Kamis, 17 November 2011

HAKIKAT KETERAMPILAN BERBAHASA.

: Share

1.     PENGERTIAN KETERAMPILAN BERBAHASA
Secara sederhana komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :





Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa si pengirim pesan aktif memilih pesan yang disampaikan, dan memformulasikan dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi / tulisan, proses demikian disebut Encoding. Sedangkan lambang-lambang berupa bunyi / tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan dapat diterima secara utuh merupakan Proses decoding.

Dalam proses encoding  si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima. Aktifitas tersebut biasa kita kenal dngan istilah berbicara. Di pihak lalin, si penerima melakukan aktifitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan.  Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan mendengar atau menyimak
Ada pula pengirim menyampaikan pesan dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan dalam proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis.kemudian si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai atau mengartikan bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima secara utuh, aktifitas tersebuut kita kenal dengan istilah membaca.

Komunikasi sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks kehidupan yang dinamis dalam suatu  budaya. Dalam komunikasi yang sesungguhnya ketika kita melakukan proses enconding si pengirim berada dalm suatu konteks yang berupa ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang menjadi latar belakang pengirim dan penerima, keberhasilan suatu komunikasi sangat tergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai dengan konteks komunikasi. Seseorang dikatakan memilliki keterampilan berbahasa dalam posisi si pengirim pesan, dalam proses encoding  ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang tepat, sesuai dengan konteks komunikasi

Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil memilih bunnyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, sesrta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi. Kemudian, seseorang dikatakan terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki kemauan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi. Selanjutnya seseorang dikatakn memiliki keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir , seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tetulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya. 

2.     MANFAAT KETERAMPILAN BERBAHASA
Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapkan pikira, tidak dapat mengekspresikan perasaaan, dan titak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan dan fakta yang disampaikan oleh orang kepada kita.

Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantunng pada tinngkat keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, guru dan wartawan. 

3.     ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
A.     Mendengarkan
Mendengar adalah keterampilan memahami bahsa lisan yang bersifat reseptif. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap mukadan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini secara bergantian melakukan aktifitas mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, kotbah atau mendengarkan dalam acara-

acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diungkapkan dan tidak bisa meminta pembicara diperlambat.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus :
1.      Menyimpan/menginngat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory)
2.      Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa tarjet
3.      Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi, menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata
4.      Membedakan dan memahami arti kata-kata yang di dengar
5.      Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus
6.      Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan
7.      Menebak makna dari konteks
8.      Mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes)
9.      Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis
10.  Mengenal perangkat-peranngkat kohesif (recognize cohesive devices)
11.                        Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi dan unsur-unsur lainnya

B.     Berbicara
Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara yaitu, interaktif, semiinteraktif dan noninteraktif.situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat memei\inta lawan bicara memeprlambat tempo bicara dari lawan bicara. Ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara dimana pembicara harus dapat :
1.            Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya

2.            Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi secara jelasdan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.
3.            Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
4.            Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar.
5.            Berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar
6.            Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama.
7.            Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.

C.     Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahas tulis. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara.
Keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembicara adalah :
1.      Mengenal sistem tulisan yang digunakan
2.      Mengenal kosakata
3.      Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama
4.      Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split dari konteks tertulis
5.      Mengenal kelas kata gramatikal (kata benda, kata sifat dan sebagainya)
6.      Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek dan preposisi
7.      Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis
8.      Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan dan partisipan
9.      Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan
10.  Menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama
11.  Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan
12.  Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.


D.     MENULIS
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya.
Keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, dimana penulis perlu untuk :
1.      Menggunakan ortografi dengan benar, termsuk disini penggunaan ejaan
2.      Memilih kata yang tepat
3.      Menggunakan bentuk kata dengan benar
4.      Mengurutkan kata-kata dengan benar
5.      Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca
6.      Memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju
7.      Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan
8.      Mengupayakan, terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan
9.      Memuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk diulis.

