilan berbahasa lain.

Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, setelah itu belajar berbicara, kemudian, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lain. Sebagaimana Tarigan (1994 : 3) menyatakan bahwa dengan meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang. Menyimak selalu digunakan dalam kehidupan manusia karena manusia selalu dituntut untuk menyimak, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam keluarga, manusia selalu dituntut untuk menyimak. Pemerolehan bahasa seorang anak juga berawal dari menyimak ujaran di lingkungan keluarga.

Dalam pergaulan di masyarakat, kegiatan menyimak lebih banyak dilakukan daripada kegiatan berbahasa yang lain

Peran penting penguasaan keterampilan menyimak sangat tampak di lingkungan sekolah. Siswa mempergunakan sebagian besar waktunya untuk menyimak pelajaran yang disampaikan guru. Keberhasilan siswa dalam memahami serta menguasai pelajaran diawali oleh kemampuan menyimak yang baik. Berdasarkan hal–hal tersebut keterampilan menyimak perlu dikuasai secara baik.

Sebuah keterampilan akan dikuasai dengan baik jika dibelajarkan dan dilatihkan. Demikian pula halnya dengan keterampilan menyimak perlu dibelajarkan. Pembelajaran menyimak yang baik dan kontinu sangat dibutuhkan mengingat pentingnya peran menyimak dalam kehidupan. Perhatian untuk keterampilan ini harus sama dengan keterampilan berbahasa yang lain.

Pembelajaran menyimak menjadi bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa ruang lingkup bahan kajian mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek– aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Aspek kemampuan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa nonsastra. Adapun aspek kemampuan bersastra juga mencakup keempat keterampilan berbahasa tersebut, tetapi berkaitan dengan ragam sastra. Perhatian terhadap aspek berbahasa baik sastra maupun nonsastra adalah sama dan dibelajarkan secara terpadu.

Berdasarkan teori, pembelajaran menyimak dilaksanakan secara terpadu dan mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan berbahasa lain. Namun, dalam pembelajaran di sekolah, hal tersebut belum terlaksana dengan baik. Pembelajaran menyimak masih kurang mendapat perhatian dan seringkali diremehkan oleh siswa maupun guru. Mereka beranggapan bahwa semua orang yang normal pasti dapat menyimak dan keterampilan menyimak akan dikuasai oleh siswa secara otomatis. Pandangan seperti ini seharusnya dihilangkan. Keterampilan menyimak untuk memperoleh pemahaman terhadap wacana lisan tidak akan terbentuk secara otomatis atau hanya dengan perintah supaya mendengarkan saja.

Dalam kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi siswa yang sulit memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan. Salah satu faktor yang diindikasikan menjadi penyebabnya adalah sebagian siswa didik masih mengalami kesulitan dalam menyimak. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran menyimak yang benar dan latihan yang kontinu karena suatu keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan

Tarigan (dalam Sutari, dkk. 1997 : 117–118) mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik, yaitu:
1)      Pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah,
2)      Teori, prinsip, dan generalisasi mengenai menyimak belum banyak diungkapkan,
3)      Pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih minim,
4)      Buku teks dan buku pegangan guru dalam pembelajaran menyimak sangat langka.
5)      Guru–guru bahasa Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan   pengajaran menyimak,
6)      Bahan pengajaran menyimak sangat kurang.
7)      Guru–guru bahasa Indonesia belum terampil menyusun bahan pengajaran Menyimak.
8)      Jumlah murid per kelas terlalu besar.

Alasan–alasan yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik, baik untuk pembelajaran menyimak bahasa dan sastra. Kompleksitas hambatan dalam pembelajaran menyimak pada setiap sekolah tidak selalu sama. Pada sekolah tertentu hambatan tersebut dapat diminimalisir, tetapi di sekolah lain dapat lebih kompleks. Hambatan pada setiap kelas pun dimungkinkan berbeda.

Hambatan-hambatan tersebut semakin bertambah dalam pembelajaran sastra karena adanya anggapan bahwa pembelajaran sastra kurang bermanfaat bagi kehidupan siswa. Metode yang digunakan dalam pembelajaran sastra kurang bervariasi sehingga menyebabkan kebosanan pada siswa. Selain itu, guru cenderung kurang memotivasi siswa untuk belajar sastra dan media untuk pembelajaran sastra kurang mencukupi kebutuhan serta siswa belum mempunyai budaya untuk belajar sastra.

Usaha untuk meningkatkan keterampilan menyimak memerlukan metode yang efektif dan efisien. Selain itu, diperlukan pula media pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, media memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.

