1.
PENGERTIAN KETERAMPILAN
BERBAHASA
Secara sederhana
komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Dari
gambar diatas dapat disimpulkan bahwa si pengirim pesan aktif memilih pesan
yang disampaikan, dan memformulasikan dalam wujud lambang-lambang berupa bunyi
/ tulisan, proses demikian disebut Encoding. Sedangkan lambang-lambang berupa
bunyi / tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan dapat diterima secara
utuh merupakan Proses decoding.
Dalam
proses encoding si pengirim mengubah
pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan,
selanjutnya pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan)
tersebut disampaikan kepada penerima. Aktifitas tersebut biasa kita kenal dngan
istilah berbicara. Di pihak lalin, si penerima melakukan aktifitas decoding berupa pengubahan bentuk-bentuk
bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali menjadi pesan. Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan
mendengar atau menyimak
Ada pula pengirim
menyampaikan pesan dengan menggunakan lambang-lambang berupa tulisan dalam
proses encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk bahasa tertulis,
kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktifitas tersebut biasa kita sebut dengan
istilah menulis.kemudian si penerima dalam proses decoding berupaya memaknai
atau mengartikan bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima
secara utuh, aktifitas tersebuut kita kenal dengan istilah membaca.
Komunikasi
sesungguhnya terjadi dalam suatu konteks kehidupan yang dinamis dalam
suatu budaya. Dalam komunikasi yang
sesungguhnya ketika kita melakukan proses enconding si pengirim berada dalm
suatu konteks yang berupa ruang, waktu, peran, serta konteks budaya yang
menjadi latar belakang pengirim dan penerima, keberhasilan suatu komunikasi
sangat tergantung kepada proses encoding dan decoding yang sesuai dengan
konteks komunikasi. Seseorang dikatakan memilliki keterampilan berbahasa dalam
posisi si pengirim pesan, dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang
tepat, sesuai dengan konteks komunikasi
Seseorang
dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil
memilih bunnyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, sesrta tekanan dan nada)
secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan
pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi.
Kemudian, seseorang dikatakan terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang
bersangkutan memiliki kemauan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa
kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu
konteks komunikasi. Selanjutnya seseorang dikatakn memiliki keterampilan
menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis
(berupa kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi
tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta.
Terakhir , seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan dapat
menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tetulis (berupa kata, kalimat,
paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya.
2.
MANFAAT KETERAMPILAN
BERBAHASA
Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan
berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapkan pikira, tidak dapat mengekspresikan
perasaaan, dan titak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak
lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan dan fakta yang
disampaikan oleh orang kepada kita.
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan
interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan
bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantunng pada tinngkat
keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang, misalnya profesi sebagai
manajer, jaksa, guru dan wartawan.
3.
ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN
BERBAHASA
A. Mendengarkan
Mendengar adalah keterampilan memahami bahsa lisan yang bersifat
reseptif. Ada
dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan
secara noninteraktif. Mendengarkan
secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap mukadan percakapan di telepon
atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini secara bergantian
melakukan aktifitas mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki
kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara agak
lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, film, kotbah atau mendengarkan dalam acara-
acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut,
kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara
mengulangi apa yang diungkapkan dan tidak bisa meminta pembicara diperlambat.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya
untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus :
1.
Menyimpan/menginngat unsur
bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory)
2.
Berupaya membedakan bunyi-bunyi
yang membedakan arti dalam bahasa tarjet
3.
Menyadari adanya bentuk-bentuk
tekanan dan nada, warna suara dan intonasi, menyadari adanya reduksi
bentuk-bentuk kata
4.
Membedakan dan memahami arti
kata-kata yang di dengar
5.
Mengenal bentuk-bentuk kata
yang khusus
6.
Mendeteksi kata-kata kunci yang
mengidentifikasikan topik dan gagasan
7.
Menebak makna dari konteks
8.
Mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes)
9.
Menyadari bentuk-bentuk dasar
sintaksis
10. Mengenal perangkat-peranngkat kohesif (recognize cohesive devices)
11.