4.     KETERKAITAN ANTARASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
A.   Hubungan bebrbicara dengan mendengarkan
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan kkomunikasi 2 arah yang langsung. Apabila kita amati peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, pertanyaan Brooks itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam situasi interaktif, seperti diagram berikut ini :

Diagram komunikasi interaktif

Misalnya, komunikasi yanng terjadi antarteman, antar pembeli dan penjual atau dalam suatu diskusi kelompok.

Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan, setelah itu bergantian B berbicara dan A yang mendengarkan.namun ada dalam suatu konteks komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif yaitu satu pihak saja yang berbicara dan


pihak lain hanya mendengarkan. Situasi tersebut digmbarkan dalam diagram dibawah ini.






Komunikasi pada diagram diatas misalnya berupa khotbah, pidato ataupun siaran televisi. Disini hanya satu pihak yang berbicara sedangkan pihak lain hanya mendengarkan.

Dawson dalam tarigan (1994 : 3 ) menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan. Seperti berikut :
1.      Ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang.
2.      Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata dan pola kalimat.
3.      Upaya yang dilakukan untuk meningkatklan kemampuan mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan kemampuan mendengar yang berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4.      bunyi suara yang didengarkan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu suaraa dan meteri yang berkualitas baik yang didengar.
Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara berbicara dan mendengarkan berikut dipaparkan diagram hubungan tersebut menurut tarigan (1994 : 4) dengan beberapa modifikasi.


MENYIMAK

SIFAT

BERBICARA
Langsung
Apresiasif
Reseptif
Fungsional
Interaktif
Interaktif
Berbicara
Mendengar
Langsung atau tak langsung
Produktif
Eksprensif
Eksprensif

Diagram hubungan berbicara dan mendengarkan


B.   Hubungan mendengarkan dengan membaca
Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragan lisan, sedangkan membaca merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Sejalan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1994 : 4 ) melalui diagram berikut ini.

Mendengarkan
Reseptif
(menerima Informasi)
Lisan (Hasil Berbicara)
Membaca
Tulisan (hasil menulis)

Diagram diatas bukan hanya menggambarkan hubungan antara mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan kaitan antara menyimak dan berbicara serta membaca tulisan.
Sehubungan dengan kaitan antara mendengarkan dan membaca ini, Subyakto Nababan (1993:153) menjelaskannya dalam diagram sebagai berikut :



Di atas tampak jelas bahwa baik mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi fokus perhahtian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengarkan fokus perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan pada membaca adalah tulisan. Kemudian, baik penyimak maupun pembaca melakukan aktifitas  pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan (dalam membaca), selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide atau informasi.

Apabila ditinjau dan sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktifitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya. Jadi pengenalan terhadap kosakata baru pada aktifitas membaca akan dapat


meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya melalui proses pengenalan kembali terhadap kosakata tersebut.

C.   Hubungan membaca dengan menulis
Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.

Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan, penulisan dan revisi. Dalam melakukan perencanaan sering kali penulis melakukan aktifitas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri informasi, konsep-konsep atau gagsan-gagasan yang akan dijadikan bagian dari bahan tulisannya.

Sebaliknya pula, dalam kegiatan membaca pemahaman sering kali kita harus menulis catatan-catatan,, bagan, rangkuman dan komentar mengenai isi bacaan guna menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan, bahkan kadang-kadang kita merasa perlu untuk menulis laporan isi bacaan guna berbagai informasi kepada pembaca lain atau justru sekadar memperkuat pemahaman kita mengenai isi bacaan.

D.   Hubungan menulis dengan bebicara
Anda tentu sering kali menghadiri acara seminar, bahkan mungkin pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam seminar biasanya diminta menulis sebuah makalah terlebih dulu. Kemudian yang bersangkutan diminta menyajikan makalah itu secara lisan dalam suatu forum.