Hambatan–hambatan yang teridentifikasi dalam pembelajaran menyimak adalah
1)      Pemahaman siswa terhadap keterampilan menyimak masih kurang,.
Faktor pertama adalah pemahaman siswa terhadap keterampilan menyimak masih kurang. Siswa kurang memahami teori dan manfaat menyimak. Untuk itu, guru harus memberikan pengetahuan kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan menyimak dan perannya dalam kehidupan mereka.

2)      Siswa merasa kurang mendapatkan manfaat dari belajar menyimak sehingga kurang termotivasi untuk belajar.
Faktor kedua ialah siswa merasa kurang mendapat manfaat dari belajar menyimak  sehingga kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini terjadi karena siswa beranggapan bahwa mendengarkan adalah hal biasa yang sering mereka lakukan ketika kecil. Melihat kenyataan ini guru harus memberitahukan manfaat menyimak sebelum memulai pelajaran.

3)      Media pembelajaran menyimak kurang mencukupi dan belum dimanfatkan secara efektif.
Faktor ketiga media pembelajaran menyimak yang kurang mencukupi dan belum dimanfaatkan secara efektif. Media seperti tape recorder jumlahnya terbatas sehingga penggunaannya harus bergantian dan menyesuaikan dengan kegiatan lain yang memanfaatkan media tersebut. Dalam proses belajar mengajar guru terkadang enggan menggunakan media yang ada karena pemanfaatannya memerlukan berbagai persiapan. sehingga media tidak difungsikan secara efektif. Bahkan kebanyakan dari guru lebih memilih untuk membacanya dari pada menggunakan suatu alat, akan tetapi hal itu dapat menimbulkan kejenuhan bagi siswa itu sendiri.

4)      Teknik pembelajaran menyimak yang kurang bervariasi.
Faktor keempat adalah teknik pembelajaran menyimak yang kurang bervariasi. Dalam pembelajaran menyimak guru hanya membacakan teks dan siswa diminta menyimak. Guru seharusnya menerapkan teknik pembelajaran yang lebih bervariasi dan memanfaatkan media yang tersedia.

5)      Jumlah siswa terlalu besar.
Faktor kelima jumlah siswa terlalu besar. Dengan jumlah siswa 40 orang, guru dituntut untuk memilih teknik pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu, guru harus menguasai pengelolaan kelas secara baik. Akan tetapi apabila siswa tersebut sedikit dalam satu kelas proses menyimak juga akan berlangsung dengan baik apabila guru tersebut sanggup mengordinir kelas tersebut.

6)      Kondisi ruang belajar belum menunjang pembelajaran menyimak.
Faktor keenam kondisi ruang belajar belum menunjang pembelajaran menyimak. Ruang kelas berdekatan dengan jalan raya sehingga siswa mudah terganggu suara dari luar. Keadaan ini sulit diatasi karena kondisi setiap kelas hampir sama dan sekolah belum memiliki laboratorium bahasa.

Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta memotivasi untuk belajar. Media audio visual ini juga diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang disampaikan. Dengan demikian, pemakaian media audio visual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak pada siswa kelas III SD Muhammadiyah I Pasuruan
Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta memotivasi untuk belajar. Media audio visual ini juga diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang disampaikan. Dengan demikian, pemakaian media audio visual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak pada siswa kelas III SD Muhammadiyah I Pasuruan


A. Tujuan pokok menyimak pada hakikatnya sebagai berikut.
1)      Menyimak untuk belajar, yaitu untuk memperoleh pengetahuan dari ujaran pembicara.
2)      Menyimak untuk menikmati keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan.
3)      Menyimak untuk mengevaluasi. Menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa–apa yang dia simak (baik–buruk, indah–jelek, dan lain–lain).
4)      Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. Orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa–apa yang disimaknya.
5)      Menyimak untuk mengkomunikasikan ide–idenya sendiri. Orang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide, gagasan, maupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6)      Menyimak dengan maksud dan tujuan dapat membedakan bunyi– bunyi dengan tepat.
7)      Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis.
8)      Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan

Berdasarkan tujuan–tujuan menyimak, maka menyimak yang dilaksanakan dalam bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dari materi yang diperdengarkan. Selain itu, bertujuan untuk mengapresiasi materi simakan.
                         
B. Manfaat Menyimak
1)      Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan–masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman.
2)      Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu kita.
3)      Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata–kata yang digunakan lebih variatif.
4)      Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan obyektif.
5)      Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
6)      Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita.
7)      Menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran–ujaran dan tulisan–tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide–ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif.
Semua manfaat tersebut diharapkan diperoleh dalam kegiatan menyimak. Namun, dalam ini manfaat utama yang diperoleh adalah menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan serta meningkatkan dan menumbuhkan sikap apresiatif.
             