Mendeteksi unsur-unsur kalimat
seperti subjek, predikat, objek, preposisi dan unsur-unsur lainnya
B. Berbicara
Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi
berbicara yaitu, interaktif, semiinteraktif dan noninteraktif.situasi-situasi
berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat
telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan
dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat
memei\inta lawan bicara memeprlambat tempo bicara dari lawan bicara. Ada pula situasi berbicara
yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung.
Dalam situasi ini, audiens memang
tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat
melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa
situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya
berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam
berbicara dimana pembicara harus dapat :
1.
Mengucapkan bunyi-bunyi yang
berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya
2.
Menggunakan tekanan dan nada
serta intonasi secara jelasdan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang
diucapkan pembicara.
3.
Menggunakan bentuk-bentuk kata,
urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
4.
Menggunakan register atau ragam
bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari
hubungan antara pembicara dan pendengar.
5.
Berupaya agar kalimat-kalimat
utama (the main sentence constituents)
jelas bagi pendengar
6.
Berupaya mengemukakan ide-ide
atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama.
7.
Berupaya agar wacana berpautan
secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.
C. Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahas tulis. Keterampilan
membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan
mendengar dan berbicara.
Keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus
dimiliki pembicara adalah :
1.
Mengenal sistem tulisan yang
digunakan
2.
Mengenal kosakata
3.
Menentukan kata-kata kunci yang
mengidentifikasikan topik dan gagasan utama
4.
Menentukan makna kata-kata,
termasuk kosakata split dari konteks tertulis
5.
Mengenal kelas kata gramatikal
(kata benda, kata sifat dan sebagainya)
6.
Menentukan konstituen-konstituen
dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek dan preposisi
7.
Mengenal bentuk-bentuk dasar
sintaksis
8.
Merekonstruksi dan menyimpulkan
situasi, tujuan-tujuan dan partisipan
9.
Menggunakan perangkat kohesif
leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan
10.
Menggunakan pengetahuan-pengetahuan
dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik
utama atau informasi utama
11.
Membedakan ide utama dari
detail-detail yang disajikan
12.
Menggunakan strategi membaca
yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama
atau melakukan studi secara mendalam.
D.
MENULIS
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan.
Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di
antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya.
Keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, dimana penulis
perlu untuk :
1.
Menggunakan ortografi dengan
benar, termsuk disini penggunaan ejaan
2.
Memilih kata yang tepat
3.
Menggunakan bentuk kata dengan
benar
4.
Mengurutkan kata-kata dengan
benar
5.
Menggunakan struktur kalimat
yang tepat dan jelas bagi pembaca
6.
Memilih genre tulisan yang
tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju
7.
Mengupayakan ide-ide atau
informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan
8.
Mengupayakan, terciptanya
paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan
pikiran atau informasi yang disajikan
9.
Memuat dugaan seberapa banyak
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan
membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk
diulis.
4.
KETERKAITAN ANTARASPEK
KETERAMPILAN BERBAHASA
A.
Hubungan bebrbicara dengan
mendengarkan
Menurut Brooks dalam Tarigan (1994:3), berbicara dan mendengarkan
merupakan kegiatan kkomunikasi 2 arah yang langsung. Apabila kita amati
peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, pertanyaan Brooks
itu benar untuk peristiwa komunikasi dalam situasi interaktif, seperti diagram
berikut ini :
Diagram komunikasi interaktif
Misalnya, komunikasi yanng terjadi antarteman, antar pembeli dan
penjual atau dalam suatu diskusi kelompok.
Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan, setelah itu bergantian
B berbicara dan A yang mendengarkan.namun ada dalam suatu konteks komunikasi
itu terjadi dalam situasi noninteraktif yaitu satu pihak saja yang berbicara
dan
pihak lain hanya mendengarkan. Situasi tersebut digmbarkan dalam
diagram dibawah ini.
Komunikasi pada diagram diatas misalnya berupa khotbah, pidato
ataupun siaran televisi. Disini hanya satu pihak yang berbicara sedangkan pihak
lain hanya mendengarkan.