Dalam berpidato (salah satu jenis aktifitas berbicara) seseorang dituntut membuat perencanaan dalam bentuk tulisan. Untuk pidato-pidato yang tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup menulis secara singkat pokok-pokok yang akan dibicarakan sebagai persiapan. Dalam suatu pidato resmi (misalnya pidato kenegaraan), pembicara dituntut menulis naskah pidatonya secara lengkap

Dalam kedua jenis aktifitas berbicara yang dikemukakan di atas tampak jelas keterkaitan menulis dan berbicara. Kegiatan menulis harus dilakukan guna mendukung aktifitas berbicara, bahkan dalam suatu seminar, keempat keterampilan dilibatkan secara bergantian.

Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa baik berbicara maupun menilis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiata berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya kegiatan bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya ada pula kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melauli pengiriman pesan suara melalui telepon seluler.

B.   ULASAN MATERI BERDASARKAN KONDISI DALAM LINGKUNGAN BELAJAR
1.     Masalah dalam keterampilan berbahasa dalam lingkungan belajar
Dalam pembelajaran dilingkungan belajar untuk mengajarkan siswa agar dapat berbahasa dengan  benar sangatlah sulit hal ini dikarenakan beberapa factor yaitu :

a.       Logat atau Ras
Banyak sekali yang brekata bahwa orang dari Ras Madura sulit untuk mengucapkan bahasa dengan fonem yang benar, begitu juga dengan Ras Jawa dalam pengucapan huruf vocal sulit dibedakan dengan benar. Dalam Ras Madura dikenal dengan istilah lidah kaku yang berarti adalah pengucapan yang sudah terbiasa, hal ini dikarenakan bahasa madura yang mereka pakai dalam kesehariannya menuntut untuk melatih seseorang atau anak tersebut menjadi seorang madura dengan cirri khas keras dan banyak terdapat vocal yang sulit untuk didengarkan, sehingga untuk mengucapkan dalam bahasa Indonesia akan terpatah-patah. Bahkan kebanyakan bercampurnya suatu kata pada bahasa Indonesia dengan vocal madura. Sedangkan Ras Jawa terkenal dengan istilah Lunyu Ilate yang berarti pengucapan yang lambat dan terdengar santai atau lemah lembut, tidak berbeda dengan Ras Madura dalam membaca atau mengeluarkan suara dengan bahasa Indonesia akan berpengaruh terhadap cara pengucapanya, bahkan juga sering terjadi vocal yang tertera dalam bahasa jawa ikut masuk dalam bahasa Indonesia akan tetapi dalam mengeluarkan suara masih terdengar dan dapat dibedakan huruf vocalnya.

b.      Lingkungan Sekitar
Factor lingkungan ini juga berpengaruh besar terhadap perkembanganberbahasa siswa, baik dari keluarga, sahabat atau teman dan bahkan lingkungan tempat tinggalnya atau dalam masyarakatnya. Jika siswa tersebut tidak mengenal istilah


keterampilan berbahasa dengan baik dan sering menerapkanya maka siswa tersebut akan mendengar dan menirukan bahasa dari keluarga atau masyarakat disekitarnya. Dalam hal ini anak akan menirukan apa yang mereka dengar dan mencari tahu tentang bahasa tersebut kemudian menerapkan dalam lingkungannya untuk bisa membaur dengan masyarakat disekitarnya.

                   I.      Keterampilan Berbahasa
Siswa saling berhubungan dengan cara berkomunikasi, begitu juga yang dilakukan oleh seorang guru. Komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa terjadi dengan suatu buni atau juga dengan suatu lambing.

Proses yang terjadi antara guru dengan siswa adalah proses Encoding, yang berarti guru mengirimkan suatu pesan yang akan disampaikan dalam wujud lambang  lambang dan berupa tulisan atau suatu bunyi. Misalkan dalam hal ini guru menerangkan kepada siswa tentang materi yang ada pada buku kemudian guru tersebut merangkumnya dalambentuk tulisan dipapan dan bahkan ada juga yang menggunakan istilah-istilah tertentu atau berupa gambar kepada murid. Dengan begitu proses penyampaian informasi dapat terlaksana.