C. Ragam Menyimak
Kegiatan menyimak bentuknya beraneka ragam. Ragam menyimak diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, taraf aktivitas menyimak, taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan simakan, tujuan menyimak, dan tujuan spesifik. Ragam menyimak menurut Sutari, dkk. (1997 : 28–33) adalah sebagai berikut :
1.      Berdasarkan Sumber Suara yang Disimak
Berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam menyimak, yaitu : menyimak intrapribadi (intra personal listening) dan menyimak antarpribadi (inter personal listening). Menyimak intrapribadi suara yang disimak berasal dari diri sendiri, sedangkan menyimak antar pribadi ialah menyimak suara yang berasal dari orang lain.

2.      Berdasarkan Taraf Aktivitas Menyimak
Taraf aktivitas menyimak dibedakan atas kegiatan menyimak taraf rendah dan taraf tinggi. Menyimak taraf rendah sekadar memberikan perhatian, dorongan dan menunjang pembicaraan. Menyimak semacam ini disebut silent listening. Kegiatan menyimak bertaraf tinggi biasanya diperlihatkan penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan. Menyimak semacam ini disebut active listening.

3.      Berdasarkan Taraf Hasil Simakan
                  Ragam menyimak berdasarkan taraf hasil simakan adalah sebagai berikut.
1)      Menyimak terpusat Menyimak terpusat dilakukan dengan memusatkan pikiran secara penuh agar tidak salah melaksanakan hasil simakannya itu.

2)      Menyimak untuk membandingkan penyimak menyimak pesan kemudian membandingkan sisi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.

3)      Menyimak organisasi materi yang dipentingkan oleh penyimak di sini ialah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembicara, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.

4)       Menyimak kritis Menyimak secara kritis dengan cara menganalisis materi atau pesan yang disimaknya untuk kejelasan penyimak meminta informasi lebih lengkap tentang hal yang dikemukakan pembicara.

5)      Menyimak kreatif dan apresiasif Penyimak memberikan reaksi lebih jauh terhadap hasil simakannya dengan memberi respon baik fisik maupun mental. Setelah penyimak memahami dan

4.      Berdasarkan Cara Penyimakan
Berdasarkan caranya ada dua ragam menyimak, yaitu menyimak intensif dan ekstensif. Cara menyimak ini mempengaruhi kedalaman dan keluasan.
1)      Menyimak Intensif
Dengan cara menyimak yang intensif penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketekunan, dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam dan menguasai secara luas bahan simakannya. Yang termasuk ke dalam menyimak intensif, ialah menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.
2)      Menyimak Ekstensif 
Dalam menyimak ekstensif, penyimak memahami materi simakan secara garis besar saja. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak sosial.

5.      Berdasarkan Tujuan Menyimak
Jenis menyimak berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut.
1)      Menyimak Sederhana
Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon.
2)      Menyimak Deskriminatif
                        Menyimak untuk membedakan suara atau perubahan suara
3)      Menyimak Santai
                        Menyimak santai ialah menyimak untuk tujuan kesenangan.
4)      Menyimak Informatif
                        Menyimak informatif adalah menyimak untuk mencari informasi.
5)      Menyimak Literatur
Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan, seperti penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasil penemuan.
6)      Menyimak Kritis
                        Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara.

6.      Berdasarkan Tujuan Khusus
Logan dan kawan–kawan (dalam Sutari, dkk. 1997:32-34) mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan khusus / spesifik. Ragam menyimak tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Menyimak untuk Belajar
Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan.
2)      Menyimak untuk Menghibur
Penyimak menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya.
3)       Menyimak untuk Menilai
Penyimak mendengarkan dan memahami simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak.
4)      Menyimak Apresiatif
                        Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan.
5)      Menyimak untuk Mengkomunikasikan Ide dan Perasaan
Penyimak memahami, merasakan gagasan, ide, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara pembicara dan pendengar.
6)      Menyimak Deskriminatif
                        Menyimak untuk membedakan suara atau bunyi.
7)      Menyimak Pemecahan Masalah
 Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analisis yang disampaikan oleh pembicara.