Dawson dalam tarigan (1994 : 3 ) menjelaskan hubungan antara berbicara dan
mendengarkan. Seperti berikut :
1.
Ujaran biasanya dipelajari
melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian materi yang didengarkan dan
direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang.
2.
Ujaran seseorang mencerminkan
pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masyarakat tempatnya hidup,
misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata dan pola kalimat.
3.
Upaya yang dilakukan untuk
meningkatklan kemampuan mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan
kemampuan mendengar yang berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4.
bunyi suara yang didengarkan
merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara
seseorang terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu suaraa dan meteri yang
berkualitas baik yang didengar.
Guna melengkapi pembicaraan kita mengenai hubungan antara berbicara
dan mendengarkan berikut dipaparkan diagram hubungan tersebut menurut tarigan
(1994 : 4) dengan beberapa modifikasi.
MENYIMAK
|
SIFAT
|
BERBICARA
|
Langsung
Apresiasif
Reseptif
Fungsional
|
Interaktif
Interaktif
Berbicara
Mendengar
|
Langsung atau tak langsung
Produktif
Eksprensif
Eksprensif
|
Diagram
hubungan berbicara dan mendengarkan
B.
Hubungan mendengarkan
dengan membaca
Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragan lisan,
sedangkan membaca merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Sejalan dengan penjelasan yang
dikemukakan oleh Tarigan (1994 : 4 ) melalui diagram berikut ini.
Mendengarkan
|
Reseptif
(menerima Informasi)
|
Lisan (Hasil Berbicara)
|
Membaca
|
Tulisan (hasil menulis)
|
Diagram diatas bukan hanya menggambarkan hubungan antara
mendengarkan dan membaca, melainkan juga memperlihatkan kaitan antara menyimak
dan berbicara serta membaca tulisan.
Sehubungan dengan kaitan antara mendengarkan dan membaca ini,
Subyakto Nababan (1993:153) menjelaskannya dalam diagram sebagai berikut :
Di atas tampak jelas bahwa baik mendengarkan maupun membaca merupakan
kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang
menjadi fokus perhahtian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengarkan fokus
perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan pada membaca adalah
tulisan. Kemudian, baik penyimak maupun pembaca melakukan aktifitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur
bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan (dalam
membaca), selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide atau
informasi.
Apabila ditinjau dan sudut pemerolehan atau belajar bahasa,
aktifitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna
bagi pengembangan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya. Jadi pengenalan
terhadap kosakata baru pada aktifitas membaca akan dapat
meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya melalui
proses pengenalan kembali terhadap kosakata tersebut.
C.
Hubungan membaca dengan
menulis
Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan
membaca merupakan kegiatan yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna
menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya,
seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan
dalam bentuk tulisan tersebut.
Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan,
penulisan dan revisi. Dalam melakukan perencanaan sering kali penulis melakukan
aktifitas membaca yang ekstensif dan intensif guna menelusuri informasi,
konsep-konsep atau gagsan-gagasan yang akan dijadikan bagian dari bahan
tulisannya.
Sebaliknya pula, dalam kegiatan membaca pemahaman sering kali kita
harus menulis catatan-catatan,, bagan, rangkuman dan komentar mengenai isi
bacaan guna menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan, bahkan kadang-kadang
kita merasa perlu untuk menulis laporan isi bacaan guna berbagai informasi
kepada pembaca lain atau justru sekadar memperkuat pemahaman kita mengenai isi
bacaan.
D.
Hubungan menulis dengan
bebicara
Anda tentu sering kali menghadiri acara seminar, bahkan mungkin
pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam seminar biasanya diminta
menulis sebuah makalah terlebih dulu. Kemudian yang bersangkutan diminta
menyajikan makalah itu secara lisan dalam suatu forum.