Sedangkan proses yang terjadi pada siswa adalah proses decoding, dimana siswa tersebut mengartikan lambang yang berupa bunyi atau tulisan menjadi sebuah pesan yang akan disimpan dan terekam didalam otak siswa itu sendiri. Misalkan dalam hal ini adalah siswa mengartikan penjelasan dari apa yang telah dicatat di papan tulis sesuai dengan apa yang dijelasan oleh guru tersebut, bahkan lambang atau gambar yang telah diinformasikan oleh guru diulas kembali oleh siswa yang kemudian siswa tersebut mengartikanya dalam sebuah pesan hal ini dibuktikan dengan siswa menulis apa yang telah diterangkan oleh guru tersebut.

Sedangkan proses yang terjadi pada siswa dengan siswa lainya adalah proses timbal balik antara decoding dengan encoding. Hal ini dikarenakan catatan yang telah dicatat oleh siswa kemudian dipelajari lagi dan dari ketidak tahuan tersebut siswa menanyakan hal itu kepada siswa yang lainya sehingga proses encoding dengan decoding akan berjalan dengan baik, hal ini berlaku pada siswa yang aktif. Akan tetapi bagi siswa yang tidak aktif kebanyakan hanya melalui proses encoding saja.
  
                II.      Manfaat Keterampilan Berbahasa dalam lingkungan belajar.
Hubungan antar manusia dalam hal ini antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sangat diperlukan komunikasi, seseorang akan mengalami kendala apabila


tidak bisa berkomunikasi secara benar, penerima akan sulit mengartikan informasi yang didengar apabila pembicara tidak mengatakan dengan jelas dan benar.

Bagi seorang guru sangatlah tidak lazim mengeluaran kata-kata atau kalimat yang sulit dimengerti oleh siswa, apalagi kalau seorang guru tersebut tidak mengucapkan kata atau suatu kalimat dengan benar misalkan dalam hal ini pengucapan fonem yang benar, apabila seorang guru tidak bisa mengucapkan fonem dengan benar maka siswa akan mengartikan kata tersebut dengan arti yang berbeda. Begitu juga dengan siswa itu sendiri jika salah pengucapan kepada temannya maka siswa yang menjadi pendengar akan mengartikanya dengan artian yang berbeda pula, sering sekali timbul kesalahfahaman antara siswa karena suatu kata yang hanya berbeda fonemnya, bahkan seorang guru juga terkadang juga dapat membuat suatu kekeliruan.

Contoh :
Seorang guru menulis dipapan tulis dan menyuruh kepada siswa pada waktu kegiatan ekstra tari memakai pakaian yang beda (dalam artian berbeda) akan tetapi siswa yang tidak mengerti hal itu akan mengartikan kata beda dengan arti robek-robek sehingga terjadilah kesalahpahaman antara guru dengan siswa itu sendiri .

Begitu juga siswa yang memiliki cacat misalkan dalam hal ini adalah kebutaan, bisu atau bahkan tuli, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan sempurna, sehingga perlu adanya pelatihan khusus dalam bidangnya masing-masing. Dengan demikian meskipun dalam keadaan kurang sempurna masih tetap bisa berkomunikasi.

2.     Penerapan aspek keterampilan berbahasa dalam lingkungan belajar
a.       Mendengarkan
Didalam ruang lingkup pembelajaran siswa dituntut untuk mendengarkan dengan baik. Mendengarkan sendiri terbagi menjadi 2 yaitu :

1.      Mendengarkan secara interaktif
Dalam pembelajaran yang aktif adalah antara guru dan siswa terdapat suatu interaktif atau timbal balik. Hal ini baik untuk kemajuan siswa itu sendiri baik dalam keterampilan berbahasa dan juga memudahkan siswa untuk menyerap informasi yang diperolehnya.

Banyak hal yang dapat mengunungkan siswa dalam proses mendengar secara interaktif yaitu siswa tersebut dapat meminta untuk diperlambat pesan yang diucapkan oleh seorang guru sehingga siswa dapat mencerna lebih baik,


selain itu siswa juga dapat bertanya dari apa yang tidak diketahui oleh pembicara dalam hal ini adalah seorang guru, yang kemudian guru tersebut menerangkan kembali.

2.      Mendengarkan secara non interaktif
Sedangkan mendengarkan secara non interakti sering sekali terjadi hal – hal yang tidak dapat dimengerti oleh siswa misalkan adalah proses mendengarkan lewat radio, TV, atau media elektronik. Siswa terkadang merasa lelah karena terus mendengarkan suatu hal yang sulit untuk dicerna dalam pikiran mereka entah itu dari pengucapan yang cepat atau bahkan banyak kata yang tidak dimengerti oleh siswa tersebut sehingga siswa malas untuk mendengarkan hal tersebut. Proses semacam ini harus didasari dengan proses interaksi sehingga dapat memudahkan siswa untuk mengulas pembicaraan tersebut kembali. Sebagai contoh siswa tersebut ditugaskan untuk melihat suatu film sejarah proklamasi yang kemudian dalam film atau akhir film  guru juga menjelaskan dengan seksama kepada siswa tetang pesan atau dari film yang diputarnya tersebut sehingga siswa lebih mudah untuk menyerap informasi dari film tersebut, dan juga tidak timbul kejenuhan kepada siswa dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang ada.

b.      Berbicara
Didalam berbicara seorang guru dituntut untuk bisa mengucapkan dengan bunyi yang jelas sehingga siswa tersebut dapat menangkap pesan tersebut, tidak sedikit pula seorang gulu yang mencampur adukkan antara bahasa daerah yang dipakai sehari-hari dengan bahasa indonesia sehingga siswa yang tidak mengerti langsung melupakan apa ang diucapkan guru tersebut. Dalam lingkup belajar terutama dikelas banyak sekali hal semacam ini. Begitu juga dengan interaksi antara siswa dengan siswa pengucapan yang tidak jelas akan terjadi kesalahan arti dan bahkan ada kesalah pahaman, sehingga siswa ataupun guru harus dapat membedakan bunyi secara jelas.

Selain itu tekanan dan nada serta intonasi secara jelas sehingga baik siswa atau guru dapat memahami pengucapan tersebut dan bahkan dari suatu intonasi itu kita bisa tau mana yang penting dan mana yang sebagai acuan saja.

c.       Membaca
Sering sekali kita jumpai dalam suatu kelas terutama kelas dasar siswa tersebut dapat mengucapkan suatu kata akan tetapi dalam suatu penulisan siswa tersebut


sulit untuk menuliskanya kedalam suatu huruf. Untuk itu pengenalan huruf sangat penting diajarkan agar dalam suatu komunikasi dapat tersalurkan dengan baik. Selain itu siswa juga harus dapat mengerti tentang kosa kata yang dimaksud agar siswa tersebut mampu menyelaraskan antara huruf atau kosakata terseut dengan apa yang diucapkan

Dengan adanya pembelajaran tentang huruf dan penulisan ini siswa dituntut dapat membaca dan mengerti tentang kata yang ditulisnya atau mengerti tentang kosakata dalam suatu buku bacaan.

Didalam suatu sekolah dasar khususnya pada kelas satu sampai tiga dalam sekolah kami cara membimbing membaca dengan cerita bergembar sehingga siswa tidak jenuh dan tertantang untuk terus mengikuti. Dari situ juga siswa dapat mudah menyerap apa yang dimaksud dalam kalimat atau bacaan tersebut.

d.      Menulis
Kesulitan siswa dalam menulis sudah biasa terjadi terutama bagi kelas satu dan dua, siswa kebanyakan tau apa yang diucapkan akan tetapi sulit untuk menuliskannya, untuk itu siswa dikenalkan dengan huruf-huruf yang ada. Untuk memudahkan siswa dalam menghafal dan menyerap huruf tersebut guru bisa menggunakan suatu nyanyian yang mudah dihafal oleh siswa itu sendiri. Setelah siswa dapat menghafal huruf tersebut guru memberikan suatu kalimat yang disertai dengan benda yang telah dibawa dengan demikian siswa dapat mengerti maksud dari tulisan tersebut. Sebagai contoh guru tersebut menyuruh kepada siswa menulis kata pisang, sedangkan guru tersebut sambil mengucapkan kata pisang juga disertai dengan menunjukkan benda tersebut dalam hal ini adalah pisang yang dibawanya. Dengan demikian siswa tersebut dapat menagkap apa yang dikatakan oleh guru tersebut.

3.     Keterkaitan antaraspek keterampilan berbahasa di lingkungan belajar mengajar

a.       Hubungan berbicara dengan mendengarkan dalam lingkungan belajar
Hubungan berbicara dengan mendengarkan sangat erak kaitanya didalam suatu proses komunikasi, kita berbicara sebagai balasannya ada yang mendengarkan sehingga terlahirlah suatu proses interaksi, selain itu pendengar akan membalasnya dengan berbocara.



Dilingkungan sekolah atau lingkungan belajar proses ini sering dilakukan baik antara guru maupun antara siswa atau bahkan antara guru dengan siswa. Guru menerangkan suatu materi dengan berbicara sedangkan murid mendengarkan apa yang dikatakan oleh seorang guru tersebut, sebagai balasanya siswa tersebut berbicara kepada guru dengan menjawab suatu pertanyaan dari guru atau memberikan suatu pertanyaan suatu hal yang tidak dimengerti oleh siswa tersebut. Sedangkan siswa membicarakan apa yang didengarkan tersebut yang kemudian mengutarakanya pada teman yang lainya.

Proses dan keterkaitan berbicara dan mendengarkan bisa dipraktekkan pada siswa pada waktu siswa melakukan suatu diskusi kelompok. Siswa menjelaskan kepada temannya yang lain yang kemudian kelompok lain menyanggah atau memberikan suatu pertanyaan, setelah itu kelompok yang lain juga melakukan hal yang sama. Sampai kepada keputusan akhir guru tersebut menerangkan kembali dari ulasan yang telah didengarkan dari siswa tersebut dengan membenarkan hal yang seharusnya dibenarkan. Dengan kata lain keterakaitan antara berbicara dengan mendengarkan menjadi suatu faktor yang terpenting.

Selain itu dengan adanya pembicara dan pendengar siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Suara dan meteri yang diajarkan oleh guru yang bernilai sangat membantu siswa atau seseorang yang sedang belajar berbicara serta melatih interaksi dan komunikasi siswa agar dapat berbicara dengan baik.

b.      Hubungan Mendengarkan dengan membaca dalam lingkungan belajar
Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan dalam artian melalui suatu bunyi ataupun uacapan sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa dengan menggunakan ragam tulis. Kegiatan mendengarkan dan membaca ini merupakan suatu kegiatan yang reseftif.

Dalam suatu kegiatan belajar mengajar siswa lebih aktif dalam mendengarkan semua materi yang diajarkan oleh guru, tentusaja hal ini ditunjang dengan buku yang dimiliki para siswa sehingga selain dari buku siswa tersebut mempelajari suatu ilmu berdasarkan dari apa yang didengar dari keterangan guru. Biasanya guru memerintahkan kepada siswa untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan diajarkan yang kemudian guru tersebut menerangkan kepada siswa tentang materi yang telah dibaca. Dengan demikian siswa akan tahu apa yang dimaksudkan oleh guru tersebut.

Dengan demikian kita dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi antara kemampuan mendengerkan dan membaca pada kelas-kelas yang reatif tinggi,


apabila terdapat peningkatan kemampuan yang satu dalam hal ini kemampuan membaca dan mendengarkan maka ilmu atau perkembangan yang kita dapat akan semakin maju dan berkembang.

c.       Hubungan membaca dengan menulis dalam lingkungan belajar
Keterkaian antara membaca dengan menulis sering terjadi didalam suatu proses pembelajaran. Seorang guru menulis sebuah gagasan atau ide dari suatu materi pada papan tulis yang kemudian dibaca oleh siswa. Sedangkan dari situ siswa membaca kembali hasil tulisan tersebut yang kemudian akan ditulis oleh siswa itu sendiri.