Ragam menyimak diklasifikasikan berdasarkan berbagai faktor. Dalam ragam menyimak yang diterapkan adalah:
a.       Berdasarkan sumber suara yang disimak maka menyimak dongeng yang dilakukan termasuk menyimak antarpribadi.
b.      Berdasarkan taraf aktivitas menyimak maka termasuk menyimak aktif.
c.       Berdasarkan taraf hasil simakan termasuk menyimak kreatif dan apresiatif.
d.      Berdasarkan cara penyimakan termasuk menyimak intensif.
e.       berdasarkan tujuan menyimak termasuk menyimak informatif.
f.       berdasarkan tujuan khusus termasuk menyimak apresiatif.

D. Faktor Pemengaruh Menyimak
Menurut Tarigan (1994:99–107) faktor–faktor yang mempengaruhi menyimak adalah sebagai berikut.
a)      Faktor Fisik
Kondisi fisik seseorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifan dalam menyimak.
b)      Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga mempengaruhi proses menyimak. Faktor psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik, sedangkan faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Faktor negatif itu antara lain prasangka dan kurang simpati, keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi, pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan, sikap yang tidak layak terhadap pembicara. Faktor positif yang menguntungkan bagi kegiatan menyimak misalnya pengalaman masa lalu yang menyenangkan, yang telah menentukan minat dan pilihan, kepandaian yang beraneka ragam.
c)      Faktor Pengalaman
Sikap merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan pengalaman. Kurang minat agaknya merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman dalam bidang yang disimak. Faktor pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak.
d)     Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap utama, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal–hal yang menarik dan menguntungkan dirinya, sedangkan sikap menolak ditujukan pada hal–hal yang tidak menarik dan tidak menyenangkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada menyimak, masing–masing dampak positif dan dampak negatif.
e)      Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak.
f)       Faktor Jenis Kelamin.
Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. Pria tergolong  terburu-buru dalam mengambil kesimpulan sedangkan wanita serigkali terlebih dahulu memikirkan apa yang diserapnya atau didengarkan.
g)      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar para siswa pada umumnya. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial mencakup suasana yang mendorong anak–anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide–ide.
h)      Faktor Peranan dalam Masyarakat
Kemampuan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting bagi peningkatan kegiatan menyimak.



E. Tahap–Tahap dalam Menyimak
Tahap–tahap menyimak menurut Anderson (dalam Tarigan 1994 : 30–31) adalah sebagai berikut.
1)      Mendengar bunyi kata–kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide–ide yang diekspresikan.
2)      Menyimak sebentar–sebentar
3)      Setengah menyimak
Penyimak mengikuti pembicaraan hanya dengan maksud suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri.
4)      Menyimak secara pasif dengan sedikit responsi yang kelihatan
5)      Menyimak secara sempit Dalam hal ini makna atau penekanan yang penting pudar dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi butir–butir yang biasa, yang berkenaan ataupun yang sesuai padanya, yang dapat disetujuinya.
6)      Menyimak serta membentuk asosiasi–asosiasi dengan butir–butir yang berhubungan dengan pengalaman–pengalaman pribadi seseorang.
7)      Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide–ide pokok dan unsur-unsur penunjang atau mengikuti petunjuk–petunjuk.
8)      Menyimak secara kritis
Penyimak memperhatikan nilai–nilai kata emosional dari pembicara.
9)      Menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang.
                         
F. Pemilihan Bahan dalam Pembelajaran Menyimak
Bahan dalam pembelajaran menyimak harus menarik minat dan dekat dengan kebutuhan siswa. Hal–hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1)      Keluasan Bahan Ajar
Bahan ajar menyimak dapat diambil dari berbagai sumber. Bahan ajar hendaknya sesuai degan tingkat kemampuan siswa. Materi simakan yang sesuai. Cocok dengan kemampuan siswa akan menghasilkan proses belajar mengajar yang memuaskan dan menyenangkan, baik bagi siswa maupun bagi guru. Materi menyimak mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a)      Materi yang tujuannya mendapat respons penyimak berupa bunyi– bunyian, baik berupa suara, suku kata, kata, frasa, klausa maupun kalimat.
b)      Materi yang memerlukan pemusatan perhatian yakni menentukan gagasan–gagasan pokok pembicaraan dan gagasan–gagasan penunjangnya.
c)      Materi yang tujuannya membandingkan atau mempertentangkan dengan pengalaman atau pengetahuan menyimak.
d)     Materi yang tujuannya menuntut penyimak berpikir kritis, yakni melalui proses analisis.
e)      Materi yang tujuannya menghibur bersifat santai.
2)      Keterbatasan Waktu
Dalam pembelajaran guru dituntut agar dapat menyesuaikan waktu yang tersedia dengan bahan yang akan diajarkan.
3)      Perbedaan Karakteristik Pembelajar
Perbedaan karakteristik pembelajar ditentukan oleh berbagai faktor antara lain minat, bakat, intelegensi dan sikapnya. Hal itu merupakan pertimbangan khusus bagi guru untuk memilih bahan simakan yang selaras dengan bakat, minat, dan sikap pembelajar.
4)      Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Pada dasarnya bahan pembelajaran menyimak harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Bahan pembelajaran menyimak harus menarik, selaras, dan autentik. Bahan pembelajaran menyimak yang menarik akan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari siswa. Selain menarik, bahan pembelajaran menyimak harus selaras. Keselarasan bahan ajar menyimak dengan penyimak merupakan syarat utama dalam proses pembelajaran menyimak. Kegagalan pembelajar menyimak lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan pembelajar terhadap makna, baik makna gramatikal, leksikal, maupun kultural dalam bahan ajar. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah keautentikan. Istilah autentik diartikan asli. Bahan yang asli ialah bahan yang dapat ditemukan di lingkungan siswa. Apa yang biasa didengar pembelajar dalam kehidupan sehari–hari, akan lebih baik jika diambil sebagai bahan ajar menyimak.