Dalam berpidato (salah satu jenis aktifitas berbicara) seseorang
dituntut membuat perencanaan dalam bentuk tulisan. Untuk pidato-pidato yang
tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup menulis secara singkat
pokok-pokok yang akan dibicarakan sebagai persiapan. Dalam suatu pidato resmi
(misalnya pidato kenegaraan), pembicara dituntut menulis naskah pidatonya
secara lengkap
Dalam kedua jenis aktifitas berbicara yang dikemukakan di atas
tampak jelas keterkaitan menulis dan berbicara. Kegiatan menulis harus
dilakukan guna mendukung aktifitas berbicara, bahkan dalam suatu seminar,
keempat keterampilan dilibatkan secara bergantian.
Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa
baik berbicara maupun menilis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan
menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada
umumnya merupakan kegiata berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada
umumnya kegiatan bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang
bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler
(sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya ada pula kegiatan
berbicara secara tidak langsung, misalnya melauli pengiriman pesan suara
melalui telepon seluler.
B.
ULASAN MATERI BERDASARKAN
KONDISI DALAM LINGKUNGAN BELAJAR
1.
Masalah dalam keterampilan
berbahasa dalam lingkungan belajar
Dalam pembelajaran
dilingkungan belajar untuk mengajarkan siswa agar dapat berbahasa dengan benar sangatlah sulit hal ini dikarenakan
beberapa factor yaitu :
a.
Logat atau Ras
Banyak sekali
yang brekata bahwa orang dari Ras Madura sulit untuk mengucapkan bahasa dengan
fonem yang benar, begitu juga dengan Ras Jawa dalam pengucapan huruf vocal sulit
dibedakan dengan benar. Dalam Ras Madura dikenal dengan istilah lidah kaku yang
berarti adalah pengucapan yang sudah terbiasa, hal ini dikarenakan bahasa
madura yang mereka pakai dalam kesehariannya menuntut untuk melatih seseorang
atau anak tersebut menjadi seorang madura dengan cirri khas keras dan banyak
terdapat vocal yang sulit untuk didengarkan, sehingga untuk mengucapkan dalam
bahasa Indonesia akan terpatah-patah. Bahkan kebanyakan bercampurnya suatu kata
pada bahasa Indonesia dengan vocal madura. Sedangkan Ras Jawa terkenal dengan
istilah Lunyu Ilate yang berarti pengucapan yang lambat dan terdengar santai
atau lemah lembut, tidak berbeda dengan Ras Madura dalam membaca atau
mengeluarkan suara dengan bahasa Indonesia akan berpengaruh terhadap cara
pengucapanya, bahkan juga sering terjadi vocal yang tertera dalam bahasa jawa
ikut masuk dalam bahasa Indonesia akan tetapi dalam mengeluarkan suara masih
terdengar dan dapat dibedakan huruf vocalnya.
b.
Lingkungan Sekitar
Factor lingkungan
ini juga berpengaruh besar terhadap perkembanganberbahasa siswa, baik dari
keluarga, sahabat atau teman dan bahkan lingkungan tempat tinggalnya atau dalam
masyarakatnya. Jika siswa tersebut tidak mengenal istilah
keterampilan
berbahasa dengan baik dan sering menerapkanya maka siswa tersebut akan
mendengar dan menirukan bahasa dari keluarga atau masyarakat disekitarnya.
Dalam hal ini anak akan menirukan apa yang mereka dengar dan mencari tahu
tentang bahasa tersebut kemudian menerapkan dalam lingkungannya untuk bisa membaur
dengan masyarakat disekitarnya.
I.
Keterampilan Berbahasa
Siswa saling
berhubungan dengan cara berkomunikasi, begitu juga yang dilakukan oleh seorang
guru. Komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
terjadi dengan suatu buni atau juga dengan suatu lambing.
Proses yang
terjadi antara guru dengan siswa adalah proses Encoding, yang berarti guru
mengirimkan suatu pesan yang akan disampaikan dalam wujud lambang lambang dan berupa tulisan atau suatu bunyi.
Misalkan dalam hal ini guru menerangkan kepada siswa tentang materi yang ada
pada buku kemudian guru tersebut merangkumnya dalambentuk tulisan dipapan dan
bahkan ada juga yang menggunakan istilah-istilah tertentu atau berupa gambar
kepada murid. Dengan begitu proses penyampaian informasi dapat terlaksana.
Sedangkan proses
yang terjadi pada siswa adalah proses decoding, dimana siswa tersebut
mengartikan lambang yang berupa bunyi atau tulisan menjadi sebuah pesan yang
akan disimpan dan terekam didalam otak siswa itu sendiri. Misalkan dalam hal
ini adalah siswa mengartikan penjelasan dari apa yang telah dicatat di papan
tulis sesuai dengan apa yang dijelasan oleh guru tersebut, bahkan lambang atau
gambar yang telah diinformasikan oleh guru diulas kembali oleh siswa yang
kemudian siswa tersebut mengartikanya dalam sebuah pesan hal ini dibuktikan
dengan siswa menulis apa yang telah diterangkan oleh guru tersebut.
Sedangkan proses
yang terjadi pada siswa dengan siswa lainya adalah proses timbal balik antara
decoding dengan encoding. Hal ini dikarenakan catatan yang telah dicatat oleh
siswa kemudian dipelajari lagi dan dari ketidak tahuan tersebut siswa
menanyakan hal itu kepada siswa yang lainya sehingga proses encoding dengan
decoding akan berjalan dengan baik, hal ini berlaku pada siswa yang aktif. Akan
tetapi bagi siswa yang tidak aktif kebanyakan hanya melalui proses encoding
saja.
II.
Manfaat Keterampilan Berbahasa dalam lingkungan belajar.
Hubungan antar
manusia dalam hal ini antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sangat
diperlukan komunikasi, seseorang akan mengalami kendala apabila
tidak bisa
berkomunikasi secara benar, penerima akan sulit mengartikan informasi yang
didengar apabila pembicara tidak mengatakan dengan jelas dan benar.
Bagi seorang guru
sangatlah tidak lazim mengeluaran kata-kata atau kalimat yang sulit dimengerti
oleh siswa, apalagi kalau seorang guru tersebut tidak mengucapkan kata atau
suatu kalimat dengan benar misalkan dalam hal ini pengucapan fonem yang benar,
apabila seorang guru tidak bisa mengucapkan fonem dengan benar maka siswa akan
mengartikan kata tersebut dengan arti yang berbeda. Begitu juga dengan siswa
itu sendiri jika salah pengucapan kepada temannya maka siswa yang menjadi
pendengar akan mengartikanya dengan artian yang berbeda pula, sering sekali
timbul kesalahfahaman antara siswa karena suatu kata yang hanya berbeda
fonemnya, bahkan seorang guru juga terkadang juga dapat membuat suatu
kekeliruan.
Contoh :
Seorang guru
menulis dipapan tulis dan menyuruh kepada siswa pada waktu kegiatan ekstra tari
memakai pakaian yang beda (dalam artian berbeda) akan tetapi siswa yang
tidak mengerti hal itu akan mengartikan kata beda dengan arti
robek-robek sehingga terjadilah kesalahpahaman antara guru dengan siswa itu
sendiri .
Begitu juga siswa
yang memiliki cacat misalkan dalam hal ini adalah kebutaan, bisu atau bahkan
tuli, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan sempurna, sehingga perlu adanya
pelatihan khusus dalam bidangnya masing-masing. Dengan demikian meskipun dalam
keadaan kurang sempurna masih tetap bisa berkomunikasi.
2.
Penerapan aspek
keterampilan berbahasa dalam lingkungan belajar
a.
Mendengarkan
Didalam ruang
lingkup pembelajaran siswa dituntut untuk mendengarkan dengan baik.
Mendengarkan sendiri terbagi menjadi 2 yaitu :
1.
Mendengarkan secara interaktif
Dalam
pembelajaran yang aktif adalah antara guru dan siswa terdapat suatu interaktif
atau timbal balik. Hal ini baik untuk kemajuan siswa itu sendiri baik dalam
keterampilan berbahasa dan juga memudahkan siswa untuk menyerap informasi yang diperolehnya.
Banyak hal yang
dapat mengunungkan siswa dalam proses mendengar secara interaktif yaitu siswa
tersebut dapat meminta untuk diperlambat pesan yang diucapkan oleh seorang guru
sehingga siswa dapat mencerna lebih baik,
selain itu siswa
juga dapat bertanya dari apa yang tidak diketahui oleh pembicara dalam hal ini
adalah seorang guru, yang kemudian guru tersebut menerangkan kembali.
2.
Mendengarkan secara non interaktif
Sedangkan
mendengarkan secara non interakti sering sekali terjadi hal – hal yang tidak
dapat dimengerti oleh siswa misalkan adalah proses mendengarkan lewat radio,
TV, atau media elektronik. Siswa terkadang merasa lelah karena terus
mendengarkan suatu hal yang sulit untuk dicerna dalam pikiran mereka entah itu
dari pengucapan yang cepat atau bahkan banyak kata yang tidak dimengerti oleh
siswa tersebut sehingga siswa malas untuk mendengarkan hal tersebut. Proses
semacam ini harus didasari dengan proses interaksi sehingga dapat memudahkan
siswa untuk mengulas pembicaraan tersebut kembali. Sebagai contoh siswa
tersebut ditugaskan untuk melihat suatu film sejarah proklamasi yang kemudian
dalam film atau akhir film guru juga
menjelaskan dengan seksama kepada siswa tetang pesan atau dari film yang
diputarnya tersebut sehingga siswa lebih mudah untuk menyerap informasi dari
film tersebut, dan juga tidak timbul kejenuhan kepada siswa dengan adanya
pertanyaan-pertanyaan yang ada.
b.
Berbicara
Didalam berbicara
seorang guru dituntut untuk bisa mengucapkan dengan bunyi yang jelas sehingga
siswa tersebut dapat menangkap pesan tersebut, tidak sedikit pula seorang gulu
yang mencampur adukkan antara bahasa daerah yang dipakai sehari-hari dengan
bahasa indonesia sehingga siswa yang tidak mengerti langsung melupakan apa ang
diucapkan guru tersebut. Dalam lingkup belajar terutama dikelas banyak sekali
hal semacam ini. Begitu juga dengan interaksi antara siswa dengan siswa
pengucapan yang tidak jelas akan terjadi kesalahan arti dan bahkan ada kesalah
pahaman, sehingga siswa ataupun guru harus dapat membedakan bunyi secara jelas.
Selain itu
tekanan dan nada serta intonasi secara jelas sehingga baik siswa atau guru dapat
memahami pengucapan tersebut dan bahkan dari suatu intonasi itu kita bisa tau
mana yang penting dan mana yang sebagai acuan saja.
c.
Membaca
Sering sekali
kita jumpai dalam suatu kelas terutama kelas dasar siswa tersebut dapat
mengucapkan suatu kata akan tetapi dalam suatu penulisan siswa tersebut
sulit untuk
menuliskanya kedalam suatu huruf. Untuk itu pengenalan huruf sangat penting
diajarkan agar dalam suatu komunikasi dapat tersalurkan dengan baik. Selain itu
siswa juga harus dapat mengerti tentang kosa kata yang dimaksud agar siswa
tersebut mampu menyelaraskan antara huruf atau kosakata terseut dengan apa yang
diucapkan
Dengan adanya pembelajaran
tentang huruf dan penulisan ini siswa dituntut dapat membaca dan mengerti
tentang kata yang ditulisnya atau mengerti tentang kosakata dalam suatu buku
bacaan.
Didalam suatu
sekolah dasar khususnya pada kelas satu sampai tiga dalam sekolah kami cara
membimbing membaca dengan cerita bergembar sehingga siswa tidak jenuh dan
tertantang untuk terus mengikuti. Dari situ juga siswa dapat mudah menyerap apa
yang dimaksud dalam kalimat atau bacaan tersebut.
d.
Menulis
Kesulitan siswa
dalam menulis sudah biasa terjadi terutama bagi kelas satu dan dua, siswa
kebanyakan tau apa yang diucapkan akan tetapi sulit untuk menuliskannya, untuk
itu siswa dikenalkan dengan huruf-huruf yang ada. Untuk memudahkan siswa dalam
menghafal dan menyerap huruf tersebut guru bisa menggunakan suatu nyanyian yang
mudah dihafal oleh siswa itu sendiri. Setelah siswa dapat menghafal huruf
tersebut guru memberikan suatu kalimat yang disertai dengan benda yang telah
dibawa dengan demikian siswa dapat mengerti maksud dari tulisan tersebut.
Sebagai contoh guru tersebut menyuruh kepada siswa menulis kata pisang,
sedangkan guru tersebut sambil mengucapkan kata pisang juga disertai dengan
menunjukkan benda tersebut dalam hal ini adalah pisang yang dibawanya. Dengan
demikian siswa tersebut dapat menagkap apa yang dikatakan oleh guru tersebut.
3.
Keterkaitan antaraspek
keterampilan berbahasa di lingkungan belajar mengajar
a.
Hubungan berbicara dengan mendengarkan dalam lingkungan
belajar
Hubungan
berbicara dengan mendengarkan sangat erak kaitanya didalam suatu proses
komunikasi, kita berbicara sebagai balasannya ada yang mendengarkan sehingga
terlahirlah suatu proses interaksi, selain itu pendengar akan membalasnya
dengan berbocara.
Dilingkungan
sekolah atau lingkungan belajar proses ini sering dilakukan baik antara guru
maupun antara siswa atau bahkan antara guru dengan siswa. Guru menerangkan
suatu materi dengan berbicara sedangkan murid mendengarkan apa yang dikatakan
oleh seorang guru tersebut, sebagai balasanya siswa tersebut berbicara kepada
guru dengan menjawab suatu pertanyaan dari guru atau memberikan suatu
pertanyaan suatu hal yang tidak dimengerti oleh siswa tersebut. Sedangkan siswa
membicarakan apa yang didengarkan tersebut yang kemudian mengutarakanya pada
teman yang lainya.
Proses dan
keterkaitan berbicara dan mendengarkan bisa dipraktekkan pada siswa pada waktu
siswa melakukan suatu diskusi kelompok. Siswa menjelaskan kepada temannya yang
lain yang kemudian kelompok lain menyanggah atau memberikan suatu pertanyaan,
setelah itu kelompok yang lain juga melakukan hal yang sama. Sampai kepada
keputusan akhir guru tersebut menerangkan kembali dari ulasan yang telah
didengarkan dari siswa tersebut dengan membenarkan hal yang seharusnya
dibenarkan. Dengan kata lain keterakaitan antara berbicara dengan mendengarkan
menjadi suatu faktor yang terpenting.
Selain itu dengan
adanya pembicara dan pendengar siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara.
Suara dan meteri yang diajarkan oleh guru yang bernilai sangat membantu siswa
atau seseorang yang sedang belajar berbicara serta melatih interaksi dan
komunikasi siswa agar dapat berbicara dengan baik.
b.
Hubungan Mendengarkan dengan membaca dalam lingkungan belajar
Mendengarkan
berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan dalam artian melalui suatu bunyi
ataupun uacapan sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa dengan
menggunakan ragam tulis. Kegiatan mendengarkan dan membaca ini merupakan suatu
kegiatan yang reseftif.
Dalam suatu
kegiatan belajar mengajar siswa lebih aktif dalam mendengarkan semua materi
yang diajarkan oleh guru, tentusaja hal ini ditunjang dengan buku yang dimiliki
para siswa sehingga selain dari buku siswa tersebut mempelajari suatu ilmu
berdasarkan dari apa yang didengar dari keterangan guru. Biasanya guru
memerintahkan kepada siswa untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan
diajarkan yang kemudian guru tersebut menerangkan kepada siswa tentang materi
yang telah dibaca. Dengan demikian siswa akan tahu apa yang dimaksudkan oleh
guru tersebut.
Dengan demikian
kita dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi antara kemampuan
mendengerkan dan membaca pada kelas-kelas yang reatif tinggi,
apabila terdapat
peningkatan kemampuan yang satu dalam hal ini kemampuan membaca dan
mendengarkan maka ilmu atau perkembangan yang kita dapat akan semakin maju dan
berkembang.
c.
Hubungan membaca dengan menulis dalam lingkungan belajar
Keterkaian antara
membaca dengan menulis sering terjadi didalam suatu proses pembelajaran.
Seorang guru menulis sebuah gagasan atau ide dari suatu materi pada papan tulis
yang kemudian dibaca oleh siswa. Sedangkan dari situ siswa membaca kembali
hasil tulisan tersebut yang kemudian akan ditulis oleh siswa itu sendiri.
Dalam menulis seorang
guru sering melakukan reverensi atau permasalahan yang timbul sedangkan siswa
itu sendiri membaca yang terkadang siswa membaca dalam artian yang berbeda atau
dengan kata lain pengembangan menurut bahasa siswa itu sendiri yang kemudian
akan dituliskan kedalam buku.
Begitu juga
sebaliknya guru membaca terlebih materi yang akan diajarkan melalui buku
penunjang yang kemudian akan diteruskan dengan kegiatan menulis dipapan tulis,
proses ini akan dihantarkan kepada siswa sehingga dalam hal ini membaca
merupakan suatu kebutuhan dalam menulis begitu juga dengan sebaliknya kita tidak
akan bisa membaca kalaupun tidak ada yang menulis atau suatu tulisan.
d.
Hubungan menulis dengan berbicara dalam lingkungan belajar
Dalam mempelajari
tentang hubungan menulis dan berbicara dapat dicontohkan dalam kegiatan siswa
yaitu dalam pembuatan suatu makalah atau karya ilmiah, siswa ditugaskan untuk
membuat suatu makalah yang berbarti siswa tersebut menulis bahan yang penting
kemudian dikelompokkan dan dijadikan sebagai satu makalah, dengan adanya
makalah tersebut siswa mempresentasikan hasil makalah tersebut dengan cara
berbicara kepada siswa yang lain tentang isi dari makalah tersebut. Dari sini
bisa dikatakan keterkaitan menulis dan berbicara harus dilakukan guna mendukung
suatu aktivitas berbicara.
Contoh yang
terjadi pada guru adalah seorang guru menulis suatu RPP untuk keperluan
pembelajaran yang kemudian guru tersebut menerangkan seperti yang telah
ditulisnya tadi dengan memberi penjelasan dan berbicara pada siswanya. Kegiatan
ini sering dilakukan tentu saja dalam menjadikan kegiatan belajar yang efisien
dan aktif diperlukan gabungan dari beberapa kerterampilan yaitu keterampilan
membaca, keterampilan berbicara, keterampilan menulis dan
keterampilan
mendengarkan. Dengan demikian proses belajar mengajar yang efektif akan
terjalin.
Didalam suatu
keterampilan berbicara biasanya banyak digunakan oleh para siswa dan guru dalam
proses belajar ataupun mengajar, siswa kebayakan banyak berbicara dari pada apa
yang ditulisnya begitu juga yang dialami oleh guru. Berbicara adalah suatu hal
yang keluar secara responsif dari pikiran seseorang terkadang dalam satu
kalimat seorang guru dapat membahas arti kalimat tersebut dengan begitu banyak
aspek pembicaraan.
Muhammad Nur Syamsu : Capricorn0401@gmail.com
Assalamualaikum,nama saya Nafa Meilista Malaha_A1112135 ingin bertanya, bagaimana mengintegrasikan struktur bahasa, kosakata, ejaan, dan tanda baca dalam pembelajaran keterampilan berbahasa terutama menulis?
BalasHapusAssalamualaikum, saya nafa meilista malaha_A11121035 ingin menjawab pertanyaan dari salsabila_A11121032
BalasHapusOtografi adalah arti kata, ejaan, dan contoh penggunaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). arti kata otografi adalah bentuk tidak baku dari autografi.
Nama saya Nafa meilista malaha_A11121035 ingin menjawab pertanyaan dari Hardiyanti_A11121030 menurut saya jika kita bertemu dengan orang deperti itu kita bisa membimbing secara perlahan, seperti melatih ejaan dan cara berbicara. Biasanya orang seperti itu mungkin takut berbicara didepan orang lain, atau adanya faktor keturunan kelainan pada otak,prematur,dan lain lain. Mungkin susah tapi kenapa kita tidak mencobanya.
BalasHapus