Dalam menulis seorang guru sering melakukan reverensi atau permasalahan yang timbul sedangkan siswa itu sendiri membaca yang terkadang siswa membaca dalam artian yang berbeda atau dengan kata lain pengembangan menurut bahasa siswa itu sendiri yang kemudian akan dituliskan kedalam buku.

Begitu juga sebaliknya guru membaca terlebih materi yang akan diajarkan melalui buku penunjang yang kemudian akan diteruskan dengan kegiatan menulis dipapan tulis, proses ini akan dihantarkan kepada siswa sehingga dalam hal ini membaca merupakan suatu kebutuhan dalam menulis begitu juga dengan sebaliknya kita tidak akan bisa membaca kalaupun tidak ada yang menulis atau suatu tulisan.

d.      Hubungan menulis dengan berbicara dalam lingkungan belajar
Dalam mempelajari tentang hubungan menulis dan berbicara dapat dicontohkan dalam kegiatan siswa yaitu dalam pembuatan suatu makalah atau karya ilmiah, siswa ditugaskan untuk membuat suatu makalah yang berbarti siswa tersebut menulis bahan yang penting kemudian dikelompokkan dan dijadikan sebagai satu makalah, dengan adanya makalah tersebut siswa mempresentasikan hasil makalah tersebut dengan cara berbicara kepada siswa yang lain tentang isi dari makalah tersebut. Dari sini bisa dikatakan keterkaitan menulis dan berbicara harus dilakukan guna mendukung suatu aktivitas berbicara.

Contoh yang terjadi pada guru adalah seorang guru menulis suatu RPP untuk keperluan pembelajaran yang kemudian guru tersebut menerangkan seperti yang telah ditulisnya tadi dengan memberi penjelasan dan berbicara pada siswanya. Kegiatan ini sering dilakukan tentu saja dalam menjadikan kegiatan belajar yang efisien dan aktif diperlukan gabungan dari beberapa kerterampilan yaitu keterampilan membaca, keterampilan berbicara, keterampilan menulis dan


keterampilan mendengarkan. Dengan demikian proses belajar mengajar yang efektif akan terjalin.

Didalam suatu keterampilan berbicara biasanya banyak digunakan oleh para siswa dan guru dalam proses belajar ataupun mengajar, siswa kebayakan banyak berbicara dari pada apa yang ditulisnya begitu juga yang dialami oleh guru. Berbicara adalah suatu hal yang keluar secara responsif dari pikiran seseorang terkadang dalam satu kalimat seorang guru dapat membahas arti kalimat tersebut dengan begitu banyak aspek pembicaraan.

Muhammad Nur Syamsu : Capricorn0401@gmail.com

3 komentar:

  1. Assalamualaikum,nama saya Nafa Meilista Malaha_A1112135 ingin bertanya, bagaimana mengintegrasikan struktur bahasa, kosakata, ejaan, dan tanda baca dalam pembelajaran keterampilan berbahasa terutama menulis?

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum, saya nafa meilista malaha_A11121035 ingin menjawab pertanyaan dari salsabila_A11121032
    Otografi adalah arti kata, ejaan, dan contoh penggunaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). arti kata otografi adalah bentuk tidak baku dari autografi.

    BalasHapus
  3. Nama saya Nafa meilista malaha_A11121035 ingin menjawab pertanyaan dari Hardiyanti_A11121030 menurut saya jika kita bertemu dengan orang deperti itu kita bisa membimbing secara perlahan, seperti melatih ejaan dan cara berbicara. Biasanya orang seperti itu mungkin takut berbicara didepan orang lain, atau adanya faktor keturunan kelainan pada otak,prematur,dan lain lain. Mungkin susah tapi kenapa kita tidak mencobanya.

    BalasHapus