G. Penilaian Keterampilan Menyimak
Penyempurnaan kurikulum merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan. Pembaruan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik–praktik pembelajaran di kelas yang dengan sendirinya akan mengubah praktik–praktik penilaian. Kurikulum Berbasis Kompetensi menerapkan sistem Penilaian Berbasis Kelas (PBK). Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian Berbasis Kelas dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil) .

Dalam suatu Penilaian Berbasis Kelas, evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Demikian halnya penilaian keterampilan menyimak, dilakukan lewat penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil hanya merujuk pada hasil simakan siswa yang berupa respon atau jawaban–jawaban terhadap pertanyaan, sedangkan penilaian terhadap proses dilakukan dengan menggunakan model instrumen penilaian yang dirancang guru.

Penilaian hasil dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalam wacana yang diterima melalui saluran pendengaran.

Untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana.
1)      Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan sekadar menuntut siswa untuk mengingat fakta atau menyatukan kembali fakta–fakta yang terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan. Bentuk tes yang dipergunakan dapat tes bentuk objektif, isian singkat, ataupun bentuk pilihan ganda.
2)      Tes Menyimak Tingkat Pemahaman
Tes keterampilan menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dipergunakan. Pemahaman pada tingkat ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Bentuk tes yang dipergunakan esai ataupun bentuk objektif.
3)      Tes Menyimak Tingkat Penerapan
Butit–butir tes keterampilan menyimak yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar–gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di lembar tugas.Tingkat kesulitan tes ditentukan oleh kompleksitas gambar.
4)      Tes Keterampilan Menyimak Tingkat Analisis
            Tes keterampilan menyimak pada tingkat analisis menuntut siswa untuk melakukan kerja analisis, untuk memilih alternatif jawaban yang tepat. Analisis yang dilakukan berupa analisis detil–detil informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat dan lain–lain. Hubungan antara rangsang yang diperdengarkan dengan alternatif jawaban yang disediakan kurang menunjukkan hubungan secara langsung.

Jawaban terhadap pertanyaan dapat dinilai berdasarkan tepat atau tidaknya jawaban ini dengan melakukan penskoran berdasarkan jumlah soal dan bobot soal, sedangkan hasil simakan siswa yang berupa respon dinilai berdasarkan tepat atau tidak respon itu dengan apa yang diungkapkan atau diperintahkan dalam bahan simakan. Aspek–aspek penilaian ditentukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan model instrumen yang dirancang guru.

Dari uraian diatas dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran menyimak dan mengatasi kesulitan yang dialami siswa. 
1)      Guru hendaknya memberikan variasi-variasi dalam pembelajaran menyimak diantaranya dengan penggunaan media audio visual untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar
2)      Apabila guru memanfaatkan media audio visual hendaknya mempersiapkan media tersebut secara baik, mempertimbangkan kelas yang akan digunakan, dan jam pelajaran yang akan digunakan untuk pembelajaran menyimak. Hal ini harus diperhatikan supaya pembelajaran menyimak dapat efektif dan tidak menganggu proses pembelajaran mata pelajaran yang lain
Bagi mahasiswa yang menekuni bidang bahasa Indonesia diharapkan dapat melakukan penelitian di bidang menyimak dari aspek yang lain. 

Muhammad Nur Syamsu / capricorn0401@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar